Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Ketum HMI Cabang Bogor 2013-2014
Akhir – akhir ini kita disuguhkan dengan nada – nada pesimis orang-orang
yang memandang keberadaan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Tidak jarang
kita sebagai kader dibuatnya minder dan tersinggung ketika ada yang bernada
sinis terhadap himpunan kita ini. Sinis yang tidak membangun dan keblinger yang
kadang datang dari orang yang kita hormati dan kita cintai. Tapi tidak apalah,
sebab jalan perjuangan dan dakwah itu sifatnya terjal dan banyak berduri. Namun
demikian, kita selaku kader HMI harus selalu senantiasa optimis dan besar hati
karena kita telah ditakdirkan sebagai umat Nabi Muhammad SAW dan kita memiliki
tugas mulia Beliau sebagai penerus estafet sejarah untuk selalu hadir di
tengah-tengah umat membawa risalah kebaikan dan kebermanfaatan. Kita harus
selalu percaya bahwa jalan perjuangan tidak akan pernah sunyi.
Lalu apakah sebabnya HMI harus terus hadir di setiap kampus? Untuk
mempermudah pemahaman kita semua, maka saya akan menganalogikannya sebagai
berikut:
Ibarat seorang manusia yang bodoh dan lemah maka Allah SWT memberikan ilmu
pengetahuan kepada manusia sebagai sebuah alat hidup sehingga manusia bisa
mengemban tugasNya sebagai khalifah di muka bumi. Dengan ilmu tersebut maka
manusia kemudian bisa menggali gunung, menembus ruang angkasa, dan menyelam sampai
ke dasar samudera. Jika diibaratkan sempit bahwa ilmu itu sebuah alat hidup
seperti halnya pedang, maka kemudian Allah SWT berikan pedang itu kepada
manusia sebagai bekalnya untuk hidup, mempertahankan diri, membangun, dan
menghidupi orang lain selama pengembaraannya di muka bumi.
Lalu pertanyaannya, bagaimana fungsi pedang itu supaya bisa sesuai dengan
kehendak dari Sang Maha Pencipta? Sedangkan di dalam hati manusia Allah SWT
mengilhamkan kebaikan dan keburukan? Maka disinilah Dia membimbing hati manusia
ini dengan wahyu, baik yang secara tertulis dan tidak tertulis. Dari wahyu
tersebutlah maka manusia mendapatkan ilham kebaikan sehingga bisa menggunakan
pedang tersebut kepada hal-hal yang baik dan membangun, sesuai dengan kehendak
dari Yang Maha Berkehendak. Pedang itu kita gunakan untuk kebaikan diri dan
kebaikan umat manusia.
PERTANYAAN BESAR SELANJUTNYA ADALAH, DIMANAKAH POSISI HMI DALAM BAGIAN
SKENARIO ANALOGI TERSEBUT?
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melalui tujuannya yang berbunyi “Terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” merupakan
sebuah organisasi yang berazaskan Islam yang selalu berusaha menggiring para
kadernya untuk cinta ilmu pengetahuan, dan melalui ilmu pengetahuannya tersebut
mereka bisa mencipta dan mengabdi kepada masyarakat atas dasar syukur dan
ikhlas semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
Dengan kata lain maka di HMI, para kadernya tersebut diinstall dan dibangunkan
jiwanya kembali untuk bisa memahami api Islam yang sesungguhnya sehingga mereka
bisa merebut kembali kejayaan Islam di masa yang akan datang melalui ilmunya.
Di HMI kita biasakan untuk terus membaca berbagaimacam buku dan belajar
kepada siapapun sehingga mereka tidak memiliki pemahaman sempit dan berkacamata
kuda. Sebab di dalam pandangan yang sempit tersebut biasanya manusia mudah
dibodohi dan diperalat oleh orang lain. Seorang kader HMI ditempa untuk menjadi
seorang gentleman dalam setiap tingkah lakunya, yaitu menyatakan benar terhadap
yang benar, menyatakan salah terhadap yang salah, dan mengakui jika dirinya
salah, dengan terus bersandar kepada ilmu pengetahuan yang terbimbing oleh
wahyu.
Maka tidaklah salah jika penulis disini menganalogikan HMI sebagai sebuah
software jiwa yang harus terinstall kepada setiap mahasiswa di perguruan tinggi
pada umumnya sehingga mereka bisa menggunakan pedang (baca: ilmu pengetahuan)
mereka kepada kebaikan. Tidak hanya itu, HMI juga bisa dijadikan sebuah alat
asah untuk mempertajam mata pedang sehingga pedang tersebut bisa jitu dan makin
sakti.
Maka di akhir tulisan ini saya ingin menegaskan kembali bahwa HMI harus
selalu hadir di dalam bagian proses pendidikan di setiap perguruan tinggi.
Karena olah intelektual dan dan api Islam tidak akan bisa timbul hanya dari
metode-metode ceramah melainkan dari pergulatan pemikiran dan dialog dimana
para mahasiswa itu diberikan keleluasaan untuk bisa berpikir secara mandiri,
memutuskan sendiri, dan memaknai dirinya sendiri sebagai bagian dari kesatuan umat
yang akan memperkokoh kemajuan bangsa dan Negara di masa yang akan datang.
Sehingga kemudian melahirkan naiknya harkat dan martabat bangsa di dunia
internasional.
Karena kita tidak ingin mahasiswa ini hanyalah seorang mahasiswa biasa,
tetapi mahasiswa yang bisa hadir dalam kehidupan, mentransformasi masyarakat
seperti halnya para pejuang. (22 November 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar