Kamis, 09 Juli 2020

MENJADI ORANG YANG SEIMBANG


 Oleh: Qiki Qilang Syachbudy


Kita menilai diri kita dengan mengukur
dari apa yang kita rasa mampu untuk kita kerjakan.
Orang lain menilai diri kita dengan mengukur
dari apa yang telah kita lakukan
(Henry Wadsworth Longfellow)


Menjadi seorang siswa (mahasiswa) yang penuh optimis dan berjuang keras memang baik. Namun pada suatu saat tertentu akan ada titik kejenuhan (burn out) yang membuat kita terdiam sejenak karena tidak tahu apa yang akan kita kerjakan. Di saat rasa optimis dan semangat kemajuan itu membara dalam dada, kadang kita merasakan kondisi fisik yang lelah. Sementara masih banyak tugas sekolah (kuliah), pekerjaan, dan tugas organisasi yang menumpuk. Oleh karena itu, melalui bab ini saya menganjurkan kepada kawan-kawan untuk dapat melaksanakan kehidupan yang seimbang.
Seimbang di sini kalau merujuk kepada pendapat Muhammad Utsman Najati, salah satu pakar Psikologi Islam, diartikan sebagai suatu bentuk tindakan yang adil, sesuai porsi, sesuai dengan kebutuhan, dan tahu akan keadaan diri sendiri. Keseimbangan ini biasanya mencakup empat aspek, yaitu aspek bio (jasmani/ fisik), psiko (psikologis), sosial dan spiritual. Orangorang yang mampu menyeimbangkan keempat aspek tersebutlah yang nantinya akan merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin.
Nah, kawan-kawan bisa kita pahami bersama bahwa bekerja secara totalitas merupakan hal yang sangat bagus, tapi ada saatnya pula kita refreshing untuk menyegarkan otak. Jangan sampai kita terus memaksa diri dengan terus menerus bekerja, karena hal itu tidak baik terhadap kesehatan fisik, psikis, sosial, dan spiritual.
Yang dimaksud keseimbangan ini pula bukan berarti belajar atau beraktifitas 4 jam, lalu harus diimbangi oleh hiburan yang 4 jam pula. Maksud saya disini adalah beraktifitaslah yang optimal, dan hiburan hanya sebagai “bahan bakar” saja. Di saat kita kekurangan ide atau energi barulah hiburan itu dilakukan. Jangan berpikir hiburan itu buangbuang waktu. Berpikirlah bahwa kita butuh hiburan untuk keseimbangan.
Yang patut kita garis bawahi di sini bahwa kata hiburan sering kita selewengkan menjadi suatu aktifitas yang bersifat hurahura. Toh jika kita sepakat bahwa hurahura dan berbelanja itu sebagai hiburan, tentu sebagian orang ada yang menolaknya dengan dalih bahwa mereka justru tidak suka dengan hurahura dan berbelanja.
Kita harus menyadari dan berpikir lebih luas bahwa hiburan itu sangat erat kaitannya dengan hobby dan kesenangan pribadi. Kita harus maklumi bahwa banyak manusia di bumi ini yang mendefinisikan kata hiburan sesuai dengan minat dan hobbynya. Ada manusia yang hiburannya cukup dengan nongkrong di warkop; ada yang hiburannya menulis; ada yang hiburannya olahraga (sepak bola, badminton, senam, jogging); ada yang hiburannya jalanjalan ke mall; ada yang hiburannya nonton TV; ada juga yang hiburannya tidur; ada juga yang hiburannya sembahyang, dan lainnya.
Sekarang pertanyaannya adalah jenis hiburan apa yang kita sukai? Maka setelah pertanyaan itu terjawab dengan tepat, silakan gunakan hiburan itu untuk kesehatan psikologis dan kesehatan jasmani kita, dan setelah itu jangan lupa untuk beraktifitas kembali dengan tanpa beban.
Berdasarkan pengalaman pribadi, sebagai siswa (mahasiswa) aktivis dompet tipis, saya sering melakukan hiburan yang kadang orang tidak sadar bahwa saya sedang melakukan hiburan. Misalnya saja kadang pada saat jenuh bekerja saya menyempatkan diri untuk berjalanjalan di dalam kampus sambil menyapa temanteman yang kebetulan berpapasan. Saya juga kadangkadang menyempatkan diri minum kopi di warkop sambil menonton TV dan mendengarkan obrolan para pengunjung yang lain. Setelah pikiran sudah fresh lagi, saya pulang dan melanjutkan kegiatan.
Alhasil, saya berpikir bahwa soal hiburan adalah kembali kepada soal pola pikir dan rasa syukur di dalam hati. Jika pola pikir dan rasa syukur kita gunakan dengan jernih, tentu untuk hiburan itu tidak perlu ke tempattempat yang mahal dan menghabiskan uang banyak. Kita sesuaikan saja dengan keuangan yang dimiliki.
Terakhir, ini adalah soal keyakinan yang saya yakini selama berstatus siswa (mahasiswa). Orang bilang bahwa untuk meningkatkan prestasi, usahakan kita dapat selalu mensyukuri segala prestasi yang didapat dengan berterima kasih kepada Tuhan dan melakukan perayaan. Memang saya tegaskan bahwa harus ada perayaan atas segala prestasi yang kawan-kawan capai, karena ini akan menimbulkan efek BOOM!! Contohnya adalah jika kita mendapat nilai 100 atau nilai A, maka rayakanlah walaupun hanya dengan segelas teh manis hangat yang diminum saat pagi hari di depan kosan sambil melihat riangnya burungburung pipit yang sedang menyambut pagi. Kalau kawan-kawan punya cara lain untuk memberikan reward atas prestasinya, silakan lakukan selama hal itu tidak melanggar peraturan agama dan norma masyarakat. Selamat memperjuangkan citacita dan tetap menyeimbangkan aspek biopsikososialspiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar