Selamat
beraktifitas kawan-kawan sekalian, hari ini kembali kami menyajikan sesi
wawancara dengan Ketua Umum HMI Cabang Bogor, Bang Qiki Qilang Syachbudy,
mengenai sekelumit arah gerak HMI Cabang Bogor masa kini dan masa depan. Kita
tentunya ingin banyak tahu mengenai tanggapan Bang Qiki di akhir masa
kepengurusannya. Judul wawancara ini sengaja kami buat yang bombastis dengan
kata “Menyeret” sehingga lebih menarik untuk dibaca. Berikut adalah hasil
petikan wawancaranya:
W: Selamat siang
bang, bagaimana kabarnya?
Q: Baik,
alhamdulillah.
W:
Ngomong-ngomong, apa yang Anda ingin garis bawahi selama kepengurusan HMI
Cabang Bogor Periode 2013-2014?
Q: Tidak banyak,
saya kira banyak kelebihan dan kekurangannya selama kami menjadi pengurus HMI
Cabang Bogor.
W: Bisa
diperinci mengenai kelebihan dan kekurangannya tersebut?
Q: Hal tersebut
banyak orang yang menilai. Boleh saja orang berpendapat seperti apapun. Tetapi
di dalam kepengurusan sendiri saya boleh menilai, yang terpenting, bahwa kita
kadang tidak menjalankan konstitusi dengan benar. Mengenai hal itu kami masih
merumuskannya. Mengingat kadang, konstitusi tersebut tidak bisa mewadahi
kondisi yang ada di cabang. Jadi kita harus berijtihad bersama dalam menyikapi
butir-butir konstitusi.
W: Dengan
kondisi ini, apakah Anda tidak takut untuk disebut inkonstitusi?
Q: Saya rasa
inkonstitusi itu bisa kita maknai sebagai hal yang negatif dan positif.
Parameter antara positif dan negatif itu adalah kepentingan bersama. Saya rasa
ke depan, kita harus berani dalam melakukan reinterpretasi dan rethinking
terhadap konstitusi yang ada. Sebab kondisi tersebutlah yang dinamakan dengan
kedinamisan dalam berorganisasi. Jangan kakulah!. Kita harus jadikan organisasi
ini sebagai organisasi pembelajar. Sebab kekakuan kadang menyiratkan pemikiran
yang kurang luas.
W: Selain
masalah konstitusi, apakah ada hal lain yang menjadi kekurangan kepengurusan
ini?
Q: Ada.
W: Bisa
disebutkan?
Q: Saya rasa
kurang baik jika saya sebutkan semuanya disini, karena hal itu merupakan
masalah internal pengurus yang harus diselesaikan di dalam. Silakan, ini adalah
opini terbuka bagi siapapun. Yang terpenting menurut saya, secara pribadi
sebagai pengurus, saya sangat jarang sekali untuk membuka konstitusi dan
merenungkan mengenai tugas dan kewajiban saya sebagai ketua umum. Saya rasa ini
adalah penyakit kita semua dan hampir di setiap organisasi, dimana rasa
memiliki terhadap organisasi itu kurang. Padahal, jika saja setiap komponen
yang ada di organisasi itu berjalan dengan baik, maka organisasi ini akan
sangat baik. Sehingga tidak ada kalimat-kalimat seperti “Kami tidak mengerti
apa-apa di HMI” atau “Abanglah yang lebih lama di HMI, kami tinggal melaksanakan
instruksi saja”. Padahal di HMI ini semuanya sudah jelas, semuanya sudah
tertulis di konstitusi, tinggal mau atau tidaknya bergerak, mau tidaknya
bersikap sebagai kader. Di HMI ini kan memungkinkan untuk setiap bidang berdiri
sendiri, setiap komisariat berdiri sendiri, setiap badan khusus berdiri
sendiri, dan setiap lembaga berdiri sendiri. Organisasi ini organisasi yang
megah dan sah di dalam hukum, secara akta notaris ada, dan secara hukum di
Kementrian Hukum dan HAM ada. Jadi, kalaulah kita sadar, bahwa menjadi pengurus
HMI itu adalah sebuah keberuntungan dimana kita belajar bagaimana mengelola
sebuah organisasi, bagaimana membuat kerjasama dengan organisasi atau lembaga
lain, dll. Pembelajaran itulah yang akan dibawa oleh kader HMI dimanapun mereka
berada, baik sebagai pengusaha, NGO, akademisi, Birokrat, dll. Saya akui bahwa
kita sekarang masih berpikir sempit mengenai HMI.
W: Lalu apa yang
harus dilakukan agar ke depan, HMI Cabang Bogor bisa lebih baik lagi?
Q: Menurut saya
ada dua kunci penting yang harus dilakukan untuk membangunnya kembali, yaitu
dari sisi HMInya itu sendiri dan dari sisi Alumni HMInya (KAHMI). Dari sisi
KAHMI, sekarang sudah banyak KAHMI yang mulai menaruh perhatian terhadap HMI.
Sebagai contoh, jika ada kegiatan apapun, Alumni kita tersebut selalu siap
untuk membantu baik secara pemikiran (contoh sebagai pemateri) atau membantu
secara finansial. Bahkan saya dengar, sekarang makin hangat perbincangan di
sekitar KAHMI untuk membangun kembali ghiroh berHMI. Tinggal kunci yang paling
penting itu ada di kadernya itu sendiri. Banyak kader yang “kurang sabar” dalam
berHMI sehingga mereka memutuskan untuk tidak berHMI lagi. Padahal pada saat
demikianlah mental kita diuji dan ditempa. Kita disinikan belajar untuk tidak
jadi “anak manja” kita belajar untuk kuat dan tegar dalam setiap situasi.
Disinilah di HMI saya pribadi memiliki banyak pengalaman batin dimana kadang
waktu ngaret, uang tidak ada sedangkan kegiatan harus jalan, kritikan yang
pedas, kadang harus mengorbankan uang beasiswa, kegiatan kadang bentrok dengan
ujian di kampus, dan lain-lain. Tapi itulah seninya dalam berorganisasi HMI,
bagaimanapun banyak permasalahan, kita harus selalu tersenyum menghadapinya.
W: Lalu apa yang
Anda harapkan untuk HMI Cabang Bogor di masa depan?
Q: InsyaAllah
sebentar lagi konferensi cabang akan digelar. Saya pribadi sangat berharap, ke
depan HMI Cabang Bogor menjadi lebih baik dari sekarang. Hal yang terpenting
menurut saya, HMI harus “diseret” untuk kembali bisa berkiprah dalam memenuhi
kebutuhan kader.
W: Menurut Anda,
apa langkah riil yang harus dilakukan?
Q: HMI Cabang
Bogor harus bisa berkiprah dalam pemenuhan kebutuhan kader, seperti misalnya
membuat “FOREIGN LANGUAGE DEPARTMENT HMI CABANG BOGOR” yang kegiatannya khusus
membedah buku TOEFL dan melakukan TOEFL Test Prediction di setiap 2 bulan
sekali. Atau mengadakan “SEKOLAH MENULIS HMI” yang akan menghasilkan kader
sebagai “pendekar pena”. Jika dua ini saja kita dorong, insyaAllah, dalam
jangka 10 tahun ke depan, kita akan panen kader yang KEREN dan MANTAP (sambil
mengacungkan 2 jempol tangan).
W: Terima kasih
Bang atas waktunya, semoga bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua. By
the way, mendekati Konfercab ini, apakah sudah ada calon ketua cabang
berikutnya Bang?
Q: Ada beberapa,
saya jamin para calonnya ini lebih baik daripada saya. Saya selalu
memperhatikan perkembangan kemajuan mereka. Siapapun mereka yang menjadi ketua
cabang selanjutnya, saya jamin lebih baik dari saya. Saya pribadi, akan terus
membantu sesuai proporsi saya, dan jika diperlukan. Yang terpenting, kita harus
selalu merasa optimis ketika memandang generasi muda, sebab di pundak merekalah
kemajuan akan tercipta.
Demikianlah sesi
wawancara dengan Bang Qiki Qilang Syachbudy, Ketum HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014.
Semoga bermanfaat. (11 Maret 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar