Tidak
disadari oleh Rasyid bahwa pengalamannya dengan Si Manusia Koboi ketika masuk
ke dalam diskotik masih tersimpan di dalam benaknya. Tempat yang kata Si
Manusia Koboi dianggap oleh sebagian besar orang di negeri ini sebagai neraka
namun sebagiannya lagi menganggapnya sebagai surga. Anggapan orang terhadap
diskotik ini hampir sama dengan pandangan orang terhadap tempattempat pengajian
di mana sebagian besar orang menganggap sebagai surga namun sebagian lagi
menganggapnya sebagai neraka. Namun dalam kenyataannya, justru dengan
perantaraan masuk diskotiklah Rasyid seolah mendapat hentakan yang sangat besar
terhadap kalbunya mengenai kondisi keumatan. Hal justru tidak mungkin Rasyid
dapatkan ketika ia hanya diam di mushola saja.
Pemikiran
yang sangat mendalam tentang makna surga dan neraka itulah yang menghantarkan
mimpi Rasyid untuk sampai ke alam antara surga dan neraka.
Dalam
perjalanan mimpinya itu Rasyid dipertemukan dengan seorang lakilaki yang
seluruh badannya diselimuti oleh cahaya putih yang sejuk dan tidak menyilaukan.
Lakilaki itu kemudian mengajak Rasyid ke suatu tempat yang darinya bisa melihat
dengan jelas antara kondisi surga dan neraka.
Melihat
kedua tempat itu Rasyid hanya diam terperanga. Kedua tempat yang sudah lama ia
dengar tentang kabarnya melalui ajaran agamanya. Suatu tempat yang belum pernah
ditemuinya; suatu tempat yang walaupun kabarnya sudah sering didengarnya namun
dalam kenyataannya, sungguh jauh, bahkan tidak pernah terdetik sekalipun di
dalam pikirannya.
Namun
setelah lama ia memperhatikan tentang kedua kondisi tempat itu, kemudian ia
melihat sebuah kondisi yang sangat menurutnya sangat aneh. Yaitu ada empat
jenis manusia yang samasama berpakaian ala koboi di mana dua jenis manusia berada
di dalam neraka dan dua jenis manusia lagi ada di dalam surga. Yang membuat Rasyid
semakin heran adalah mengenai sikap dari keempat jenis manusia tersebut di mana
satu jenis manusia di neraka menangis namun satu jenis manusia yang lainnya
seperti sedang berbahagia. Dan satu jenis manusia di surga menangis namun satu
jenis manusia yang lainnya sedang berbahagia. Hal inilah yang kemudian
menjadikan tanda Tanya besar bagi Rasyid yang kemudian ia tanyakan kepada orang
bercahaya yang berada di sampingnya.
“Bisakah
Kau menjelaskan kepadaku mengapa ada manusia yang terlihat bahagia ketika
berada di neraka sedangkan yang lainnya sangat menderita. Dan mengapa pula ada
manusia yang terlihat menderita di dalam surga sedangkan yang lainnya bahagia?”
Tanya Rasyid penuh dengan rasa heran.
“Ini
hanyalah sebuah perumpamaan duniawi saja Syid. Tidak ada sama sekali
hubungannya dengan keadaan yang sesungguhnya di alam surga dan neraka yang
sebenarnya di mana semua manusia menderita ketika masuk ke dalam neraka, dan
semua orang bahagia untuk selamalamanya ketika masuk ke dalam surga.”
“Maksudmu?”
“Maksudku
bahwa di alam dunia itu berbeda dengan di alam pembalasan Syid. Ketika Kau
berada di dunia maka Kau diberikan otoritas oleh Tuhan untuk memilih surga atau
neraka. Maka dengan bebasnya pulalah Kau bisa memilih diam di Surga atau diam
di neraka. Bahkan Kau diberi kebebasan pula untuk merubah neraka menjadi surga,
atau sebaliknya merubah surga menjadi neraka.” Jawab Si Manusia Cahaya panjang
lebar.
“Aku
masih belum mengerti arah pembicaraanmu Saudara.” Tanya Rasyid kembali, sangat serius.
“Syid,
kalau dihubungkan dengan keadaan duniawi maka keempat jenis manusia koboi yang
sedang Kau lihat itu menggambarkan perilaku manusia yang banyak jenisnya. Ada
manusia yang kita anggap mereka ada di neraka namun mereka merasa ada di surga,
tetapi ada pula manusia yang kita anggap mereka ada di neraka dan mereka
merasakan pula bahwa mereka sedang ada di neraka. Disisi lain ada manusia yang
kita anggap mereka sedang ada di surga namun nyatanya mereka sebenarnya
merasakan sedang hidup di dalam neraka, tetapi ada pula mereka yang kita anggap
sedang berada di surga dan mereka memang merasakan bahwa dirinya memang sedang
berada di surga. Semua manusia pada dasarnya ingin berada di surga dan
merasakan keberadaan surga itu. Tapi kenyataannya sangatlah sedikit yang sampai
ke arah itu. Padahal Tuhan sendiri sudah memberikan sebagian dari sifat
kuasanya kepada manusia sehingga manusia itu bisa menggunakan segala potensinya
untuk mencapai dan merasakan surga dunia. Bahkan karena sangat sayangnya Tuhan
kepada manusia maka Dia memberikan kitab panduan kepada manusia melalui
Muhammad yang sangat dikasihiNya sebagai panduan untuk mencapai surga dunia.
Tetapi karena keangkuhan manusia itulah maka mereka berpaling dari nikmat Tuhan
tersebut sehingga Tuhan menyindir mereka dengan beberapa kali bertanya tentang
nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?”
Mendengar
penjabaran Si Manusia Cahaya itu Rasyid terdiam beberapa saat sampai kemudian
ia bertanya kembali.
“Lalu
menurutmu
apakah
fungsi dari neraka dan
surga
ini Saudara? Apakah hanya sebagai alat Tuhan menghakimi manusia yang tidak
tunduk kepada petunjukNya? Atau dengan kata lain sebagai alat pemuas dendam
Tuhan karena Tuhan sakit hati terhadap hambaNya yang membangkang?” Tanya Rasyid
agak liar.
Mendengar
pertanyaan itu Si Manusia Cahaya tersenyum seperti lucu mendengar pertanyaan Rasyid
yang seperti itu.
“Kau
Jangan memikirkan sifat Tuhan menurut logika kemakhlukanmu Syid. Berfikirlah
mengenai sifat Tuhan dengan logika ala Tuhan.”
“Apa
itu logika ala Tuhan Saudara?”
“Logika
ala Tuhan adalah logika yang telah disampaikan Tuhan melalui ajaranNya.
Persepsi makhluk terhadap zat Tuhannya kadang bersifat parsial dan tidak
sanggup meraba seluruh sifat kebesaran Tuhan Yang Maha Agung sehingga dengan
kasih sayangnyalah Dia kemudian mengajari makhluk untuk mengenal kebesaranNya
melalui 99 sifat yang melekat pada dirinya yang kesemuanya itu Dia rangkum
dengan nama Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Inilah yang mengisyaratkan
kekuasaan yang sangat tidak terbatas bahkan melebihi makna ketidakterbatasan
itu sendiri.”
Mendengar
penjelasan itu Rasyid menarik nafas beberapa kali. Ia seperti sedang
mengeluarkan beban yang selama ini ada di dalam kalbunya. Badannya mendadak terasa ringan dan kalbunya kini merasa
sangat rindu yang tiada
tara terhadap Tuhannya.
“Jadi
Syid, buat apa sekarang Tuhan bersikap murka dan menghakimi manusia? Seperti
halnya Tuhan menjelaskan tentang namanamaNya, maka begitu pula Ia menerangkan
secara sangat sederhana mengenai berbagai macam kebahagiaan manusia dan
berbagai macam kesengsaraan manusia dengan istilah surga dan neraka. Namun
kadang manusia, karena keangkuhannya, maka ia salah dalam mendefinisikan apa
itu surga dan apa itu neraka sehingga terjadilah seperti yang engkau lihat itu
tentang manusia yang senang ketika berada di neraka dan orang yang menderita
ketika berada di surga.”
“Salah
mendefinisikan? Lalu definisi yang benar itu seperti apa Saudara?” Tanya Rasyid
semakin tertarik kepada penjelasan Si Manusia Cahaya.
“Ah…
Kau ini suka merendah Syid, bukankah derajatmu lebih mulia daripada Aku? Dan
Kau juga yang sering menyebarkannya kepada jemaahmu?”
“Yang
mana Saudara, Aku benarbenar tidak mengerti dengan arah pembicaraanmu?!”
“Maaf
Aku sudah membuatmu bingung Syid… Begini, bahwa surga dan neraka itu letak
perbedaanya ada di hati seperti misalnya tawadlu, tawazun, tekun, sabar,
dermawan, ikhlash, syukur, cinta kepada sesama, dan sebagainya dan sebagainya
yang bersifat kebaikan. Sedangkan metode untuk mencapai kebaikan yang seperti
itu adalah melalui sahadat, shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji. Metodemetode
tersebut harus dijalankan dengan semangat iman dan ihsan… Menjalankan seluruh
metode dengan dibungkus oleh semangat iman dan ihsan itulah yang kemudian akan
menghasilkan hati yang memancarkan kebaikan yang merupakan cerminan dari surga.
Sedangkan banyak sekarang ini manusia yang semangatnya bukan iman dan ihsan dan
metodenya bukan Islam, serta hatinya bukan hati yang surga namun karena
hartanya dan karena jabatannya mereka menganggap bahwa mereka sedang berada di
surga. Mereka inilah yang Tuhan sindir sebagai manusia yang sesat karena sedang
melawan arus terhadap ketetapan yang telah digariskan Tuhan. Tuhan sangat
mengasihani manusia yang seperti ini yang tidak juga sadar bahwa dirinya
hanyalah seorang makhluk. Sedangkan Tuhan yang memelihara makhluknya tersebut
dan pasti tidaklah menghendaki suatu kerusakan sedikit pun terhadap
makhlukNya.” Sejenak Si Manusia Cahaya menghentikan pembicaraan beberapa saat
dan kemudian ia melanjutkan keterangannya kembali.
“Di
sisi lain ada juga manusia yang katanya semangatnya sudah semangat iman dan
ihsan, metodenya sudah metode Islam namun hatinya masih hati neraka. Mereka
inilah yang seperti engkau lihat manusia yang sedang menangis di dalam surga
itu. Pada hakikatnya mereka sedang berada di surga namun tetap saja merasa
sedang berada di neraka. Mereka inilah orang yang memiliki panjang anganangan
sedangkan mereka dilanda penyakit malas untuk berjuang dan berikhtiar. Hatinya
lemah sehingga kadang mereka menggunakan agamanya untuk menutupi kemalasan dan
ketidakberdayaan mereka.” Tutur Si Manusia Cahaya panjang lebar.
Beberapa
saat kemudian mereka terdiam. Sementara suasana tempat antara surga dan neraka
tesebut seperti ruangan kedap suara yang tidak terdengar sesuatu apapun meski
di depannya tergambar kesibukan dari suasana surga dan neraka yang sedang
dilihat oleh Rasyid dan Si Manusia Cahaya.
Tidak
seberapa lama kemudian tibatiba Si Manusia Cahaya terkekeh tertawa sambil
melihat ke sekujur tubuh Rasyid. Dan melihat hal tersebut kemudian Rasyid
bertanya kepada Si Manusia Cahaya.
“Mengapa
Kau melihatku dengan tatapan yang seperti itu Saudara?” Tanya Rasyid heran.
“Aku
hanya ingin bertanya kepadamu apakah kamu sadar bahwa dari tadi kamu sedang mengenakan
pakaian ala koboi juga?”
Mendengar
hal itu Rasyid sontak terkaget melihat pakaian yang sedang ia kenakan sekarang.
Ternyata dirinya baru sadar bahwa pakaian yang dari tadi sedang ia kenakan
adalah juga pakaian ala koboi, percis seperti pakaian manusia yang dari tadi
sedang dilihatnya.
“Heheheee…
sebetulnya dari tadi di sini ada lima jenis manusia yang harus kamu pertanyakan
nasibnya Syid, termasuk dirimu juga harus Kamu pertanyakan.” Ucap Si Manusia
Cahaya tertawa dingin melihat Rasyid yang seperti masih terheranheran karena
baru menyadari bahwa dirinya sedang mengenakan pakaian ala koboi.
“Aku?
Apa yang harus ditanyakan mengenai Aku Saudara?” Tanya Rasyid sambil tetap
merasa setengah tidak percaya.
“Syid,
mereka yang dari tadi Kau lihat itu membutuhkan jenis manusia yang membantu
mereka untuk menuju jalan yang dikehendaki Tuhan. Jenis manusia yang mampu
menempatkan satu kakinya di surga dan satu kakinya yang lain di neraka. Jenis
manusia seperti Kamu inilah yang bertugas untuk memenuhi surga dengan
orangorang yang bergembira di dalamnya. Engkaulah sebagai koboi akhirat.” Ucap
Si Manusia Cahaya yang terdengar oleh Rasyid semakin samar suaranya bersama
terbukanya mata Rasyid dari tidurnya karena mendengar suara ayam berkokok yang
menandakan bahwa malam sudah hampir selesai dan waktu shubuh akan segera tiba.
Dengan tidak membuang waktu lagi kemudian Rasyid
segera bangun dari posisi tidurnya dan kemudian melakukan persiapan untuk
segera meninggalkan kampung tersebut menuju pondok pesantren tempat dahulu ia
menuntut ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar