Kamis, 09 Juli 2020

BERGAUL BAIK DENGAN ORANG LAIN


 Oleh: Qiki Qilang Syachbudy

Semua yang dilakukan seseorang harus terjadi secara wajar,
bertindaklah wajar. Berbuatlah kebaikan demi kepentingan umum,
 jangan hanya untuk kepentingan sendiri karena gejala alam sekalipun
tak akan berlangsung kekal, lebihlebih pekerjaan manusia
(Lao Zi)
      

Bab ini sengaja saya tulis karena memang poin ini sangat penting ketika kita menjadi seorang siswa (mahasiswa). Dalam kenyataannya, memang banyak siswa (mahasiswa) yang terkendala dalam prestasi dan tidak bisa sempurna menggali segala potensi karena masalah kurang bisa bergaul dengan orang lain. Baik dengan temantemannya, dosen, maupun masyarakat.
Dalam menulis bab ini, selain ditemani oleh segelas air putih, saya juga ditemani oleh sebuah buku karangan Dale Carnegie yang judulnya Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain. Mungkin sebagian dari kawan-kawan sudah mengetahui tentang buku ini.
Saya sudah selesai membacanya. Saya harap kawan-kawanpun dapat membaca buku ini sampai tuntas. Melalui kesempatan ini, saya akan mengulang kembali poinpoin yang ada dalam buku tersebut.
Saya yakin kawan-kawan sering mendengar tentang bagaimana kisah sukses orangorang yang berhasil sukses dengan bantuan orang lain. Dan saya yakin bahwa kawan-kawanpun pernah ditolong atau menolong orang lain.
Banyak diantara orangorang disekeliling kita atau bahkan kita sendiri kadang dibenci oleh orang lain tanpa diri kita merasa bersalah. Hal tersebut pada akhirnya, mengakibatkan renggangnya hubungan kita dengan orangorang di sekeliling kita. Kalau sudah seperti itu kejadiannya, apa yang mau dikata, mungkin pada suatu saat kita benar-benar membutuhkan bantuan dari teman kita tersebut, namun kita tak mendapatkannya.
Percayalah, bahwa di saat kawan-kawan kehilangan teman dekat, atau bahkan ada yang tibatiba membenci atau tibatiba ada yang berpandangan mencurigakan, janganlah dengan cepat kita membalas mereka dengan kebencian. Namun cepatlah kawan-kawan mengoreksi diri sendiri. Janganjangan mereka melakukan hal itu semua karena kedzoliman kita sendiri kepada orang lain, atau janganjangan tanpa kita sadari kita telah mengambil hak orang lain.
Disini saya memakai katakata dzolim dan mengambil hak, mungkin kedengarannya agak ekstrem. Tapi percayalah, bahwa setiap manusia itu memiliki kebanggaan tersendiri, memiliki hal yang paling berharga di dalam hidupnya. Dan yang berkaitan dengan itu mereka memiliki hak untuk dihargai oleh orang lain. Atau dengan kata lain, kita semua punya hak untuk dimanusiakan oleh manusia lainnya.
Apakah kawan-kawan pernah merasa tidak dimanusiakan oleh orang lain? Seperti misalnya orang yang kita ajak senyum ternyata tak membalas senyuman kita, orang yang sedang kita ajak bicara ternyata berpaling tanpa permisi dan berbicara dengan orang lain. Orang yang diajak bersalaman oleh kita ternyata tak membalas.
Kawan-kawan, kalau saya sarankan, maka maafkanlah mereka yang telah tidak memanusiakan kawan-kawan dalam bentuk apapun. Karena pada dasarnya, mereka berbuat seperti itu karena ketidaktahuan. Namun saya berpesan, kepada kawan-kawan yang telah membaca buku ini, jangan pernah melakukan hal yang mendzolimi atau mengambil hak orang lain sekecil apapun. Perbanyaklah teman, perlakukan mereka seperti manusia dan ambil setiap hal positif dari mereka. Percayalah bahwa dengan seperti itu kawan-kawan akan menjadi pemimpin yang besar seperti halnya Nabi Muhammad SAW, Yesus Kristus, atau Mahatma Gandhi. Mereka semua sering mengalah dalam hidupnya, tapi justru dengan itu, Tuhan menjadikan mereka sebagai pemenang.
Nah, sekarang bagaimanakah membuat orang lain menyukai kita? Menurut Dale Carnegie, ada 6 (enam) prinsip untuk membuat orang lain menyukai kita. Mari saya paparkan satu persatu:

Prinsip 1: Jadilah orang yang sungguhsungguh berminat terhadap orang lain

Pada suatu hari guru saya marah di depan kelas karena kami membuat kegaduhan pada saat guru itu menjelaskan pelajaran. Guru kami marah karena muridnya tak memperhatikan apa yang beliau paparkan. Muridnya terlihat menyepelekannya. Saya menggarisbawahi kata menyepelekan karena hal itulah memang yang biasa kita rasakan pada saat orang lain tak bersungguhsungguh dalam berkomunikasi dengan kita.
Sang guru bisa saja dengan mudah menegur para siswa (mahasiswa) supaya lebih besungguhsungguh, karena memang aturan formalnya sudah ada. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, apakah menegur seperti itu mampu dilakukan oleh semua orang? Atau, walaupun sekiranya mampu, apakah kirakira umpan baliknya akan mengenakkan bagi si penegur yang notabene disini ia bertindak sebagai korban?
Kawan-kawan, marilah kita bersamasama belajar untuk menatap orang lain sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan yang unik dan menarik untuk diperhatikan.
Prinsip 2: Tersenyumlah
“Tersenyumlah maka anda akan senang”. Begitulah judul salah satu buku yang pernah saya temui. Tersenyum itu bukan sekedar akan menyenangkan diri kita sendiri, namun tersenyum juga akan menyenangkan diri orang lain. Dengan tersenyum, kita akan sehat secara psikologis.
Kawan-kawan, saya disini mengajak untuk menjadi orang yang murah senyum. Percayalah, bahwa senyuman itu adalah tanda kita menyayangi sesama manusia, sedangkan siapa saja yang menyayangi makhluk di bumi, maka ia akan disayangi oleh yang ada di langit. Dalam versi bahasa Arabnya: “Irhamu Man fi alArdhi Yarhamukum Man fi alSama’i”.
Bagaimanakah kalau keadaan hati kita sedang gundah gulana atau sedang tidak mud untuk tersenyum? Jawabannya adalah paksakanlah untuk tersenyum! Karena orangorang atau teman kita tentunya tak mengerti tentang hati kita. Tetaplah berikan hak orangorang di sekeliling kita dengan senyuman kita, karena dengan begitu kita telah menunjukkan keluhuran budi kita sendiri.
Sebagai tips bagi kawan-kawan, saya mengajak untuk mari bersamasama mengalokasikan waktu minimal 3 menit per hari untuk latihan tersenyum. Kawan-kawan tahu? Begitu pentingnya senyuman ini, sehingga di setiap perusahaan maju sekarang diadakan pelatihan untuk tersenyum. Terakhir saya mengajak, mari tersenyumlah setulusnya, sebagaimana seorang ibu yang baru melahirkan, meskipun sakitnya tak kentara, namun beliau tetap tersenyum dengan tulus saat melihat sang buah hatinya yang masih merah baru lahir. 

Prinsip 3: Mengingat nama seseorang adalah hal paling penting bagi orang itu dalam bahasa apapun

Ada mungkin dari kawan-kawan yang memiliki kebiasaan lupa dengan nama teman sendiri.
Misalnya saja suatu hari ketika kita sedang sendirian, tibatiba dihadapkan dengan teman lain yang sedang bersama dengan groupnya, akhirnya kita terpaksa harus berkenalan dengan sekian banyak orang sambil saling menyebutkan nama masingmasing.
Apakah kawan-kawan akan menghafal semua namanama mereka? Dengan artian bahwa satu minggu kemudian ketika kita bertemu dengan orangorang itu kembali, apakah kita masih kenal raut wajah dan namanya?
Mungkin saya akan maklumi kalau memang kawan-kawan ada yang menjawab “Ya”! Saya kira itu mungkin karena kawan-kawan dianugerahi kemampuan di atas manusia ratarata normal. Tapi marilah kita melacak lebih jauh, ternyata yang menjawab “Tidak”, mereka lebih banyak daripada yang menjawab “Ya”. Padahal kawan-kawan tahu, bahwa salah satu sifat manusia itu senang jikalau dirinya dianggap penting sebagaimana mereka ingin dianggap keluarga oleh setiap orang yang dikenalnya.
Begini kawan-kawan, disaat seorang anak manusia dilahirkan, mereka akan menjadi sosok yang paling berharga bagi orang tuanya. Kemudian sosok yang berharga itu diberi nama oleh orang tua mereka, tentunya dengan namanama yang sangat indah sesuai dengan pengetahuan dan harapan orang tuanya. Akhirnya setelah anak itu beranjak dewasa, anak itu akan didongengkan oleh ayah dan ibunya perihal arti di balik nama indah yang melekat pada dirinya.
Setelah orang tuanya mendongengkan maka timbullah kebanggaan pada diri si anak akan namanya sendiri, sehingga ketika si anak tadi sudah bisa menulis, namanya itu akan mereka tulis dimanamana. Percayalah, si anak tadi menuliskan namanya dimanamana tersebut bukan hanya karena kebanggaannya karena ia sudah bisa menulis, namun karena lebih kepada kebanggaannya terhadap namanya sendiri.
Saya disini tidak akan membahas tentang bagaimana cara menghafal sebuah nama, karena hal itu tergantung pada kebiasaan dan kondisi kita masingmasing. Saya disini hanya ingin berpesan bahwa nama seseorang adalah tanda cinta kasih dari orang tua mereka. Lalu, bagaimana menurut kawan-kawan jika kita ikut mencintai saudarasaudara kita seperti orang tua mereka mencintai mereka? Maka panggillah nama kawan-kawan kita sesuai dengan keinginan mereka, karena itu merupakan bagian dalam menghargai orang lain.

Prinsip 4: Jadilah pendengar yang baik. Dorong orang lain untuk berbicara tentang diri mereka

Kawan-kawan tahu bahwa hampir setiap orang berkeinginan untuk didengarkan? Bahkan orang yang berada di dalam televisi atau radio pun semua ingin didengarkan. Ibu kita ingin didengarkan, ayah kita ingin didengarkan, adik kitapun sama, pokoknya hampir semua orang ingin didengarkan. Akibat dari semuanya ingin didengarkan, sehingga timbul isuisu sekarang ini yang menyebutkan bahwa kita membutuhkan pemimpin yang perlu mendengar, bukan hanya pemimpin yang bisa berbicara dan beretorika.
Orang sakit ingin didengarkan tentang keluhannya. Orang sehat yang bahagia ingin didengarkan tentang cerita bahagianya, orang marah ingin didengarkan tentang segala permasalahannya, orang sedih ingin didengarkan tentang segala kisah pilunya, bahkan orang tidurpun ingin didengarkan bahwa ia capek, butuh istirahat, dan tak mau diganggu.
Kawan-kawan, kecenderungan semua manusia memang seperti itu, meskipun tak ada data statistiknya. Bahkan saya yakin bahwa kitapun termasuk orang yang demikian. Oleh karena itu, mudah bukan, bagaimana caranya untuk mendapatkan teman? Dengarkanlah mereka, doronglah mereka untuk berbicara tentang diri mereka sendiri maka kita akan mendapat simpati dari mereka, bahkan mungkin simpati itu akan terbawa sampai saat nafas ini sudah berada di ujung kerongkongan.
Jadilah pendengar yang baik, dan bersimpatilah kepada orang lain. Percayalah, bahwa pemimpin yang terbaik adalah pemimpin yang memiliki keterampilan dalam hal mendengarkan orang lain. Percayalah!
Prinsip 5: Bicarakan minatminat orang lain
Dalam pokok bahasan ini saya mengajak kawan-kawan untuk bersamasama belajar kepada setiap anakanak di seluruh dunia.
Kita mungkin pada suatu saat merasa bingung jika berhadapan dengan seorang anak kecil. Apa yang harus dikomunikasikan, lalu supaya percakapan agak panjang, sebagai alternatif, kita sering bertanya, tentang citacitanya, lalu bertanya siapa temannya, dan permainan apa yang selalu dilakukan anak kecil tersebut. Ajaib sekali, anakanak itu yang kita sangka pendiam dan sepertinya kurang bisa berkomunikasi, tibatiba menjawab dengan antusias dan begitu jelas dalam mendeskripsikannya.
Tahukah kawan-kawan, timbulnya sikap antusias anak kecil tersebut terhadap minatnya menjadi sebuah “perilaku” yang terus dibawa sampai ia tumbuh dewasa, bahkan sampai tua. Saya rasa penjelasan di atas sudah sangat membuat kawan-kawan mengerti. Tapi ingat, menjadi seseorang yang bisa antusias terhadap minatminat orang lain tersebut sangatlah sulit.
Penulis pernah bercakapcakap dengan seorang pengusaha hampir kurang lebih 2,5 jam. Yang dibicarakan hanyalah mengenai kekaguman si pengusaha tersebut kepada dirinya sendiri yang sudah berhasil membangun perusahaan tersebut dari nol. Tapi sulit bukan berarti tidak bisa. Kita harus berlatih untuk merendahkan hati di depan orang lain. Tanya minatnya dan dengarkan dengan antusias kemudian lakukanlah timbal balik pertanyaan yang menyenangkan bagi kawan bicara kita. Dengan demikian kita akan mendapatkan pengertian bahwa pada diri setiap orang ada mutiara hikmah yang mungkin kita tak bisa temukan di dalam kehidupan kita sendiri.
 
Prinsip 6: Buat orang lain merasa penting dan lakukan dengan tulus

Sebetulnya saya yakin bahwa kawan-kawan meskipun baru sekilas membaca sub judul di atas tentulah sudah mengerti dan tahu akan kemana arah pembicaraan kita pada saat sekarang.
Kawan-kawan, inti dari sub bab masalah ini adalah lebih terletak kepada rasa simpatik dan empatik kepada orang lain. Bagaimana cara kita untuk memberikan kode kepada orang lain bahwa kita ada di pihak mereka, bahwa mereka tak sendiri, bahwa “anda adalah penting bagi saya”. Lakukanlah hal tersebut dengan tulus, dengan demikian maka orang lain akan menganggap bahwa hanya kawan-kawanlah sahabat terbaiknya di dunia ini. Ya, hanya kamu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar