Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Semua yang dilakukan
seseorang harus terjadi secara wajar,
bertindaklah wajar.
Berbuatlah kebaikan demi kepentingan umum,
jangan hanya untuk kepentingan sendiri karena
gejala alam sekalipun
tak akan berlangsung
kekal, lebihlebih pekerjaan manusia
(Lao
Zi)
Bab ini sengaja saya tulis karena
memang poin ini sangat penting ketika kita menjadi seorang siswa (mahasiswa). Dalam kenyataannya, memang banyak siswa (mahasiswa) yang terkendala dalam
prestasi dan tidak bisa sempurna menggali segala potensi karena masalah kurang
bisa bergaul dengan orang lain. Baik dengan temantemannya, dosen, maupun
masyarakat.
Dalam menulis bab ini, selain ditemani
oleh segelas air putih, saya juga ditemani oleh sebuah buku karangan Dale
Carnegie yang judulnya Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain. Mungkin
sebagian dari kawan-kawan sudah mengetahui tentang buku ini.
Saya sudah selesai membacanya. Saya
harap kawan-kawanpun dapat membaca buku ini sampai tuntas. Melalui kesempatan ini, saya akan mengulang kembali
poinpoin yang ada dalam buku tersebut.
Saya
yakin kawan-kawan sering mendengar tentang bagaimana kisah sukses orangorang
yang berhasil sukses dengan bantuan orang lain. Dan saya yakin bahwa kawan-kawanpun
pernah ditolong atau menolong orang lain.
Banyak diantara orangorang disekeliling kita atau bahkan
kita sendiri kadang dibenci oleh orang lain tanpa diri kita merasa bersalah. Hal
tersebut pada akhirnya, mengakibatkan renggangnya hubungan kita dengan
orangorang di sekeliling kita. Kalau sudah seperti itu
kejadiannya, apa yang mau dikata, mungkin pada suatu saat kita benar-benar
membutuhkan bantuan dari teman kita tersebut, namun kita tak
mendapatkannya.
Percayalah, bahwa di saat kawan-kawan kehilangan teman
dekat, atau bahkan ada yang tibatiba membenci atau tibatiba ada yang
berpandangan mencurigakan, janganlah dengan cepat kita membalas
mereka dengan kebencian. Namun
cepatlah kawan-kawan mengoreksi diri sendiri. Janganjangan mereka melakukan hal
itu semua karena kedzoliman kita sendiri kepada orang lain, atau janganjangan tanpa kita sadari kita telah mengambil
hak orang lain.
Disini saya memakai katakata dzolim dan mengambil hak,
mungkin kedengarannya agak ekstrem. Tapi percayalah, bahwa setiap
manusia itu memiliki kebanggaan tersendiri, memiliki hal yang paling berharga
di dalam hidupnya. Dan yang berkaitan dengan itu mereka memiliki hak untuk
dihargai oleh orang lain. Atau
dengan kata lain, kita semua punya hak untuk dimanusiakan oleh manusia lainnya.
Apakah kawan-kawan pernah merasa tidak dimanusiakan oleh orang lain? Seperti
misalnya orang yang kita ajak senyum ternyata tak membalas senyuman kita, orang
yang sedang kita ajak bicara ternyata berpaling tanpa permisi dan berbicara
dengan orang lain. Orang yang diajak bersalaman oleh kita
ternyata tak membalas.
Kawan-kawan, kalau saya sarankan, maka maafkanlah mereka
yang telah tidak memanusiakan kawan-kawan
dalam bentuk apapun. Karena pada dasarnya, mereka
berbuat seperti itu karena ketidaktahuan. Namun saya berpesan, kepada kawan-kawan
yang telah membaca buku ini, jangan
pernah melakukan hal yang mendzolimi atau mengambil hak orang lain sekecil
apapun. Perbanyaklah teman, perlakukan mereka seperti manusia dan ambil setiap
hal positif dari mereka. Percayalah bahwa dengan seperti itu kawan-kawan akan
menjadi pemimpin yang besar seperti halnya Nabi Muhammad SAW, Yesus Kristus, atau Mahatma Gandhi. Mereka semua sering mengalah dalam
hidupnya, tapi justru dengan itu, Tuhan menjadikan mereka sebagai pemenang.
Nah, sekarang bagaimanakah membuat orang lain menyukai kita?
Menurut Dale Carnegie, ada 6 (enam) prinsip untuk membuat orang lain menyukai kita. Mari
saya paparkan satu persatu:
Prinsip 1: Jadilah orang yang sungguhsungguh berminat
terhadap orang lain
Pada suatu hari guru saya marah di depan kelas karena kami
membuat kegaduhan pada saat guru itu menjelaskan pelajaran. Guru kami marah
karena muridnya tak memperhatikan apa yang beliau paparkan. Muridnya terlihat menyepelekannya.
Saya menggarisbawahi kata menyepelekan karena hal itulah memang yang biasa kita
rasakan pada saat orang lain tak bersungguhsungguh dalam berkomunikasi dengan
kita.
Sang guru bisa saja dengan mudah menegur para siswa
(mahasiswa) supaya lebih besungguhsungguh, karena memang aturan formalnya sudah
ada. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, apakah menegur seperti itu mampu dilakukan
oleh semua orang? Atau, walaupun sekiranya mampu, apakah kirakira umpan
baliknya akan mengenakkan bagi si penegur yang notabene disini ia bertindak sebagai
korban?
Kawan-kawan, marilah kita bersamasama belajar untuk menatap
orang lain sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan yang unik dan
menarik untuk diperhatikan.
Prinsip 2:
Tersenyumlah
“Tersenyumlah maka anda akan senang”. Begitulah judul salah
satu buku yang pernah saya temui. Tersenyum itu bukan sekedar akan menyenangkan
diri kita sendiri, namun tersenyum juga akan menyenangkan diri orang lain.
Dengan tersenyum, kita akan sehat secara psikologis.
Kawan-kawan, saya disini mengajak untuk menjadi orang yang
murah senyum. Percayalah, bahwa senyuman itu adalah tanda kita menyayangi sesama
manusia, sedangkan siapa saja yang menyayangi makhluk di bumi, maka ia akan
disayangi oleh yang ada di langit. Dalam versi bahasa Arabnya: “Irhamu Man fi
alArdhi Yarhamukum Man fi alSama’i”.
Bagaimanakah kalau keadaan hati kita sedang gundah gulana
atau sedang tidak mud untuk
tersenyum? Jawabannya adalah paksakanlah untuk tersenyum! Karena orangorang
atau teman kita tentunya tak mengerti tentang hati kita. Tetaplah berikan hak
orangorang di sekeliling kita dengan senyuman kita, karena dengan begitu kita
telah menunjukkan keluhuran budi kita sendiri.
Sebagai tips bagi kawan-kawan, saya mengajak untuk mari
bersamasama mengalokasikan waktu minimal 3 menit per hari untuk latihan
tersenyum. Kawan-kawan tahu? Begitu pentingnya senyuman ini, sehingga di setiap
perusahaan maju sekarang diadakan pelatihan untuk tersenyum. Terakhir saya
mengajak, mari tersenyumlah setulusnya, sebagaimana seorang ibu yang baru
melahirkan, meskipun sakitnya tak kentara, namun beliau tetap tersenyum
dengan tulus saat melihat sang buah hatinya yang masih merah baru lahir.
Prinsip 3: Mengingat nama seseorang adalah hal paling
penting bagi orang itu dalam bahasa apapun
Ada
mungkin dari kawan-kawan yang memiliki kebiasaan lupa dengan nama teman
sendiri.
Misalnya saja suatu hari ketika kita
sedang sendirian,
tibatiba dihadapkan dengan teman lain yang
sedang bersama dengan groupnya, akhirnya kita terpaksa harus
berkenalan dengan sekian banyak orang sambil saling menyebutkan
nama masingmasing.
Apakah kawan-kawan akan menghafal semua
namanama mereka? Dengan artian bahwa satu minggu kemudian ketika kita
bertemu dengan orangorang itu kembali, apakah kita masih kenal
raut wajah dan namanya?
Mungkin saya akan maklumi kalau memang kawan-kawan ada yang menjawab
“Ya”! Saya kira itu mungkin karena kawan-kawan dianugerahi
kemampuan di atas manusia ratarata normal. Tapi marilah kita melacak lebih
jauh, ternyata yang menjawab “Tidak”, mereka lebih
banyak daripada yang menjawab “Ya”. Padahal kawan-kawan tahu, bahwa
salah satu sifat manusia itu senang jikalau dirinya dianggap penting
sebagaimana mereka ingin dianggap keluarga oleh setiap orang yang dikenalnya.
Begini kawan-kawan, disaat seorang anak manusia dilahirkan,
mereka akan menjadi sosok yang paling berharga bagi orang tuanya. Kemudian
sosok yang berharga itu diberi nama oleh orang tua mereka, tentunya
dengan namanama yang sangat indah sesuai dengan pengetahuan dan harapan orang
tuanya. Akhirnya setelah anak itu beranjak dewasa, anak itu akan didongengkan oleh ayah
dan ibunya perihal arti di balik nama indah yang melekat pada dirinya.
Setelah orang tuanya mendongengkan maka timbullah kebanggaan
pada diri si anak akan namanya sendiri, sehingga ketika si anak tadi sudah bisa
menulis, namanya itu akan mereka tulis dimanamana. Percayalah, si anak tadi
menuliskan namanya dimanamana tersebut bukan hanya karena kebanggaannya karena
ia sudah bisa menulis, namun karena lebih kepada kebanggaannya terhadap namanya
sendiri.
Saya disini tidak akan membahas
tentang bagaimana cara menghafal sebuah nama, karena hal itu tergantung pada
kebiasaan dan kondisi kita masingmasing. Saya disini hanya ingin berpesan bahwa
nama seseorang adalah tanda cinta kasih dari orang tua mereka. Lalu,
bagaimana menurut kawan-kawan jika kita ikut mencintai saudarasaudara kita
seperti orang tua mereka mencintai mereka? Maka panggillah nama kawan-kawan kita
sesuai dengan keinginan mereka, karena itu merupakan bagian dalam menghargai orang lain.
Prinsip 4: Jadilah pendengar yang baik. Dorong orang lain
untuk berbicara tentang diri mereka
Kawan-kawan tahu bahwa hampir setiap orang berkeinginan
untuk didengarkan? Bahkan orang yang berada di dalam televisi atau radio pun
semua ingin didengarkan. Ibu kita ingin didengarkan, ayah kita ingin
didengarkan, adik kitapun sama, pokoknya hampir semua orang ingin
didengarkan. Akibat dari semuanya ingin didengarkan, sehingga timbul isuisu
sekarang ini yang menyebutkan bahwa kita membutuhkan pemimpin yang perlu mendengar,
bukan hanya pemimpin yang bisa berbicara dan beretorika.
Orang sakit ingin didengarkan tentang keluhannya. Orang
sehat yang bahagia ingin didengarkan tentang cerita bahagianya, orang marah
ingin didengarkan tentang segala permasalahannya, orang sedih
ingin didengarkan tentang segala kisah pilunya, bahkan orang tidurpun ingin
didengarkan bahwa ia capek, butuh istirahat, dan tak mau diganggu.
Kawan-kawan, kecenderungan semua manusia memang seperti itu,
meskipun tak ada data statistiknya. Bahkan saya yakin bahwa kitapun termasuk
orang yang demikian. Oleh karena itu, mudah bukan,
bagaimana caranya untuk mendapatkan teman? Dengarkanlah mereka, doronglah
mereka untuk berbicara tentang diri mereka sendiri maka kita akan mendapat
simpati dari mereka, bahkan mungkin simpati itu akan terbawa sampai saat
nafas ini sudah berada di ujung kerongkongan.
Jadilah pendengar yang baik, dan bersimpatilah kepada orang
lain. Percayalah, bahwa pemimpin yang terbaik adalah pemimpin yang memiliki
keterampilan dalam hal mendengarkan orang lain. Percayalah!
Prinsip 5: Bicarakan
minatminat orang lain
Dalam pokok bahasan ini saya mengajak kawan-kawan untuk bersamasama
belajar kepada setiap anakanak di seluruh dunia.
Kita mungkin pada suatu saat merasa bingung jika berhadapan
dengan seorang anak kecil. Apa yang harus dikomunikasikan, lalu supaya
percakapan agak panjang, sebagai alternatif, kita
sering bertanya, tentang citacitanya, lalu bertanya siapa temannya, dan
permainan apa yang selalu dilakukan anak kecil tersebut. Ajaib sekali, anakanak
itu yang kita sangka pendiam dan sepertinya kurang bisa berkomunikasi, tibatiba
menjawab dengan antusias dan begitu jelas dalam mendeskripsikannya.
Tahukah kawan-kawan, timbulnya sikap antusias
anak kecil tersebut terhadap minatnya menjadi sebuah “perilaku” yang terus
dibawa sampai ia tumbuh dewasa, bahkan sampai tua. Saya rasa penjelasan di atas
sudah sangat membuat kawan-kawan mengerti. Tapi ingat, menjadi seseorang yang
bisa antusias terhadap minatminat orang lain tersebut sangatlah sulit.
Penulis pernah bercakapcakap dengan seorang pengusaha hampir
kurang lebih 2,5 jam. Yang dibicarakan hanyalah mengenai kekaguman si pengusaha
tersebut kepada dirinya sendiri yang sudah berhasil membangun perusahaan
tersebut dari nol. Tapi sulit bukan berarti tidak bisa.
Kita harus berlatih untuk merendahkan hati di depan orang lain. Tanya
minatnya dan dengarkan dengan antusias kemudian lakukanlah timbal balik
pertanyaan yang menyenangkan bagi kawan bicara kita. Dengan demikian kita akan
mendapatkan pengertian bahwa pada diri setiap orang ada mutiara hikmah yang
mungkin kita tak bisa temukan di dalam kehidupan kita sendiri.
Prinsip 6: Buat orang lain merasa penting dan lakukan dengan
tulus
Sebetulnya saya yakin bahwa kawan-kawan meskipun baru
sekilas membaca sub judul di atas tentulah sudah mengerti dan tahu akan kemana
arah pembicaraan kita pada saat sekarang.
Kawan-kawan, inti dari sub bab masalah ini adalah lebih terletak
kepada rasa simpatik dan empatik kepada orang lain. Bagaimana cara kita untuk
memberikan kode kepada orang lain bahwa kita ada di pihak mereka, bahwa mereka tak
sendiri, bahwa “anda adalah penting bagi saya”. Lakukanlah hal tersebut dengan
tulus, dengan demikian maka orang lain akan menganggap bahwa hanya kawan-kawanlah
sahabat terbaiknya di dunia ini. Ya, hanya kamu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar