Kamis, 09 Juli 2020

BERLATIH SABAR DAN JADILAH ORANG CERDIK


Oleh: Qiki Qilang Syachbudy


Bila menghadapi kesulitan selesaikanlah ketika masih bisa diatasi.
Bila menghadapi hal yang kelihatannya mudah, jangan meremehkannya,
namun lakukanlah tugas itu dengan sepenuh hati
untuk menghindarkan resiko kegagalan
(Lao Zi)


Jangan terbawa emosi! Itulah sebenarnya inti yang saya ingin sampaikan pada bab ini. Saya pernah mendapat suatu kasus di waktu sekolah SMA. Ceritanya seperti ini.
Pada hari itu kelompok kami akan mengadakan latihan pementasan drama. Meski hari itu hari minggu, kami pada hari sebelumnya bersepakat untuk latihan di sekolah pada jam delapan pagi di hari minggu tersebut.
Singkat cerita, saya berangkat dari rumah jam 7 pagi. Saya belabelain deh”, sederhananya seperti itu. Soalnya pada waktu itu ibu saya sedang sakit di rumah, dan warung kecil milik keluarga kami tak ada yang menunggu. Demi kegiatan ini saya sampai rela untuk meninggalkan ibu yang sedang sakit dan terpaksa warung pun ditutup. Ini berarti keluarga kami tidak mendapat untung dari warung pada hari itu.
Cerita berlanjut, sampailah saya jam delapan di sekolah (kuliah), namun ternyata kawan-kawan saya belum juga ada yang datang satupun. Baru kirakira jam sembilan ada seorang teman yang datang dengan mengendarai motor. Dari mulai jam sembilan kami terus menunggu sampai jam sepuluh, akhirnya pada saat jam sepuluh itu ada tiga orang teman lagi yang datang. Dari tujuh orang anggota yang akan latihan, sekarang baru lima anggota yang datang. Kami belum bisa memulai latihan pada waktu itu, soalnya naskah asli yang belum diperbanyak masih ada di tangan salah satu di antara kedua teman kami yang belum hadir. Beberapa kali teman kami berusaha menghubungi mereka berdua yang belum hadir, tapi belum juga bisa tersambung. Sampai akhirnya jam sebelas siang, salah satu teman kami yang membawa naskah itu menelepon dan katanya baru bangun tidur dan minta untuk dijemput. Dan akhirnya latihan baru bisa dimulai jam dua belas siang.
Setelah membaca kisah saya itu mungkin kawan-kawan sekarang teringat kepada “kedzolimankedzoliman” yang dilakukan oleh kawan-kawan yang lain, atau mungkin kita sendiri yang sering mendzolimi kawan-kawan kita yang lainnya.
Tips dan trik dari saya, jika kawan-kawan menghadapi masalah seperti ini, salah satu yang bisa kita lakukan hanyalah dengan bersabar. Lakukanlah teguran ala kadarnya saja, karena bisabisa kita sendiri yang akan kena “semprot”. Kenapa? Karena alasan itu sangat bisa dibuat, dan semua orang cenderung ingin selalu dimaklumi dan dibenarkan segala yang telah atau tengah dilakukannya. Justru kita harus berjiwa besar untuk dapat menghargai pembelaan diri mereka sebagai bentuk rasa solidaritas persahabatan. Yang terpenting kita harus melakukan dua hal berikut ini, yaitu:

1.     Jangan pernah menghakimi orang lain
Menghakimi adalah sesuatu yang sangat mudah, namun akhirnya akan terjadi suatu keretakan hubungan yang entah sampai kapan bisa kembali seperti semula. Sebab, hampir semua orang cenderung tidak ingin disalahkan dan selalu berusaha membela diri atas segala perbuatan yang dilakukannya. Mereka semua memiliki sudut pandang lain yang jauh lebih positif yang membuat mereka cenderung menganggap baik terhadap apa yang mereka perbuat meskipun menurut kita mereka itu salah. Ada kata mutiara dalam bahasa Inggris yang patut direnungkan “Just because you are right, does not mean, i am wrong. You just haven’t seen life from my side”.
2.    Berlakulah cerdik, jadikan hal tersebut sebagai peluang

Kembali kepada cerita sewaktu SMA. Sebetulnya ada hal yang saya lewatkan, yaitu saya lupa tidak membuat rencana kedua (plan B). Andai saja pada waktu saya menunggu kawan yang terlambat itu saya cerdik dan memiliki rencana kedua. Contohnya saya membawa buku bacaan dari rumah, tentu waktu yang kurang lebih 4 jam menunggu itu dapat dimanfaatkan dengan membaca buku, bukan terlewatkan dengan sia-sia. Mungkin selama empat jam itu saya bisa membaca sekitar 80 halaman. Sesuatu yang cerdik bukan?

***

Kawan-kawan sekalian, bersabar bukan hanya dalam hal menghadapi jam karet saja. Cerdik disini juga bukan hanya memanfaatkan waktu pada saat jam ngaret saja. Tapi arti sabar dan arti cerdik disini bersifat luas. Tapi karena buku ini hanya diperuntukkan bagi kalangan pelajar, maka saya hanya akan membatasinya pada sabar dan cerdik di sekitar problem para pelajar.
Penyakit yang banyak dialami oleh anak muda zaman sekarang adalah penyakit karena ingin cepat sukses dengan cara instant. Visi yang sangat populer di kalangan anak muda sekarang adalah “ketika muda hurahura, tua banyak harta, dan jika mati masuk surga. Lalu apakah jargon seperti itu salah? Saya rasa visi itu tergantung masingmasing, dan kalaupun kawan-kawan memiliki visi seperti itu, saya rasa tidak ada salahnya. Malahan berdoa semoga kita semua dapat tergolong menjadi manusia yang selalu bahagia di saat hidup ataupun mati. Tapi disini kembali saya mengingatkan bahwa kita harus sering bertanya tentang siapa diri kita dan sudah sampai dimana posisi kita pada waktu sekarang ini.
Kawan-kawan, tidak ada suatu perjuangan yang berhasil tanpa adanya suatu pengorbanan yang sangat dahsyat. Dalam bahasa sederhananya, keberhasilan haruslah dibeli dengan keringat, perasan dan pikiran kita. Sudah tidak bisa dielakkan lagi bahwa kesabaran sebagai sikap jiwa dan kecerdikan sebagai taktik dan strategi sangatlah diperlukan di dalam berbagai segi kehidupan termasuk pada dunia kesiswaan (kemahasiswaan).
Di dunia kesiswa (mahasiswa)an, bagian dari kesabaran dalam hal belajar di antaranya adalah sanggup untuk berjamjam duduk di depan meja tulis untuk belajar maupun menyelesaikan tugas.
Kawan-kawan pasti tahu siapa itu JK Rowling, yaitu pengarang novel Harry Potter, atau Habiburahman ElShirazy, sang penulis novel AyatAyat Cinta, atau Andrea Hirata yang mengarang novel Laskar Pelangi. Kawan-kawan pernah tidak membayangkan, betapa mereka sangat gigihnya untuk menulis buku setebal itu. Pertanyaannya, siapa yang mau mengetik ulang novelnya Harry Potter? Hehehe….
Menurut saya, kesabaran itu sebagai kontrol betapa hebatnya kita dalam hal memimpin diri sendiri. Saya pernah mendapat nasihat dari seseorang untuk jangan pernah marah. Karena katanya, kalau kita marah, maka kita bukan lagi seorang pemimpin. Dalam hadits juga sudah jelas dikatakan bahwa orang yang mudah marah maka ia tidak akan masuk surga “Laa Taghdab walakal Jannah”.
Kecerdikan memang seharusnya disandingkan dengan kesabaran. Menurut saya, kecerdikan adalah protokolernya pemimpin. Keselamatan dan kewibawaan pemimpin salah satunya terletak pada protokolernya, karena dengan itu maka ia akan mampu menentukan arah kebijakan, taktik dan strateginya. Cerdik, boleh kawan-kawan artikan sebagai cerdas dan terdidik. Saya setujusetuju saja. Namun yang saya maksudkan disini cerdik adalah bisa memilih sikap yang terbaik dalam setiap keadaan. Dan kalaupun ternyata ia gagal, maka dengan cerdik ia bisa merubah kegagalan itu menjadi suatu motivasi untuk maju dan berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar