Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Jangan lihat masa
lampaumu dengan penyesalan,
jangan pula lihat masa
depanmu dengan ketakutan,
namun lihatlah
sekitarmu dengan penuh kesadaran
(James Thurber)
Kadang saya merasa lucu ketika ada orang yang menganggap bahwa orang lain adalah saingan atau musuh. Ini
lucu, padahal jika kita bersatu dalam langkah dan tujuan
dengan orang lain, tentu kita akan mendapatkan kekuatan baru yang sangat
dahsyat untuk menyelesaikan segala persoalan hidup kita. Jadikanlah orang lain sebagai patner
bukan competitor.
Maksud saya menulis bab ini adalah
sebagai kelanjutan dari bab sebelumnya, yaitu berbuat lebih baik dan lebih
banyak dari orang lain. Bahasa sederhananya, janganlah mudah terbawa arus
negatif oleh orang lain karena kita adalah orang besar yang siap untuk terus
berbuat dan berkarya. Jangan mudah meniru gaya orang lain, misalnya orang lain tidur, kita tidur. Orang lain main, kita main.
Orang lain males, kita males. Kalau kita masih seperti itu ketika menjadi siswa (mahasiswa), saya bisa jamin 100% bahwa kita tidak akan bisa berprestasi
secara maksimal, hanya akan menjadi siswa (mahasiswa) standar yang biasabiasa
saja.
Pada bab ini saya beritahukan kepada kawan-kawan tentang betapa asyiknya
menjadikan orang lain sebagai standar (minimal). Kita anggap saja bahwa kita
sekarang ada di sebuah asrama. Di asrama tersebut tentu kita
bisa tahu segala selukbeluk keadaan kawan-kawan kita yang lain. Kadang kita tercengang melihat kegigihan kawan lain yang gigih belajar
hingga larut malam, atau malah kita iri kepada kawan
yang hobinya tidur dan main, namun kalau ujian nilainya besar terus.
Ketahuilah, bahwa segala sesuatunya memiliki formula atau
semuanya yang ada di dunia ini ada sebab musababnya. Kenapa kawan kita sangat gigih
belajar sampai larut malam dan kenapa kawan kita yang terlihat
hobi tidur dan bersenangsenang tapi dia mujur terus dalam hal nilai. Saya
ulangi, bahwa mereka sudah memiliki formula sendirisendiri yang sudah terbentuk
yang membuat mereka selalu demikian.
Nah, pertanyaannya, apakah kita akan mengikuti
sikapsikap mereka apabila dilihat dari keadaan diri sendiri yang jauh di bawah
dalam hal prestasi diantara mereka? Contohnya, karena kita menganggap bahwa
kita kurang jenius, maka kita sebaiknya mengikuti
metode belajar teman kita yang rajin dan ulet. Jangan mengikuti cara teman kita yang
sudah jenius yang setiap harinya hanya main dan tidur.
Selagi menjadi siswa (mahasiswa), kawan-kawan
harus mampu menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Sebagai seorang pemimpin, kita
harus mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Selain itu, sebagai seorang pemimpin,
kita juga harus mampu berbuat adil, yaitu mampu menggunakan segala yang kita
miliki untuk meraih apa yang kita inginkan dengan cara yang baik dan luwes.
Allah SWT sudah memberikan kita banyak
karunia melalui tubuh kita yang lengkap. Kita dikaruniai hasrat atau keinginan, atau dalam bahasa agama kita sebut nafs sebagai sumber dari nafsu atau kehendak. Selain itu kita juga dikaruniai anggota badan serta kemapuan akal yang lengkap sehingga kita bisa
beraktifitas secara leluasa. Melalui karunia yang besar itulah
sebetulnya Allah SWT telah memberikan keleluasaan kepada manusia untuk bebas
bergerak kemanapun dia inginkan. Jika diibaratkan maka hasrat itu sebagai
kudanya, akal sebagai kusirnya, dan kelengkapan panca indera sebagai perangkat
kereta yang menyertai kuda dan kusir untuk mendapatkan apa yang ingin
dicapainya.
Jika Tuhan saja sudah memberikan
perangkat yang lengkap untuk kemajuan kita, maka untuk apa gunanya kita masih
terbawa arus oleh kebiasaan orang lain? Dari mulai sekarang, biasakanlah kawan-kawan
untuk membaca banyak biografi orangorang sukses. Maka dengan itu akan timbul
perasaan percaya diri yang membuat kita tidak akan ragu lagi dalam menentukan
langkah secara mandiri, meskipun kita harus berjalan pada jalan yang jarang
dilalui orang, atau jalan yang tidak populer.
Pada bab sebelumnya, saya telah mengemukakan bahwa terdapat banyak sekali orang di
luar sana yang menginginkan dirinya sukses. Mereka melakukan hal apapun untuk
mencapai kesuksesan itu. Bahkan di luar kesadaran kita bahwa mungkin tak hanya
Bill Gates
dan Thomas Alva Edison saja yang bekerja sangat gigih, namun ratusan bahkan jutaan
orang yang bekerja layaknya Bill Gates dan Thomas Alva Edison. Mereka semua pada hakikatnya adalah
para pejuang di muka bumi yang tengah mengabdikan diri terhadap kemajuan dan
kemakmuran bumi ini.
Melihat begitu banyaknya manusia yang
setiap hari bekerja keras siang dan malam, lalu
pertanyaannya, sudah sampai dimanakah
perjuangan dan kontribusi kita sebagai salah satu manusia yang ada di muka bumi
saat ini?
Apakah kita yakin
bahwa jika diurutkan, kita ada di urutan paling atas? Jika tidak,
apakah kita ada di urutan 15 besar dunia? Ataukah kita termasuk 5 ribu terbawah
dari total masyarakat bumi dalam hal bekerja keras dalam sehari semalam?
Kenapa saya bertanya seperti itu? Karena
saya ingin mengingatkan lagi kepada kawan-kawan untuk menjadikan orang lain atau teman kita sebagai standar dalam berlombalomba di
jalan kebaikan. Bukankah dalam surat alBaqarah ayat 148
Tuhan juga menganjurkan kita untuk terus berlombalomba dalam kebaikan? Maka layaknya seperti fungsi
standar, mereka hanyalah sebagai warning
kalaukalau kita pada salah satu waktu barangkali telah bekerja di bawah standar.
Disini saya mengajak kita semua untuk bangkit dan melampaui
sejauh mungkin standar itu, dan mari meraih prestasi
dan kesuksesan
sebanyakbanyaknya. Jangan Tanya untuk apa, tapi
bertanyalah bahwa kita ini siapa?
Maksimalkan dan manfaatkanlah
segala waktu luang yang kita miliki. Mungkin dalam benak teman kita tak terpikirkan untuk memanfaatkan waktu 15 menit
di dalam kelas untuk membaca buku, namun kita bisa memanfaatkan waktu dengan membaca buku,
karena buku adalah jendela pembuka cakrawala keilmuan. Mungkin teman kita tak terpikirkan
untuk mengikuti organisasi secara serius, namun kita mampu berorganisasi,
karena organisasi bagi kita adalah taman bermain. Taman bermain kita bukan di mall, namun taman bermain kita adalah di
forumforum diskusi dan rapat. Masih ingatkah dengan modelmodel siswa (mahasiswa)
yang sudah dibahas pada bab sebelumnya? Kita berusaha untuk menjadi model siswa
(mahasiswa) kurakura.
Memang itulah yang saya rasakan selama
menjalani sekolah (kuliah). Kita harus mampu berbuat yang lebih baik dan lebih
banyak dari orang lain jika ingin menjadi siswa (mahasiswa) yang tidak
biasabiasa saja. Semasa berstatus siswa (mahasiswa), kita harus terus memacu
diri untuk bisa memanage dan memperbaiki diri sehingga kita terbiasa
dengan jadwal hidup yang efektif.
Terakhir,
saya mengajak kepada kawan-kawan untuk terus memperbaiki diri semasa hidup, karena
kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Yang
kita harapkan adalah bahwa kita akan bisa menjadi seperti matahari yang tak akan habis
walaupun banyak memberi. Kita berharap dapat
menjadi “orang besar” yang masih sanggup memberi walaupun sudah tiada di alam
dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar