Kamis, 09 Juli 2020

JADIKAN ORANG LAIN SEBAGAI STANDAR


Oleh: Qiki Qilang Syachbudy


Jangan lihat masa lampaumu dengan penyesalan,
jangan pula lihat masa depanmu dengan ketakutan,
namun lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran
(James Thurber)
                                                                        

Kadang saya merasa lucu ketika ada orang yang menganggap bahwa orang lain adalah saingan atau musuh. Ini lucu, padahal jika kita bersatu dalam langkah dan tujuan dengan orang lain, tentu kita akan mendapatkan kekuatan baru yang sangat dahsyat untuk menyelesaikan segala persoalan hidup kita. Jadikanlah orang lain sebagai patner bukan competitor.
Maksud saya menulis bab ini adalah sebagai kelanjutan dari bab sebelumnya, yaitu berbuat lebih baik dan lebih banyak dari orang lain. Bahasa sederhananya, janganlah mudah terbawa arus negatif oleh orang lain karena kita adalah orang besar yang siap untuk terus berbuat dan berkarya. Jangan mudah meniru gaya orang lain, misalnya orang lain tidur, kita tidur. Orang lain main, kita main. Orang lain males, kita males. Kalau kita masih seperti itu ketika menjadi siswa (mahasiswa), saya bisa jamin 100% bahwa kita tidak akan bisa berprestasi secara maksimal, hanya akan menjadi siswa (mahasiswa) standar yang biasabiasa saja.
Pada bab ini saya beritahukan kepada kawan-kawan tentang betapa asyiknya menjadikan orang lain sebagai standar (minimal). Kita anggap saja bahwa kita sekarang ada di sebuah asrama. Di asrama tersebut tentu kita bisa tahu segala selukbeluk keadaan kawan-kawan kita yang lain. Kadang kita tercengang melihat kegigihan kawan lain yang gigih belajar hingga larut malam, atau malah kita iri kepada kawan yang hobinya tidur dan main, namun kalau ujian nilainya besar terus.
Ketahuilah, bahwa segala sesuatunya memiliki formula atau semuanya yang ada di dunia ini ada sebab musababnya. Kenapa kawan kita sangat gigih belajar sampai larut malam dan kenapa kawan kita yang terlihat hobi tidur dan bersenangsenang tapi dia mujur terus dalam hal nilai. Saya ulangi, bahwa mereka sudah memiliki formula sendirisendiri yang sudah terbentuk yang membuat mereka selalu demikian.
Nah, pertanyaannya, apakah kita akan mengikuti sikapsikap mereka apabila dilihat dari keadaan diri sendiri yang jauh di bawah dalam hal prestasi diantara mereka? Contohnya, karena kita menganggap bahwa kita kurang jenius, maka kita sebaiknya mengikuti metode belajar teman kita yang rajin dan ulet. Jangan mengikuti cara teman kita yang sudah jenius yang setiap harinya hanya main dan tidur.
Selagi menjadi siswa (mahasiswa), kawan-kawan harus mampu menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Sebagai seorang pemimpin, kita harus mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Selain itu, sebagai seorang pemimpin, kita juga harus mampu berbuat adil, yaitu mampu menggunakan segala yang kita miliki untuk meraih apa yang kita inginkan dengan cara yang baik dan luwes.  
Allah SWT sudah memberikan kita banyak karunia melalui tubuh kita yang lengkap. Kita dikaruniai hasrat atau keinginan, atau dalam bahasa agama kita sebut nafs sebagai sumber dari nafsu atau kehendak. Selain itu kita juga dikaruniai anggota badan serta kemapuan akal yang lengkap sehingga kita bisa beraktifitas secara leluasa. Melalui karunia yang besar itulah sebetulnya Allah SWT telah memberikan keleluasaan kepada manusia untuk bebas bergerak kemanapun dia inginkan. Jika diibaratkan maka hasrat itu sebagai kudanya, akal sebagai kusirnya, dan kelengkapan panca indera sebagai perangkat kereta yang menyertai kuda dan kusir untuk mendapatkan apa yang ingin dicapainya.
Jika Tuhan saja sudah memberikan perangkat yang lengkap untuk kemajuan kita, maka untuk apa gunanya kita masih terbawa arus oleh kebiasaan orang lain? Dari mulai sekarang, biasakanlah kawan-kawan untuk membaca banyak biografi orangorang sukses. Maka dengan itu akan timbul perasaan percaya diri yang membuat kita tidak akan ragu lagi dalam menentukan langkah secara mandiri, meskipun kita harus berjalan pada jalan yang jarang dilalui orang, atau jalan yang tidak populer.
Pada bab sebelumnya, saya telah mengemukakan bahwa terdapat banyak sekali orang di luar sana yang menginginkan dirinya sukses. Mereka melakukan hal apapun untuk mencapai kesuksesan itu. Bahkan di luar kesadaran kita bahwa mungkin tak hanya Bill Gates dan Thomas Alva Edison saja yang bekerja sangat gigih, namun ratusan bahkan jutaan orang yang bekerja layaknya Bill Gates dan Thomas Alva Edison. Mereka semua pada hakikatnya adalah para pejuang di muka bumi yang tengah mengabdikan diri terhadap kemajuan dan kemakmuran bumi ini.  
Melihat begitu banyaknya manusia yang setiap hari bekerja keras siang dan malam, lalu pertanyaannya, sudah sampai dimanakah perjuangan dan kontribusi kita sebagai salah satu manusia yang ada di muka bumi saat ini?
  Apakah kita yakin bahwa jika diurutkan, kita ada di urutan paling atas? Jika tidak, apakah kita ada di urutan 15 besar dunia? Ataukah kita termasuk 5 ribu terbawah dari total masyarakat bumi dalam hal bekerja keras dalam sehari semalam?
Kenapa saya bertanya seperti itu? Karena saya ingin mengingatkan lagi kepada kawan-kawan untuk menjadikan orang lain atau teman kita sebagai standar dalam berlombalomba di jalan kebaikan. Bukankah dalam surat alBaqarah ayat 148 Tuhan juga menganjurkan kita untuk terus berlombalomba dalam kebaikan? Maka layaknya seperti fungsi standar, mereka hanyalah sebagai warning kalaukalau kita pada salah satu waktu barangkali telah bekerja di bawah standar.
Disini saya mengajak kita semua untuk bangkit dan melampaui sejauh mungkin standar itu, dan mari meraih prestasi dan kesuksesan sebanyakbanyaknya. Jangan Tanya untuk apa, tapi bertanyalah bahwa kita ini siapa?
Maksimalkan dan manfaatkanlah segala waktu luang yang kita miliki. Mungkin dalam benak teman kita tak terpikirkan untuk memanfaatkan waktu 15 menit di dalam kelas untuk membaca buku, namun kita bisa memanfaatkan waktu dengan membaca buku, karena buku adalah jendela pembuka cakrawala keilmuan. Mungkin teman kita tak terpikirkan untuk mengikuti organisasi secara serius, namun kita mampu berorganisasi, karena organisasi bagi kita adalah taman bermain. Taman bermain kita bukan di mall, namun taman bermain kita adalah di forumforum diskusi dan rapat. Masih ingatkah dengan modelmodel siswa (mahasiswa) yang sudah dibahas pada bab sebelumnya? Kita berusaha untuk menjadi model siswa (mahasiswa) kurakura.
Memang itulah yang saya rasakan selama menjalani sekolah (kuliah). Kita harus mampu berbuat yang lebih baik dan lebih banyak dari orang lain jika ingin menjadi siswa (mahasiswa) yang tidak biasabiasa saja. Semasa berstatus siswa (mahasiswa), kita harus terus memacu diri untuk bisa memanage dan memperbaiki diri sehingga kita terbiasa dengan jadwal hidup yang efektif. 
Terakhir, saya mengajak kepada kawan-kawan untuk terus memperbaiki diri semasa hidup, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Yang kita harapkan adalah bahwa kita akan bisa menjadi seperti matahari yang tak akan habis walaupun banyak memberi. Kita berharap dapat menjadi “orang besar” yang masih sanggup memberi walaupun sudah tiada di alam dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar