Kamis, 09 Juli 2020

DI HMI, KITA SEDANG SAFARI BATIN


Tanggal 24 April 2015 ini kami dengar akan dilaksanakan Konferensi Cabang HMI Cabang Bogor ke-54 untuk melakukan prosesi pergantian pengurus HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014 ke pengurus HMI Cabang Bogor Periode 2015-2016. Kegiatan perhelatan acara tahunan cabang tertinggi ini akan digelar di GSMI dengan dihadiri oleh seluruh pengurus komisariat yang ada. Di sela-sela kesibukannya mempersiapkan Konferensi Cabang, kami ajak Ketum HMI Cabang Bogor, Sdr. Qiki Qilang Syachbudy, untuk berdiskusi santai seputar HMI dan impian-impiannya mengenai HMI Cabang Bogor ke depan.

W: Selamat siang Bang. Bagaimana kabar anda saat ini?

Q: Alhamdulillah baik.

W: Oya bang, sebelumnya kami mengucapkan selamat atas akan berakhirnya kepengurusan HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014.

Q: Terima kasih.

W: Berbicara mengenai akan berakhirnya kepengurusan ini, apa sebetulnya yang sudah dicapai dari kepengurusan periode ini?

Q: Tidak banyak. Tetapi saya kira kita sudah berbuat yang terbaik yang bisa kami lakukan. Yang terpenting adalah bahwa sedikit banyaknya, kepengurusan ini sudah bisa mengomunikasikan mengenai pentingnya kader sebagai tujuan utama adanya pengurus HMI Cabang Bogor dan pentingnya kita menggali lebih dalam potensi diri kita sendiri, kepercayaan diri organisasi.

W: Apa maksud Abang dari kader sebagai tujuan utama dan kepercayaan diri organisasi?

Q: Begini analogi sempitnya... banyak orang yang mengira secara sempit bahwa ber-HMI itu harus berkontribusi kepada masyarakat dengan cara rame-rame melakukan “kerja bakti” dengan cara bawa bendera atau bawa pacul dengan semangat turun ke masyarakat. Jika ada sebuah kebijakan pemerintah yang salah maka HMI dicaci maki untuk turun bawa bendera di jalan-jalan dengan semangat membela masyarakat, pro terhadap rakyat kecil, dan sebagainya. Kemudian setelah adik-adik HMI ini turun jalan, maka mereka ditepuktepuk punggungnya dan diberi pujian bahwa mereka sudah berada di jalan yang benar, sudah berhasil pro kepada rakyat.

W: Apakah Abang tidak suka dan anti dengan aksi turun jalan atau aksi turun ke masyarakat tersebut?

Q: Saya berbicara seperti itu bukan berarti saya anti dengan demonstrasi atau turun ke masyarakat. Kalau Anda lihat di buku catatan saya, saya selalu catat setiap kali saya demonstrasi beserta tanggalnya. Anda akan lihat bahwa selama studi S1 saya hampir melakukan demo dua bulan sekali baik yang demonstrasinya dilakukan di HMI atau di luar HMI. Saya rasa tidak ada yang salahnya dengan demonstrasi atau turun ke masyarakat, malah itu menjadi suatu hal yang positif guna menyampaikan aspirasi dan melatih kader untuk lebih percaya diri. Yang saya sesalkan adalah ketika demonstrasi itu menjadi suatu parameter bagus atau tidaknya suatu kepengurusan cabang. Dan yang saya sesalkan juga adalah ketika kita turun ke masyarakat, justru hal itu membuat kader-kader kita ancur prestasi akademiknya. Kalau perlu kita dalam satu tahun itu tidak ada demonstrasi atau tidak ada turun ke masyarakat, asalkan pengaderan tetap jalan. Saya sering berbicara ke kader-kader, “bahwa sekiranya HMI ini hanya membuat nilai akademik adik-adik kecil, maka jangan terlalu aktif di HMI”. Sebab tujuan utama kita di HMI adalah untuk membesarkan kader dengan cara meng-install nilai-nilai HMI ke dalam jiwa kader sehingga jiwa-jiwa kader itu menjadi jiwa-jiwa yang sejahtera dan jiwa-jiwa yang lapang dan besar. Sebab, nanti juga kader-kader itu akan bergerak sendiri baik atas nama HMI atau bukan atas nama HMI dalam mengaplikasikan perenungannya yang di dapat selama berHMI.

W: Jadi menurut Abang pengaderan para kader-kader HMI lah yang paling penting?

Q: Ya, itu yang paling wajib. Pengurus harus mampu membekali para anggotanya bukan saja dengan nilai-nilai tauhid (nilai-nilai batin) yang ada di HMI. Namun juga harus awas dan waspada dengan perkembangan zaman. Mendampingi para kader dalam mewujudkan impiannya menjadi manusia-manusia yang mampu menjadi gerbong kuat penarik masyarakat Indonesia, untuk mengangkat harkat martabat bangsanya.

W: Apa bayangan ideal Abang tentang HMI Cabang Bogor di level komisariat, cabang, dan alumni?

Q: Saya kira kondisinya sudah baik, tinggal dipertahankan saja. Seperti misalnya kita sudah terbiasa berpikir bahwa di HMI itu jangan terlalu menjelimet. Sederhana saja. Kita kan sama-sama orang sibuk. Kita sama-sama tahu ilmu masing-masing. Kita sama-sama satu guru. Kita sama-sama orang perantauan yang harus hidup di tanah orang. Kita sudah terbiasa saling rukun, saling menghargai, saling meringankan, saling membesarkan, saling membangun, saling bersilaturraHMI. Sesekali kita harus berbeda pendapat itu boleh. Wong dengan ibu kandung saja kita kadang beda pendapat, asal jangan sakit hati(an). Kalau semuanya berpikir besar dan berpikir ringan maka semua jalan rezeki akan terbuka.

W: Lalu bayangan ideal Abang mengenai aktifitas perkaderan di HMI dari level komisariat sampai cabang seperti apa?

Q: Begini, pada intinya HMI ada untuk mempermudah kader dalam proses studinya dan memberikan tambahan nilai-nilai dan soft skill sehingga kader memiliki keunggulan dibanding mahasiswa lain yang memungkinkan kader kemudian bisa berkarya lebih banyak dan karyanya lebih berkualitas. Tidak hanya sekedar menjadi tenaga kerja yang baik.

Q: Menurut saya, pola pengaderannya harus disederhanakan dan dibuat langsung kepada substansinya. Selain itu juga kita jangan terlalu bangga jika kader HMI hanya fasih berdiskusi masalah isu nasional.

W: Maksud Anda?

Q: Begini, kasarnya, kegiatan di komisariat itu cukup dengan mengadakan LK I saja, TITIK. Sementara itu, Cabang, selain mengadakan LK 2 dan LKK, juga membekali para kader dengan kemampuan menulis (SEKOLAH MENULIS HMI); kemampuan berdiskusi (ARISAN BACA); dan kemampuan bahasa (FOREIGN LANGUAGE DEPARTEMENT). Kita lupakan sajalah mengenai kegiatan event organizer berupa seminar nasional atau mengundang tokoh nasional. Toh ternyata kanda-kanda kita di cabang Bogor saya rasa setaraf dengan tokoh-tokoh nasional. Kita harus didik kader kita ini supaya bisa berpikir jauh ke depan menerobos lorong waktu beberapa ratus tahun ke depan. Berpikir bukan saja untuk Indonesia, bukan saja untuk Islam, tetapi untuk semua umat dan makhluk di alam ini. Saya kadang berkhayal, bahwa suatu saat ada kader HMI yang mendapatkan Penghargaan Nobel dari HMI Cabang Bogor.

W: Lalu apa maksud Anda bahwa kita jangan terlalu bangga jika kader HMI hanya fasih berdiskusi masalah isu nasional?

Q: Begini. Biasanya, kebanyakan diskusi di HMI hanya di sekitar masalah isu nasional. Padahal sebagai anak-anak muda, kader HMI juga harus kita bawa kepada masanya. Seperti misalnya kita mengadakan diskusi tentang menikah, diskusi tentang pacaran sebelum menikah, diskusi tentang cara menghasilkan uang lewat wirausaha, diskusi tentang gaji di perusahaan multinasional dan BUMN, dll. Intinya, kita harus bisa meraba kebutuhan batin mereka. Kita buat mereka menjadi optimis menghadapi hidup. Mereka kan para anak muda yang tidak lama lagi lulus kuliah, menjadi ayah/suami, menjadi ibu/istri, dan menjadi tulang punggung keluarga.

W: Apakah Anda optimis bisa?

Q: Saya rasa dengan semangat bersyukur dan ikhlas kita bisa. Ditambah dengan kerja bersama segenap kader HMI.

W: Terima kasih bang atas waktunya.

Q: Iya sama-sama.

Demikian para pembaca hasil wawancara dengan Sdr. Qiki Qilang Syachbudy, Ketum HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014. Semoga terinspirasi. Yakin Usaha Sampai.  (20 April 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar