Proses perjuanganpun telah selesai.
Maka ada yang mengatakan bahwa jikalau anda sudah selesai pada suatu pekerjaan,
maka segeralah beralih kepada pekerjaan lain. Begitu pula sejarah selalu
mencatat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang ketika selesai melakukan
sesuatu, maka ia lantas melakukan hal yang selanjutnya, atau dengan kata
kerennya adalah bersifat dinamis. Dinamis adalah bergerak, yaitu bergerak ke arah
kebaikan. Bergeraklah maka kita akan mendapatkan energi yang maha dahsyat, dan
jangan pernah menunggu energi yang maha dahsyat dulu baru bergerak.
Setelah proklamasi selesai, para
pejuang Indonesia tidak lantas menyimpan senjata di gudanggudang mereka. Tetapi
malahan mereka lebih memegang senjatanya lebih erat dengan semula. Dan
perjuanganpun dialihkan, menjadi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Begitu pula dengan kisahkisah
perjuangan lainnya. Seperti perjuangannya Muhammad saw yang sangat gigih
memperjuangkan keyakinannya untuk merubah masyarakat jahiliyah arab menjadi
masyarakat madani. Lantas setelah beliau berhasil merubah masyarakat Arab,
beliaupun tidak lantas terdiam, duduk termenung, dan berdo’a saja, tetapi
beliaupun tetap memperjuangkan keyakinannya itu sampai kepada masyarakat lain
di luar Arab, sampai terus disebarkan oleh para pengikutnya, dan sampai terus
sampai sekarang seolah tidak akan terhenti. Begitu pula dengan halnya Jesus
Kristus, Sidharta Gautama, dan lainlain. Merekalah yang pantas kita acungi
jempol, mereka sebagai manusia pilih tanding yang dikirim Tuhan khusus untuk
menjadikan manusia yang beradab dan menciptakan keadaan dunia yang damai,
tentram, dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Merekalah para manusia yang selalu
berjuang dan sangat mencintai para manusia lain, yang selalu ingin
menyelamatkan manusia.
Prosesi pernikahan sudah selesai, dan
segala tugas Abi pun telah selesai di Desa Kelaban ini. Desa yang dulu kering,
sekarang sudah menjadi desa yang basah, petanipun bisa menanam padi tiga kali
dalam satu tahun. Transportasipun lancar, dan akibatnya kesejahteraan rakyatpun
mudahmudahan bisa ditingkatkan.
Kesejahteraan ini adalah
kesejahteraannya masyarakat Desa Kelaban. Yang bukan warga Desa Kelaban? Tenang
saja, anda akan mendapatkan bagiannya juga.
Tapi tidak demikian dengan Abi. Minggu
depan ia harus sudah meninggalkan desa ini, ya tentu saja dengan Habibah yang
kini sudah resmi menjadi istrinya.
Bapaknya Habibah sebetulnya merasa
sedikit keberatan jika saja anaknya harus secepat itu meninggalkannya.
Kekhawatirannya itu masih besar, karena harus berpisah dengan anak semata
wayangnya yang selama ini aman dan bahagia berada dalam asuhannya. Ia takut
jika nanti anak semata wayangnya itu menjadi menderita di dalam tanggung
jawabnya Abi.
“Percayalah pada Abi, relakanlah
sekarang anakmu untuk diambil oleh orang lain. Seandainya pun pria itu bukan
Abi, sudah pasti bahwa Habibah akan dibawa suaminya ke suatu tempat, yaitu
tempat suaminya. Sekarang relakanlah semua ini terjadi, percayakanlah semuanya
kepada keputusan anakmu, dan berdo’alah semoga mereka selalu hidup bahagia,
sebahagia bahkan kalau bisa lebih bahagia daripada kehidupan rumah tangganya
Muhammad SAW.” Begitulah upaya bapak Habibah untuk mengikhlaskan segala
peristiwa ini.
Hari perpindahan pun sudah sampai.
Banyak barang, terutama barang Habibah yang harus dibawa, oleh karena itu untuk
memudahkannya Abi menyewa mobil.
Perpindahanpun segera dimulai layaknya
suatu perpindahan pengantin. Agak ribet dan sedikit agak kurang enak untuk
diceritakan di sini. Tidak ada yang spesial.
Tetapi yang perlu diceritakan disini adalah
semangatnya sebuah perpindahan. Semangat sebuah perpindahan adalah semangatnya
sebuah perubahan, yaitu perubahan menuju ke sesuatu yang lebih baik. Dengan
perpindahan itu kadangkadang orang berfikir untuk melakukan suatu hal yang
besar, berani melakukan hal yang besar, berani melakukan perubahan pola pikir
yang selama ini terkekang oleh keadaan lingkungan tempatnya berada.
Banyak cerita tentang awalnya keberhasilan
dimulai oleh sebuah perpindahan. Misalnya saja dari zaman dahulu kita sering
mendengar kisah perpindahan Nabi Muhammad SAW dari kota Mekah ke kota Madinah,
yang oleh orang muslim lebih dikenal dengan peristiwa hijrah. Sampai zaman
sekarang, seperti yang sudah sangat terkenal tentang kisah kesuksesannya orang Padang
yang ratarata berhasil diawali oleh suatu perpindahan, yang lebih dikenal
dengan istilah merantau.
Baik hijrah ataupun merantau semuanya
memiliki hakikat yang sama. Yaitu meninggalkan tempat asal, menuju tempat baru,
dengan tujuan untuk berikhtiar memperbaiki keadaan hidup menjadi lebih baik.
Singkat cerita, segala proses
perpindahanpun sudah selesai, Abi dan Habibah sekarang sudah menempati sebuah
rumah pusaka. Rumah yang mungil, dan masih bergaya rumah zaman dahulu. Meski
mungil, tapi kelihatannya indah, karena rumah ini memiliki halaman depan dan
belakang yang luas dan dipenuhi oleh tumbuhan yang beraneka ragam. Udara sejuk
dan sepoisepoi angin menjadikan lebih romantisnya alam ini.
“Inilah rumah sementara kita Neng,
semoga Neng merasa kerasan tinggal disini. Maafkan akang, karena akang belum
bisa memberikan rumah yang lebih bagus daripada ini pada saat sekarang.”
“Akang jangan berbicara seperti itu.
Rumah ini indah sekali, dan Neng sangat bahagia tinggal disini Kang. Menjadi
pendamping Akang.” Ucap Habibah sambil melemparkan senyum manis tanda
kerelaannya. Senyuman yang membuat Abi lega dan bahagia.
Setelah merapikan barang di rumah,
mereka langsung melakukan kunjungan kepada para kerabat dan tetangga, yang
rumahnya memang sedikit agak jauh dengan rumah mereka. Para kerabat dan
tetangga pun menyambut kedatangan mereka dengan sangat antusias dan dengan bahagia
sekali, karena memang Abi adalah orang yang sangat pintar bergaul dan selalu
berbesar hati untuk berkomunikasi dan bergaul dengan siapapun.
Semua kerabat dekat dan semua tetangga
pun su
dah selesai dikunjungi, haripun
berangsur menuju kepada keadaan malam. Dan kini sang pengantinpun saatnya untuk
melepas lelah di rumah barunya ini. Rmah yang akan menjadi sebuah surga firdaus
bagi mereka berdua, yang dibawahnya mengalir mata air cinta mereka berdua yang
sangat manis tetapi tidak akan memabukkan.
“Lusa Akang mulai bekerja di kecamatan
Neng, lumayan daripada nganggur, sambil menunggu panggilan dari pemerintah
daerah Jawa Barat di Bandung. Jadi, Akang harap besok kita selesaikan untuk
mengunjungi kerabat kita yang lain lagi yang jauh.”
“Besok kita akan mengunjungi kerabat
yang mana lagi Kang?” Tanya Habibah sambil menyimpan gelas di depan meja Abi
yang berisi teh manis hangat.
“Besok kita akan menemui dua orang
kerabat lagi yang rumahnya agak jauh dari sini. Kira-kira satu kali naik
angkot. Yang pertama adalah adik sepupu akang, namanya Ayi Nana, dia sekarang
mengajar di sebuah perguruan tinggi swasta dan yang kedua adalah seorang
Tionghoa, namanya Ceu Euis, dia adalah seorang Tionghoa yang sangat baik. Akang
sudah menganggapnya saudara.”
Percakapanpun akhirnya seperti berhenti
begitu saja. Mereka berdua sekarang terlena dengan kemunculannya bulan purnama
yang sangat indah, menyinari segala benda yang berada di sekitarnya. Semakin
menambah romantisnya alam di daerah Ciamis ini, dan semakin menambah asyiknya
sang angin sepoisepoi yang saling berkejaran di sela-sela daundaun pepohonan.
“Cahaya bulan itu mengingatkanku kepada
seseorang yang sangat cantik.” Ucap Abi menerawang.
“Siapa dia Kang?” Tanya Habibah sangat
serius dan penasaran.
“Dia adalah seorang gadis dari Desa
Kelaban yang rela dibawa oleh akang kesini untuk hidup menderita.”
“Au……w.” Pekik Abi ketika terasa ada
yang menyubit daerah pinggangnya.
Terlihatlah
diantara sinarnya sinar rembulan itu Habibah tertawa kecil sambil menghela
nafas dalamdalam, sambil melihat sang belahan hatinya yang sedang meringis
sambil mengusapusap pinggangnya. Dan merekapun tersenyum bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar