Masa untuk merayu sang melatipun sudah
selesai. Kini sang kumbang sudah dipersilakan oleh yang empunya melati untuk
menghampiri bunga melati itu yang menawan dan selama ini menjadi incaran banyak
kumbang. Tapi tunggu dulu, sebelum kumbang memiliki bunga melati, izinkanlah
siang memberikan tugasnya kepada sang malam untuk memberikan sebuah suasana
syahdu sebagai tanda peresmian akan kepemilikan sang bunga melati oleh sang
kumbang. Dan izinkanlah sang raja malam untuk mengutus sang bulan purnama untuk
menjadi saksi mengenai detikdetik terikatnya suatu ikatan yang suci dan sakral
antara sang melati dengan sang kumbang. Dan izinkanlah sang angin malam untuk
mempercepat langkah sang kumbang untuk segera memiliki sang melati tersebut.
Abi,
seorang pemuda yang berasal dari Ciamis,
kini telah berhasil menaklukkan seorang
Kembang Desa dari Desa Kelaban. Hubungannya kini telah direstui oleh sang
pemilik kembang itu. Tapi setelah sang pemilik menyetujui, bukan berarti Abi
sudah boleh untuk memetik dan membawa pulang kembang tersebut. Ini sudah
menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan ini sifatnya sudah sangat universal, tidak
bisa ditawar atau diganti lagi, bahwa sebelum seseorang hendak memetik sang
kembang dan membawanya, maka haruslah ada sebuah upacara, atau sebuah
penyakralan atas proses ini. Karena proses ini adalah sebuah peristiwa suci
yang sangat diagungagungkan oleh setiap insan dari semenjak awal penciptaannya.
Haripun
cepat berlanjut, detikdetik pernikahan tinggal beberapa hari lagi. Abi menjadi sibuk
mingguminggu ini, sehingga proyek yang tinggal sebentar lagi akhirnya diambil
alih oleh rekan kerjanya yang lain. Bahkan mingguminggu ini Abi hampir tidak
ada di Desa Kelaban, dia lebih banyak tinggal di Ciamis. Yaitu untuk mengadakan
Persiapan pernikahannya, yang menurut adat yang berlaku harus ada perwakilan
dari pihak pengantin pria yang diwakili oleh keluarga ketika saat pernikahan.
Begitupun
halnya dengan keluarga Habibah. Tidak seperti biasanya harihari ini menjadi
sangat ramai sekali, meskipun konsep awal dari acara ini adalah konsep
kesederhanaan. Jauh sekali memang jika dibandingkan dengan suasana
pernikahannya Idrus dan Siti yang megah dan memakai berbagai macam desain yang
bagus dan mahal. Pernikahan Abi dan Habibah terkesan pernikahan yang kurang Persiapan,
bukan karena apaapa, karena memang tercermin dalam kesediaan bapaknya Habibah
yang terkesan masih setengahsetengah dalam merestui hubungan antara Habibah dan
Abi.
Hal
ini memang bisa dimaklum, karena bapaknya Habibah sangat mengkhawatirkan anak
semata wayangnya itu. Dia tidak ingin anak semata wayangnya itu terlantar di
daerah orang lain, apalagi mengingat Abi yang masih belum memiliki pekerjaan
tetap.
Sebetulnya
sudah berkalikali ibu Habibah menasihati bapak Habibah, bahwa hal ini jangan
terlalu diambil hati, jangan terlalu dipikirkan, yang terpenting adalah
kebahagiaan anak mereka, yaitu Habibah. Tapi tetap, bapak Habibah sepertinya
kurang ikhlas. Sikapnya itu tercermin dari sikapnya yang sekarang, menjadi lebih
pendiam dari biasanya.
Hal
yang seperti ini membuat Habibah merasa berdosa akan semua yang telah terjadi
kepada bapaknya tersebut. Segeralah ia menghampiri bapaknya agar suasana ini
tidak terjadi menjadi berlarutlarut.
Terjadilah
perbincangan antara bapak dan anak, sampai pada suatu kesempatan, Habibah
bertanya kepada bapaknya.
“Bapak,
apakah bapak benarbenar merestui hubungan antara kami berdua?” Ujar Habibah
lirih.
Mendengar
pertanyaan anaknya tersebut, sang bapak hanya diam seribu bahasa. Sebetulnya
beliaupun merasa bingung jika ditanya demikian. Di dalam hati terkecilnya
sebetulnya bapaknya Habibah sangat menyetujui akan pernikahan anaknya itu
dengan Abi. Tapi, entah kenapa ada perasaan berat nanti ia harus berpisah
dengan anak semata wayangnya itu. Apalagi dengan jarak yang selama ini belum
pernah terpisah sejauh itu.
“Kenapa
Neng tidak mencari yang dekat saja, biar Bapak dan Ibu bisa selalu bertemu dengan
Neng setiap saat?” Ucap bapak Habibah menerawang.
“Pak,
kalau Bapak tetap tidak merestui hubungan antara kami berdua. Habibah siap
untuk membatalkan pernikahan ini. Tapi Habibah janji kepada Bapak, bahwa
Habibah tidak akan menikah untuk selamanya.” Ucap Habibah yang tidak kuasa lagi
menahan air matanya.
Lalu
semuanya diam, sunyi, senyap, yang terdengar hanyalah suara pisau yang mengenai
papan dari suara ibuibu dapur yang sedang memasak. Sementara, tanpa disadari
oleh Habibah dan bapaknya, terdapat beberapa pasang mata yang sedang ikut
mendengarkan percakapan antara bapak dan anak itu. Entah siapakah mereka ini,
yang pasti mereka jugalah yang merasakan akan sikapnya bapak Habibah akhirakhir
ini.
“Maafkan
Neng atas segala kesalahan Bapak sela
ma ini terhadap Neng. Bapak hanya ingin
yang terbaik untuk kamu, hanya ingin melihat Neng bahagia. Hanya ingin
memastikan bahwa anak satusatunya bapak dan ibu ini akan hidup bahagia
selamanya. Maafkan bapak, kalau selama ini egois kepada Neng. Bapak sekarang
baru sadar bahwa kebahagiaan yang bapak idamidamkan untuk Neng, ternyata berbeda
dengan kebahagiaan yang Neng idamidamkan selama ini.
Sekarang
Bapak benarbenar ridho kalau Neng menikah dengan Jang Abi. Jang Abi adalah
lakilaki yang bertanggung jawab, bapak yakin Neng akan bahagia bersama dia
untuk selamanya. Tapi satu pesan dari bapak, nanti kalau Neng sudah menikah
dengan Jang Abi, terus Neng dibawa ke Ciamis, jangan lupa untuk selalu bisa
menjaga diri, patuh kepada suami, dan kalau bisa seringseringlah main ke rumah
ini. Karena rumah initeh akan sepi kalau Neng sudah tidak ada disini.” Ucap
bapak Habibah yang tidak tahan lagi untuk menahan air matanya yang mendesak
keluar bersama kesedihannya itu.
Habibahpun
tidak tahan lagi untuk menahan air matanya yang lebih banyak. Habibah langsung
memeluk bapaknya yang sudah terlihat keriput itu. Sekarang Habibah baru tahu
tentang mengapa bapaknya selama ini sulit untuk memberikan restu terhadap
hubungannya dengan Abi.
“Maafkan
Habibah Bapak. Habibah janji akan selalu memegang katakata itu.”
Begitulah
akhirnya, pada detikdetik akhir pernikahannya, Habibah mendapatkan restu yang
sepenuhnya dari bapaknya.
Sementara
beberapa mata yang dari tadi mengikuti percakapan antara Habibah dan bapaknya
pun, seperti ikut berbahagia. Hal itu dapat tergambar dari matanya yang
berkacakaca, pertanda menyimpan rasa haru yang paling dalam di dalam hatinya.
Hari
yang ditunggutunggupun akhirnya sampai. Sebuah pesta pernikahan antara Abi dan
Habibah. Sebuah pesta yang sederhana, tetapi kalau dibandingkan dengan
pernikahan siti, meskipun dalam kelengkapan peralatan jauh seperti bumi dan
langit, tetapi kalau dilihat dari jumlah tamu yang datang, sudah tentu lebih
banyak tamu pada pernikahan Habibah, apalagi dari niatnya semula juga, acara
pesta pernikahan ini sekalian menjadi acara syukuran atas suksenya program
padat karya yang dikepalai oleh Abi Kusumah.
Proses
pernikahan ini tidak jauh berbeda dengan urutan acara pada saat Siti menikah,
karena memang hal itu sudah menjadi sebuah tatali paranti (kebiasaan) bagi warga masyarakat,
umumnya masyarakat parahyangan, yang berarti tanahnya para dewata, masyarakat
Sunda.
Setelah
proses pernikahan selesai, karena memang tidak ada acara hiburan, akhirnya
mereka langsung menuju ke tempat perasmanan untuk menyantap makanan istimewa,
makanan khas orang yang sedang hajatan. Sementara yang lainnya mengantri untuk
bersalaman dan mengucapkan selamat kepada sang pengantin yang sedang bersuka
cita pada kesempatan itu.
Pada
pesta inipun terlihat Otong Dananjaya yang masih belum menikah, Siti dan Idrus
yang katanya sebentar lagi mempunyai momongan, dan tidak terlewatkan pula Beni The Winner yang sekarang sudah resmi
menjadi suami Rieke. Semuanya ada disana termasuk Nunung dan Yadi yang katanya
minggu depan merekapun akan segera menikah.
Ramai
sekali, belum lagi dari keluarga Abi dan keluarga Habibah, dan tidak lupa para
warga kampung yang sekalian meresmikan atas selesainya pembangunan irigasi dan
jalan. Kebahagiaan mereka sungguh hampir tidak bisa dibayangkan dengan
katakata. Semuanya begitu seperti di dalam sebuah bayangan sinetron TV hitam
putih, semuanya tulus, dan semuanya ikhlas, semuanya larut dalam sebuah kata
silaturahmi. Benarbenar pesta yang besar.
Sementara
itu pengantin yang sudah selesai menerima ucapan selamat dari semua tamu yang
datang, mereka lalu duduk di ruang tamu dan mengobrol dengan sanak kerabat
mereka yang datang dari jauh.Sesekali pasangan pengantin itu ada
yang menggoda, yang membuat suasana ini menjadi meriah, mereka tertawa,
merayakan perjuangannya yang kini sudah selesai. Bahagianya memang Abi dan
Habibah, terasa dunia ini bagaikan hanya milik mereka berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar