Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Pertempuran hidup tak
selalu menuju pada orang yang lebih kuat atau lebih cepat. Akan tetapi,
cepat atau lambat, orang yang akan
memenangkan pertempuran hidup adalah mereka yang selalu berpikir
bahwa ia bisa
(John Maxwell)
Tidak bisa disangkal lagi bahwa orangorang
sukses di dunia ini adalah orang yang berbuat lebih baik dan lebih banyak. Kita
lihat saja diantaranya Bethoven, seorang yang memiliki keterbatasan panca
indera (buta dan tuli), namun dia bisa menjadi seseorang yang hebat, yaitu
dengan cara menjadi komposer musik yang sangat legendaris. Kita tengok lagi
seorang Einstein dan seorang Thomas Alva Edison. Mereka berdua yang pada mulanya dianggap bodoh bahkan
mendekati idiot, namun pada ujung kematiannya dipuja sebagai pahlawan bagi
dunia.
Pertanyaannya, kenapa mereka bisa hebat seperti itu?
Jawabannya adalah karena mereka berbuat lebih baik dan lebih banyak
dibandingkan orangorang pada umumnya.
Nah, lalu pertanyaan yang paling penting
adalah, apakah kita sebagai pelajar sudah berbuat lebih baik dan lebih banyak
dalam perjalanan kita mencari ilmu?
Kita lihat saja contoh paling sederhana yang terjadi di sekitar kita. Seperti misalnya di sebuah ruangan kelas, bangku
paling depan selalu menjadi bangku yang paling terakhir terisi. Ketika proses belajar mengajar, banyak pelajar yang mengantuk pada saat guru atau dosen sedang menerangkan. Dari dua contoh sederhana itu seolah para pelajar
sekarang menganggap bahwa belajar adalah hal kedua setelah semua agenda bermain sudah terselesaikan. Saya rasa hal itu akan menjadi
tertawaan bagi Einstein dan Edison jika seandainya mereka hidup pada zaman ini.
Dengan kata lain bahwa kita sampai saat ini sudah banyak
membuang kesempatan yang seharusnya dipakai untuk meraih kesuksesan.
Waktu kita, kesempatan kita, telah kita buang dengan sengaja oleh perilaku yang
naïf dan kurang bersungguhsungguh.
Tentunya dalam konteks bahasan kita
tentang siswa (mahasiswa), berdasarkan pengalaman saya, kita jangan sampai
menyesal ketika di akhir masa persekolahan (perkuliahan). Sebab di akhir masa persekolahan (perkuliahan),
semua hasil kita akan diperlihatkan melalui ujianujian sesungguhnya di
masyarakat. Bagi siswa (mahasiswa) yang sungguhsungguh dalam sekolah (kuliah)nya
tentu ujianujian yang ada di masyarakat itu akan mudah di atasi dengan baik.
Namun bagi mereka yang lalai selama sekolah (kuliah), ujianujian yang ada di
masyarakat akan selalu menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap harinya.
Ketika di akhir masa persekolahan (perkuliahan), saya melihat banyak pemandangan yang
patut untuk direnungkan. Ada siswa (mahasiswa) yang hanya memiliki gelar saja,
namun banyak juga siswa (mahasiswa) yang mendapatkan berbagai keahlian atau
jaringan disamping gelar yang pasti ia dapatkan. Tentu saja secara kasat mata
kita dengan mudah bisa menentukan tentang model siswa (mahasiswa) seperti apa
yang akan lebih cepat meraih kesuksesan di lingkungan masyarakat.
Kawan-kawan pastinya sudah tahu atau
sudah mendengar dengan model siswa (mahasiswa) “kupukupu”, “kunangkunang”, dan
“kurakura”. Ya, di kampus itu biasanya ada siswa (mahasiswa) yang biasa diberi
julukan sebagai siswa (mahasiswa) kupukupu, karena kerjaannya hanya sekolah
(kuliah) pulangsekolah (kuliah) pulang. Model siswa (mahasiswa) kupukupu ini
biasanya hanya mengandalkan proses belajar di kelas, kemudian dia langsung
pulang ke rumah, kosan atau asrama, tanpa banyak melakukan interaksi atau pun
diskusi dengan kawan-kawannya. Lain halnya dengan model siswa (mahasiswa)
kunangkunang yang kerjaannya hanya sekolah (kuliah) nangkringsekolah (kuliah)
nangkring. Siswa (mahasiswa) kunangkunang ini biasanya senang berkumpul, ngopi
bareng, hang out bareng, dan segala macam aktifitas lain
yang sebenarnya hanya membuangbuang waktu saja.
Beda lagi ceritanya dengan siswa
(mahasiswa) kurakura. Siswa (mahasiswa) kurakura ini hobbynya sekolah
(kuliah) rapatsekolah (kuliah) rapat. Tipe siswa (mahasiswa) kurakura inilah
yang idealnya ada dalam diri kita, karena setiap hari kita selalu disibukkan
dengan rapat atau diskusi. Baik rapat di organisasi atau diskusi mata pelajaran dengan kawan-kawan lainnya. Nah, sampai di sini kawan-kawan
mau pilih yang mana julukannya? Mau disebut siswa (mahasiswa) kupukupu,
kunangkunang, atau kurakura? Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai siswa
(mahasiswa) terus berusaha untuk berbuat baik dan berbuat lebih banyak karena
kita adalah agent of change di masa depan kelak.
Percayalah kawan, dengan selalu berbuat
baik dan lebih banyak maka Tuhan akan memberikan karunia dan rahmatNya. Kalau
tidak, sepertinya Tuhan pun akan malu jika tidak mengabulkan semua usaha kita. Ada
orang yang berkata bahwa berdoa yang paling ampuh adalah ketika kita sedang bekerja
atau berbuat dalam hal kebaikan. Memang itu ada benarnya, karena memang, doa
tanpa usaha hanya seperti pepesan kosong. Sebab di dunia ini, Tuhan dalam
memberikan karuniaNya kepada manusia akan selalu mengikuti hukum yang telah
ditentukanNya secara universal atau yang biasa kita dengar dengan hukum alam.
Seperti belajar supaya pintar, makan supaya kenyang, bekerja supaya dapat uang,
bersosialisasi supaya banyak jaringan dan lain sebagainya.
Di
akhir subbab ini saya ingin menyitir sebuah perkataan dari seorang ibu kepada anaknya.
Beginilah perkataannya: “Bangunlah ketika orang lain tidur, berjalanlah
dikala orang lain diam, berlarilah ketika orang lain berjalan, dan terbanglah
ketika orang lain berlari”. Maka Tuhan tak akan pernah menyianyiakan
usahamu itu Nak. Itu pasti!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar