Sampai
saat ini sosok Si Manusia Koboi masih misterius bagi Rasyid. Sosok yang
berpenampilan nyentrik itu tidak jelas tinggalnya di mana dan berasal dari
mana. Jangankan untuk tahu latar belakangnya dari mana, bahkan untuk namanya pun
sampai saat ini Rasyid tidak mengetahui. Jikapun bertemu, Si Manusia Koboi itu
hanya menggiring Rasyid untuk berdiskusi masalahmasalah yang sampai saat ini
belum menjadi buah wacana di masyarakatnya.
Meskipun
gaya bahasa yang dilontarkan oleh Si Manusia Koboi terkesan kadang meremehkan,
menghina, menertawakan, menggurui, bahkan kadangkadang memuji, bagi Rasyid
justru hal itu membuatnya kadang rindu untuk berdiskusi semakin lama. Dengan
lugas dan tanpa tedeng alingaling, Si Manusia Koboi melontarkan kritiknya
kepada Rasyid sehingga kadang Rasyid tidak bisa tidur berharihari karena
memikirkan kelemahannya selama ini, yang ia tidak temukan selama ini kecuali
atas bantuan Si Manusia Koboi.
Hal
yang masih mengganjal di dalam benak Rasyid adalah mengenai hal kemunculan Si
Manusia Koboi yang biasa datang menemuinya pada waktu malam hari. Kecuali
memang pernah suatu hari bertemu pada waktu siang hari sewaktu berdiskusi
mengenai makna mesjid. Hal inilah yang membuat Rasyid berspekulasi mengenai
apakah yang sedang terjadi sebenarnya kepada Si Manusia Koboi yang sepertinya
takut untuk muncul di siang hari dan bertemu dengan masyarakat yang lainnya
selain Rasyid. Kadang Rasyid berpikir apakah Si Manusia Koboi itu seorang malaikat
yang sengaja menyerupai seseorang untuk memberikan pengajaran kepada dirinya.
Namun
setelah lama berpikir, Rasyid kemudian memutuskan untuk tidak lagi
mempertanyakan siapa itu Si Manusia Koboi dan dari mana asalnya. Bagi Rasyid,
asalkan Si Manusia Koboi itu tidak berbuat yang macammacam maka ia pun akan
selalu menyambut si Manusia Koboi untuk berdiskusi dengannya baik malam, siang,
pagi, ataupun sore. Apalagi pikir Rasyid bahwa diskusinya antara ia dan Si
Manusia Koboi selama ini adalah diskusi yang membangun dan ia mendapatkan
banyak manfaat dari diskusidiskusinya selama ini.
Begitulah
kemudian hubungan persahabatan antara Rasyid dengan Si Manusia Koboi
berlangsung sampai pada suatu hari Rasyid menemukan sesuatu yang berbeda pada
sosok Si Manusia Koboi yang tibatiba datang menemuinya pada siang hari dengan
pakaian yang serba putih, tidak lagi memakai pakaian kebesarannya.
“Kenapa
Kau berpakaian tidak seperti biasanya Saudara? Apakah Kau saat ini sudah
beralih profesi?” Tanya Rasyid menggoda.
“Belum
Syid, profesiku masih sebagai penggembala. Aku seperti ini hanya karena dalam
rangka menghormatimu, sekalian Aku tadi menontonmu pada saat Kau bekerja.” Ucap
Si Manusia Koboi dengan nada yang dingin.
“Jadi
Kau tadi berada di antara jamaahku?”
“Ya.”
“Lalu
bagaimana pendapatmu mengenai penampilanku tadi?” Ucap Rasyid sambil tersenyum
kecil melihat mimik wajah Si Manusia Koboi yang sepertinya sedang serius. Tidak
seperti biasanya yang selalu menampilkan nuansa santai dan bersahaja.
“Ah…
tidak begitu buruk Syid.”
“Maksudmu?”
Rasyid terlihat mulai penasaran dengan pendapat yang akan dilontarkan dari
mulut Si Manusia Koboi.
“Maksudku
penampilan Kau tadi bagiku biasabiasa saja, sebuah penampilan klasik dengan
bahasan yang disampaikan juga klasik. Hanya karena wajahmu yang tampan dan
bicaramu yang meyakinkan saja dengan kadangkadang membumbui kalimatmu dengan
bahasa Arab di sanasini makanya masih banyak orang (terutama ibuibu) yang
bersimpati kepadamu.” Jawab Si Manusia Koboi dengan nada yang serius.
Mendengar
jawaban itu Rasyid menjadi terdiam sejenak, tidak menyangka Si Manusia Koboi
akan berbicara seperti itu. Dalam hati kecilnya Rasyid ingin sekali menantang
Si Manusia Koboi untuk menggantikannya untuk mengisi pengajian kepada jemaahnya
sehingga kemudian Si Manusia Koboi itu bisa merasakan betapa berbedanya cara
menghadapi hewan dengan cara menghadapi manusia. Namun kemudian Rasyid menahan
katakata yang seperti itu karena ia masih perlu untuk mendengarkan penjelasan
Si Manusia Koboi selanjutnya.
“Ah…
Kau ini terlalu mencaricari alasan untuk mengkritikku Saudara. Kau tahu, bahwa
Aku yang sekarang ini adalah sebuah produk dari sekian tahun ke belakang semasa
Aku menuntut ilmu kepada guruguruku. Jadi, menurutku inilah metode yang belum
Kau pahami karena ini bukanlah duniamu. Kau tahu Saudara, metode dan cara yang
Aku gunakan untuk berdakwah ini adalah metode yang sudah menjadi formula jitu
bagi para pemuka agama dalam menyampaikan firman Tuhan kepada ummatnya.” Ucap Rasyid
berusaha membela.
“Heheheee…
Syid, Syid… itu menggambarkan kepolosanmu dalam hidup Syid. Kau anggap Kau ini
tukang dongeng? Dan Kau anggap manusia di zaman ini masih sama dengan manusia
zaman dahulu?”
“Maksudmu?”
Tanya Rasyid dengan segera.
“Maksudku
sederhana Syid, Kau ini sama seperti halnya tukang dongeng. Mungkin kalau Kau
suka dengan pertunjukan wayang maka Kau ini sama seperti seorang dalang di
dalam sebuah pertunjukan wayang. Dari ratusan tahun ke belakang, sejak
diciptakannya wayang sampai saat ini suara Bima selalu percis seperti itu, dan
suara tokohtokoh wayang yang lain pun percis sama, bahkan judul cerita dan alur
ceritanya tidak pernah berubah. Selalu sama seperti itu, dan mungkin sampai
kapan pun akan selalu seperti itu. Namun yang sangat disayangkan adalah bahwa
Kau ini sangat buruk jika dibandingkan dengan seorang dalang pewayangan.
Dalam
hal dakwah, seorang dalang dalam pertunjukkan wayang lebih hebat dibandingkan
Kau, karena ia biasanya berusaha membawa penontonnya untuk memahami
permasalahanpermasalahan kekinian ditambah lagi sesekali ia menyampaikan kritik
yang membangun bagi kemajuan masyarakat ke depan. Sedangkan Kau hanya berkutat
pada pembahasan yang tidak bermutu dan hanya menghabiskan waktu ummatmu saja.
Setelah pulang dari majelismu pasti jemaahmu merasa lega karena telah menunaikan
sebuah ibadah yang bernilai pahala besar, padahal ilmu dan isi dari ibadah itu
tidak bermutu dan tidak mengandung nilai jangka panjang. Maka menurutku kau ini
tidak cocok untuk mengurus ummat. Mungkin Kau harus mencoba dulu mengurus
ternakku Syid, barangkali Kau menemukan pekerjaan yang cocok.” Ucap Si Manusia
Koboi panjang lebar dengan diakhiri oleh senyuman kecil bernada meremehkan.
Mendengar
hal itu Rasyid tenang saja karena ia sudah faham dengan tabiat Si Manusia Koboi
yang kadangkadang suka meremehkannya.
“Janganlah
Kau dengan cepat menghakimiku seperti itu Saudara. Berikanlah kepadaku
indikatorindikator yang menyebabkan Kau seolah berpendapat bahwa Aku telah
gagal dalam menjalankan fungsi dan peranku sebagai pemuka agama?” Tanya Rasyid
bernada lirih sambil berusaha menenangkan detak jantungnya yang seolaholah
terasa mendadak berdegup kencang.
“Sikapmu
memang sudah sedikit bijaksana jika dibandingkan dengan awal pertama kita
bertemu Syid.” Ucap Si Manusia Koboi memuji Rasyid dan sengaja tidak segera
menjawab pertanyaan Rasyid.
“Baiklah
Syid. Untuk menjawab itu Aku hanya ingin mengingatkan kembali mengenai kondisi
masyarakat pada saat ini yang sudah jauh dari nilainilai agama. Hal ini tentu
Kau juga bisa melihatnya dengan mata telanjang mengenai semakin banyaknya
pemberitaan dan kejadian yang sudah sangat menyimpang dari nilainilai agama
sehingga menyebabkan gonjangganjingnya kondisi masyarakat.”
“Maaf
Saudara, tolong pembicaraannya jangan terlalu jauh karena hal ini seharusnya
tidak hanya menjadi tugas Aku sebagai pemuka agama. Tetapi di situ ada fungsi
pemerintah juga.” Ucap Rasyid memotong pembicaraan Si Manusia Koboi.
“Ya,
memang betul, seratus persen Kau sangat betul, bahwa terjadinya banyak
permasalahan di tengah masyarakat hal itu bukan hanya tanggung jawab Kau,
tetapi di situ ada juga tugas pemerintah dalam hal pengatur dan yang
menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakatnya. Namun Aku hanya ingin bertanya
kepadamu, apakah yang sudah Kau lakukan untuk ummat ini? Aku rasa jika Kau
jujur dan bersikap ksatria terhadap pernyataanmu tadi, ternyata dalam kondisi
yang gonjangganjing ini Kau hanya diam saja Rasyid. Kau hanya melestarikan
metode yang sudah diberikan oleh gurugurumu saja Rasyid. Padahal sudah jelas
bahwa peganganmu adalah Al Qur’an dan
Al Hadits, kenapa Kau tidak mencoba
melihat kembali kedua pusaka itu, lalu Kau telaah secara mendalam dengan
bantuan karyakarya ulama terdahulu sehingga kemudian melahirkan pemikiranmu
terhadap permasalahan yang ada sekarang dan pada akhirnya melahirkan sebuah
solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Mengapa Kamu tidak berusaha
menjadi pemimpin dalam menghadapi masyarakat yang gonjangganjing seperti ini?
Bukankah hal yang demikian itu sudah sangat jelas dilakukan oleh Muhammadmu?
Dan bukankah itu pula yang ditugaskan kepadamu dari Muhammadmu?”
Jelas Si Manusia Koboi pan
jang lebar.
Mendengar
penjelasan Si Manusia Koboi, Rasyid hanya terdiam dan tidak mampu untuk
bersuara. Tidak disangka bahwa Si Manusia Koboi akan berbicara sedalam itu. Di
dalam hati terkecilnya ia berpendapat bahwa orang yang berbaju serba putih yang
sekarang ada di hadapannya ini bukanlah orang yang sembarangan. Mengikuti pola
pikirnya Rasyid kemudian menyimpulkan bahwa tidaklah mungkin untuk seorang
penggembala bisa berpikir seperti itu. Pemikiran yang seperti itu hanyalah bisa
keluar dari orangorang yang memiliki referensi dan pengalaman hidup yang tidak
sedikit. Namun demikian, Rasyid tetap memutuskan untuk tidak memperdulikan
mengenai siapa Si Manusia Koboi sehingga dirinya mengetahui dengan secara tidak
disengaja atau Si Manusia Koboinya sendiri yang dengan sukarela membuka
identitasnya kepada Rasyid.
Namun
setelah beberapa lama terdiam akhirnya Rasyid berbicara kepada Si Manusia
Koboi.
“Baiklah
Saudara, Aku akui bahwa Kau memang benar. Lalu menurutmu, bagaimanakah supaya
Aku bisa lebih bermanfaat lagi untuk mengatasi permasalahanpermasalahan ummat
saat ini?” Ucap Rasyid lirih.
“Itu
karena Kau terlalu berkacamata kuda Syid. Aku yakin jika Kau ini sangat hebat dalam
hal ilmu agama baik hafalanmu, sejarah, fiqh, Ilmu Balaghoh, dsb. Pasti Kau
sangat mengerti karena memang itu keahlianmu, seperti halnya Aku mengerti
bagaimana ilmu mengurus ternakternakku. Kalau Aku boleh berpendapat bahwa yang
sekarang kurang Kau lakukan adalah mengenali ummatmu sehingga kemudian Kau
bukan hanya mengetahui teoriteori yang ada melainkan juga mengetahui realitas
yang ada di lapangan. Setelah itu nanti Kau akan mengetahui bahwa ada sebuah
jurang pemisah antara teori yang ada dengan realitas yang ada di masyarakat.
Sehingga kemudian pada akhirnya Kau akan memiliki sebuah kebijaksanaan
tersendiri untuk menjawab segala permasalahan ummat. Dengan demikian Kau akan
bisa memberikan jalan keselamatan, sehingga Kau laksana menghantarkan ummatmu
menjadi para penghuni surga. Dan bukankah yang demikianlah yang sangat
dianjurkan oleh agamamu?”
Rasyid
hanya menganggukanggukkan kepala saat mendengar penjelasan Si Manusia Koboi
sambil kemudian melontarkan pertanyaan.
“Lalu
menurutmu, realitas di masyarakat yang seperti apa yang harus Aku lihat
Saudara?” Tanya Rasyid penuh dengan kesungguhan.
“Banyak
Syid, bukankah pada hakikatnya segala yang ada di bumi ini merupakan firman
Tuhan yang tidak tertulis?... Oya Syid, kebetulan nanti malam Aku akan ke
sebuah tempat yang Aku yakin akan sangat bermanfaat untuk kamu pelajari. Apakah
kamu ada waktu luang malam ini?” Tanya Si Manusia Koboi menanyakan kesediaan Rasyid.
“Kebetulan
Aku bisa meluangkan waktu untuk pergi bersamamu Saudara. Bisakah Kau beritahu
Aku mengenai tujuan kita nanti malam?”
“Nanti
Kau akan tahu dengan sendirinya Syid. Tempatnya di kota. Kau jangan khawatir,
nanti malam Aku menjemputmu di sini.” Ucap Si Manusia Koboi sambil kemudian ia
pamit kepada Rasyid untuk pergi.
Selepas
kepergian Si Manusia Koboi, Rasyid tersenyum kecil sendiri mengingat bahwa
meskipun banyak kritikan yang didapatnya dari Si Manusia Koboi hari ini, tapi
setidaknya bahwa baginya hari ini lebih baik dari hari kemarin karena kini
jamaahnya sudah bertambah satu orang lagi.
***
Malam
pun segera tiba. Seperti janjinya tadi siang, Si Manusia Koboi malam ini datang
menjemput Rasyid dengan mengendarai sebuah mobil mewah berwarna hitam. Bagi Rasyid
ini adalah suatu kejutan melihat pakaian Si Manusia Koboi hari ini yang
terkesan anak muda sekali. Apalagi ditambah dengan kedatangan Si Manusia Koboi
yang mengendarai mobil mewah. Bagi Rasyid ini adalah sebuah kenyataan yang
tidak disangka sebelumnya mengingat Si Manusia Koboi yang ia kenal selama ini
tidak sama sekali mencirikan orang yang berkelimpahan dengan harta apalagi
sanggup mengendarai mobil semewah itu. Pakaian Si Manusia Koboipun terlihat
keren dan terlihat lebih muda dari biasanya dengan memakai kemeja yang digulung
sedikit pada bagian lengannya, bercelana jeans dan bersepatu yang terlihat
mewah serta cocok dalam memadukannya.
Mengenai
banyaknya pertanyaan yang ada di benak Rasyid tidak sedikit pun ia utarakan ke
Si Manusia Koboi. Dengan keramahan seperti biasanya, Rasyid mempersilakan Si
Manusia Koboi untuk masuk ke dalam rumahnya. Meskipun Rasyid berusaha setengah
memaksa. Namun Si Manusia Koboi tetap menolak ajakan tersebut dengan alasan
takut kemalaman di jalan untuk sampai tujuan. Dan kemudian mengajak Rasyid
untuk segera pergi ke tempat yang akan dituju.
Dengan
tidak banyak bertanya lagi, dan setelah terasa berpenampilan rapi, kemudian Rasyid
masuk ke dalam mobil Si Manusia Koboi untuk bersamasama menuju tempat yang
telah dijanjikan Si Manusia Koboi tadi siang. Tempat yang katanya akan
memberikan pembelajaran kepada Rasyid mengenai arti kehidupan.
Setelah
semuanya terasa siap, akhirnya Si Manusia Koboi menjalankan mobilnya membelah
pekatnya malam yang sunyi itu.
Perjalanan
dari kampung Rasyid ke kota memang memakan waktu yang lumayan lama. Jika
perjalanan menggunakan angkutan umum maka harus naik turun angkot sampai empat
angkot untuk sampai ke pusat kota. Jika saja tidak ada keperluan yang sangat
penting seperti misalnya membeli buku ajaran untuk keperluan pengajian atau
membeli baju untuk momen Idul Fitri maka Rasyid tidak pernah dengan sengaja mengunjungi
pusat kota itu.
Setelah
beberapa lama akhirnya mobil yang dikendarai Si Manusia Koboi sampai di tempat
tujuan. Sesampainya di sana, Si Manusia Koboi mengajak Rasyid untuk singgah
terlebih dahulu di sebuah toko pakaian yang terbesar di kota itu.
“Apakah
ini tempat tujuan kita Saudara?”
“Bukan
Syid, kita hanya singgah saja di sini sebentar.” Jawab Si Manusia Koboi sambil
kemudian ia mematikan mesin mobilnya.”
“Untuk
apa?”
“Beli
baju untukmu.”
“Baju
untuk Aku?!?! Apakah ada yang salah dengan pakaianku?”
“Syid,
kita ini akan ke tempat yang berbeda dengan mushola atau mesjid. Kalau Kau
nanti dengan memakai baju koko, celana bahan dan sandal ceplek masuk ke tempat
itu maka Aku yakin Kau akan ditertawakan. Kau harus terlihat modis Syid, ala
anak muda.”
“Kenapa
Kau tidak bilang dari awal? Aku punya kok pakaian yang lain.”
“Apakah
Kau punya pakaian yang seperti Aku pakai ini Syid?”
“Tidak.”
Jawab Rasyid
sambil sontak mengge
lengkan kepalanya.
“Sudahlah
jangan banyak berpikir lagi Syid, ayo kita masuk dan membeli pakaian untuk
masuk ke tempat yang Aku janjikan.” Ajak Si Manusia Koboi sambil mendahului
keluar dari dalam mobil.
Tanpa
banyak bicara lagi kemudian Rasyid mengikuti Si Manusia Koboi keluar dari mobil
dan masuk ke toko baju
tersebut.
“Syid,
Kamu ke sini dan silakan untuk dicoba baju dan celana ini. Sepertinya ini cocok
untuk kamu.” Panggil Si Manusia Koboi sambil membawa baju kemeja berwarna putih
dan celana jeans berwarna abuabu muda.
“Ah,
Aku tidak biasa memakai jeans Saudara.”
“Ingat
Syid, ini pakaian resmi untuk masuk ke tempat yang aku janjikan. Lagian ini
hanya untuk malam ini saja Syid. Setelah Kau pakai malam ini, Kau bisa
menyedekahkannya ke orang lain.” Jawab Si Manusia Koboi berusaha membujuk Rasyid.
“Baiklah
Aku akan memakainya Saudara. Tapi apakah Kau sudah melihat harganya? Harga
pakaian ini mahal sekali. Aku tidak memiiki uang sebanyak ini.”
“Sudahlah
Syid, nanti Aku yang membayarinya. Anggap saja Kau malam ini sedang menjadi
tamu istimewaku.” Jawab Si Manusia Koboi sambil tersenyum kecil melihat wajah Rasyid
yang terlihat mendadak seperti polos.
“Kau
coba dulu ke kamar ganti Syid. Kalau uku
rannya
kurang nyaman atau warnanya kurang cocok, Kau bisa menukarnya ke pelayan di
sebelah sana.” Ucap Si Manusia Koboi sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah
seorang pelayan wanita yang sedang membereskan pakaian di rakrak penjualan.
Dengan
tidak banyak bicara lagi kemudian Rasyid mencoba pakaian yang dipilihkan oleh
Si Manusia Koboi tadi. Dan tidak lama kemudian ia keluar dari kamar ganti
dengan penampilan yang berbeda. Karakter fisik Rasyid yang masih muda terlihat
sangat cocok dengan pakaian barunya itu.
“Nah,
kalau begini Kau terlihat lebih keren Syid. Umurmu masih muda dan belum
berkeluarga. Aku yakin dengan penampilan barumu ini akan banyak perempuan yang
mendadak jatuh cinta kepadamu.” Komentar Si Manusia Koboi menggoda, setelah
melihat penampilan Rasyid.
“Ini
kali pertama Aku memakai pakaian seperti ini Saudara.” Kata Rasyid sambil
tersenyum malu – malu.
“Hahahaaa…
Kamu tidak ngomong pun Aku sudah bisa menerkanya Syid.”
“Oke,
setelah Kau merasa nyaman dengan pakaian barumu ini, mari Kita lanjutkan
perjalanan. Oya Syid, ini sepatu untukmu, pakailah sekarang.” Ucap Si Manusia
Koboi sambil memberikan sepasang sepatu yang mirip dengan yang ia pakai kepada Rasyid.
Yang kemudian sepatu itu langsung diterima Rasyid serta langsung dipakainya.
“Kau
memang hebat dalam memilihkan ukuran dan selera pakaian untuk orang lain
Saudara. Terima kasih atas segala kebaikanmu malam ini.” Sambil melemparkan
senyum kecil ke Si Manusia Koboi.
“Sudahlah
Syid, jangan terlalu dipikirkan. Ayo kita melanjutkan perjalanan lagi.”
Setelah
membayar semua pakaian yang dibeli kemudian mereka berdua naik ke dalam mobil
untuk melanjutkan perjalanan mereka.
“Aku
tidak menyangka sebelumnya melihat penampilanmu yang berbeda di malam ini
Saudara.” Ucap Rasyid sedikit agak berhati-hati.
“Maksudmu
karena Aku terlihat seperti orang kaya Syid?” Tanya Si Manusia Koboi tersenyum
kecil dengan pandangan yang tetap fokus ke arah majunya mobil.
“Sepertinya
Kau adalah orang yang bertangan dingin dalam urusan gembalaan sehingga Kau
mendapatkan semuanya ini.” Ucap Rasyid dengan maksud memancing cerita Si
Manusia Koboi yang semakin menarik.
“Bukan
Syid, Aku hanya berusaha melakukan hal yang benar saja dalam setiap aktivitas
menggembalaku. Dengan Aku melakukan caracara yang sesuai dengan yang digariskan
oleh Tuhan (diridhoi Nya)
maka Aku bisa seperti ini.”
“Bagaimana
caranya Kau tahu tentang caracara yang benar dan diridhoi Tuhan?”
“Aku
berdialog
dengan
Dia” Jawab
Si Manusia
Koboi singkat.
“Berdialog
dengan Tuhan?”
“Ya.”
Jawab Si Manusia Koboi tersenyum lebar sambil melirik Rasyid dengan juru
matanya.
“Dengan
seperti apa Kau berdialog dengan Tuhan?”
“Dengan
ilmu Syid. Dengan ilmu maka Aku bisa berdialog dengan Tuhan dan mengetahui apa
kemauan Tuhan. Setelah kita tahu apa itu kemauan Tuhan maka apapun yang kita
kerjakan maka itu akan selalu sesuai dengan ridho Tuhan sehingga semua yang Kita
lakukan akan selalu mendapat bimbingan dari Tuhan.
Kebanyakan
temantemanku sudah menyerah terlebih dahulu terhadap alam pada awal ketika
mereka berprofesi sebagai penggembala. Melihat sikap temantemanku yang seperti
itu Aku tidak demikian. Bagiku, Aku sangat percaya dengan janji Tuhan yang akan
meninggikan beberapa derajat orangorang yang berilmu pengetahuan. Atas
pemahaman itulah maka Aku terusmenerus mempelajari tentang cara agar berhasil
dalam beternak. Sehingga dari hari ke hari Aku terus membaca, berdiskusi, dan
melakukan percobaan terhadap ternakternakku sehingga kemudian Tuhan mengizinkan
Aku untuk memiliki hasil yang berbeda dibandingkan dengan temantemanku.” Ucap
Si Manusia Koboi dengan panjang lebar.
“Kalau
begitu tidak jauh berbeda dengan duniaku
Saudara.
Hanya saja mungkin, sesuai dengan kritikanmu siang ini, Aku kurang rajin
menuntut ilmu sehingga Aku bisa berbuat lebih banyak untuk ummat.” Ucap Rasyid
tersenyum kecil sambil sedikit menyindir perkataan Si Manusia Koboi siang tadi.
“Tidak
Syid, Kita yang ada di dunia ini semuanya adalah pembelajar. Aku yang ada di
depanmu ini bukanlah Aku yang sudah menjadi Aku, dan Rasyid yang ada ini
bukanlah Rasyid yang sudah menjadi Rasyid. Kita semua pada dasarnya samasama
sedang di dalam proses menjadi diri kita yang sesungguhnya. Aku yang sekarang
adalah sebuah proses untuk menjadi Aku, dan Rasyid yang sekarang adalah salah
satu bagian untuk menjadi Rasyid yang sesungguhnya. Diri kita yang sesungguhnya
sudah final adalah ketika Kita sudah berada di liang lahat dengan berseragamkan
kain kafan.” Itulah menurutku sebagai penjabaran dari perintah menuntut ilmu
dari mulai ada dalam buaian Ibu sampai berada dalam liang lahat.” Ucap Si
Manusia Koboi dengan nada serius.
Percakapanpun
kemudian tibatiba berhenti. Mendengar penjelasan dari Si Manusia Koboi semakin
bulatlah kecurigaan Rasyid mengenai sosok misterius Si Manusia Koboi tersebut
yang sepertinya bukanlah manusia biasa. Semakin besarlah kepenasaran Rasyid
untuk segera sampai ke tempat yang dijanjikan Si Manusia Koboi.
Mobil melaju dengan kencang di
jalanan kota
yang
terasa mulus tanpa ada hambatan atau lubang – lubang jalanan. Tidak ada macet
karena ini bukan kota metropolitan. Hanyalah kota kecil yang rapi dan indah.
Terlihat di sepanjang sisi jalan trotoar banyak pedagang kaki lima dan toko –
toko yang masih ramai dengan pengunjung. Hal ini tambah berkesan ketika Si
Manusia Koboi memutar lagu keroncong yang berjudul Rayuan Pulau Kelapa ciptaan
Ismail Marzuki. Suara biduan tersebut mampu menembus relung jiwa Rasyid
sehingga ia ikut memuja alam yang indah di malam ini.
***
Setelah
agak lama berkeliling di kota ini, akhirnya Si Manusia Koboi memarkirkan dan
menghentikan mobilnya pada sebuah tempat parkir yang ada di depan gedung
bertingkat yang terlihat cukup mewah.
“Kita
sudah sampai Syid, mari kita masuk ke dalam gedung ini.” Ucap Si Manusia Koboi
menunjukkan air muka yang bergembira.
“Tempat
apakah ini Saudara?”
“Kau
ikuti saja Aku Syid.” Jawab Si Manusia Koboi sambil menutup pintu mobilnya dari
luar.
Tanpa
banyak pertanyaan lagi akhirnya Rasyid kemudian masuk ke dalam gedung itu
bersama Si Manusia Koboi menuju lantai ke3 dengan menggunakan lift.
Setelah
berada di lantai tiga. Rasyid kemudian di
ajak
ke dalam sebuah ruangan yang sungguh sangat membuat Rasyid terkejut serta
beberapa kali mengucap permohonan ampun kepada Tuhannya. Ruangan dingin dan
berbau alkohol yang dipenuhi oleh manusia yang sepertinya sedang berpesta.
“Saudara,
apakah Kau tidak salah mengajakku ke tempat ini?” Tanya Rasyid kepada Si
Manusia Koboi seolah tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.
“Tidak
Syid, inilah yang disebut orang sebagai diskotik. Aku sengaja membawamu kesini
agar Kamu bisa melihat realitas yang ada di ummatmu disaat Kamu sedang menemui
Tuhanmu di malam hari. Inilah tempat yang banyak orang berdebat tentangnya. Ada
sebagian orang yang menganggap tempat ini adalah neraka, namun sebagian kecil
orang justru menganggap ini sebagai surga. Jangan terlalu banyak bertanya Syid.
Sekarang Kau ikuti saja Aku dan pelajari tempat ini sebagai realitas yang
benarbenar ada di masyarakat yang Kamu belum pernah melihat sebelumnya.
Mudahmudahan Kamu akan mendapatkan nilai pembelajaran di sini.” Terang Si
Manusia Koboi penuh dengan kebijaksanaan.
Setelah
memberikan penjelasan kepada Rasyid, Si Manusia Koboi, tanpa menunggu Rasyid
lagi kemudian menuju ke tengah kerumunan orang yang sedang asyik menikmati
irama meriahnya musik R&B yang terpadu
dengan gemerlapnya cahaya liar
yang dikendalikan oleh
seorang Disc Jocky.
Perasaan
Rasyid saat itu penuh dengan keraguan antara perasaan keingintahuannya tentang
kondisi seperti di tempat ini sesuai dengan apa yang Si Manusia Koboi
sampaikan, sedangkan disisi lain sanubarinya 100 persen menolak tempat yang
seperti ini. Tempat yang sudah tidak menerapkan lagi aturan agama di dalamnya.
Ingin rasanya ia berbalik arah ke belakang untuk keluar dari tempat itu. Namun
ia kemudian berpikir kembali bahwa malam sudah sangat larut bahkan sudah lewat
beberapa menit dari pukul dua belas malam. Hal ini percuma saja mengingat di
luarpun kendaraan sudah tidak ada. Sampai akhirnya kemudian dengan bulat Rasyid
memutuskan untuk tetap berada di dalam ruangan itu sembari menunggu keluarnya
Si Manusia Koboi untuk pulang bersama. Namun dengan bulat Rasyid tetap bertekad
untuk tidak melakukan perbuatan maksiat selama ia berada di tempat itu. Rasyid
yakin bahwa Tuhan sangat faham dengan kondisinya saat ini sebagai korban
jebakan Si Manusia Koboi. Rasyid yakin bahwa Tuhannya maha bijaksana menanggapi
masalah yang sedang menimpa dirinya saat ini. Yang terpenting bagi Rasyid,
sekarang kembali kepada dirinya pribadi dan keimanannya. Apakah ia akan
terjerumus kepada kemaksiatan saat ini atau justru tetap berpegang teguh
terhadap keyakinan yang selama ini ia jalankan dengan niat hanya sematamata
untuk mengenal bagian dari bumi Tuhan yang kondisinya sangat berbeda dengan
kondisi yang biasa ia jumpai di masyarakat selama ini.
Dengan
tidak ada keraguan lagi akhirnya Rasyid melangkahkan kakinya dengan mantap ke
arah Si Manusia Koboi yang dengan santai sedang menikmati segelas minuman pada
sebuah kursi yang tingginya hampir melebihi pinggulnya.
Melihat
Rasyid yang sedang berjalan menuju ke arahnya, di antara hingar bingarnya lampu
diskotik, terlihat Si Manusia Koboi tersenyum kecil sambil mengacungkan tangan
kanan yang sedang memegang sebuah gelas berisikan minuman yang sedang
dinikmatinya.
“Selamat
datang Tuan Rasyid, silakan duduk dan mari kita nikmati malam ini.” Ucap Si
manusia Koboi sambil setengah beteriak kegirangan seolah ingin menandingi
dentuman musik yang dari tadi telah memekakkan telinga.
Melihat
kelakuan Si Manusia Koboi itu Rasyid hanya tersenyum kecil sambil kemudian
memilih salah satu tempat duduk di samping Si Manusia Koboi.
“Kau
mau minum apa Syid?”
“Emang
di sini ada minuman apa saja?” Ucap Rasyid balas bertanya.
“Kau
suka minuman beralkohol?”
“Tidak,
kalau begitu aku minum es teh manis saja.”
“Hahahaaa…
Kau lucu sekali Syid, mana ada teh
manis
di tempat seperti ini. Kau anggap ini warung kopi Syid? Ini adalah tempat para
eksekutif muda atau anakanak muda dari kalangan menengah ke atas Syid.” Ucap Si
Manusia Koboi tertawa lepas.
“Ladies,
ambilkan saya soft drink satu lagi.”
Teriak Si Manusia Koboi kepada seorang waitress
yang ada di balik meja bar.
“Mau
sekalian minuman yang beralkoholnya mas?”
“Lain
kali saja, kami alkoholik, alergi dengan alkohol.” Jawab Si Manusia Koboi tersenyum
kecil sambil mengedipkan salah satu matanya ke arah wanita itu yang juga
membalas senyumannya.
***
Hari
semakin malam, pengunjung pun semakin bertambah ramai. Rasyid semakin banyak
menyaksikan halhal aneh yang merupakan pengalaman pertama kali di dalam
hidupnya. Kilauan lampulampu jalan yang diiringi oleh dentumandentuman musik
dihiasi oleh wanitawanita muda yang sebagian ada yang berpakaian bikini. Disisi
lain terlihat para lakilaki yang duduk di sofa sedang sibuk merayu para wanita
seksi yang sedang menuangkan minuman ke dalam sloki yang dipegang oleh tangan
kirinya. Sementara itu agak jauh dari tempat Rasyid ada sebuah panggung kecil yang
sedang dimeriahkan oleh beberapa sexy
dancer dengan sesekali dipandu oleh seorang Voice Jocky yang juga berpakaian sensual. Semuanya begitu
bergelora. Di dalam hingar bingar suasana seperti itu semua orang sedang sibuk
mengalur hawa nafsunya. Suasana yang mengesankan kebebasan namun pada
hakikatnya mereka sedang terbelenggu oleh sebuah berhala yang disebut hawa
nafsu. Meskipun manusia di sana banyak, namun tidak ada seorang pun yang
memikirkan keselamatan sesamanya. Apalagi memikirkan Tuhannya.
“Inilah
bagian dari realitas dunia ini Syid. Kalau Kau anggap ini sebagai sebuah hal
yang salah, silakan rubah dengan semampumu. Namun pertanyaannya, apakah Kau
bisa?” Ucap Si Manusia Koboi memulai pembicaraan kembali setelah agak lama
terdiam.
“Maksudmu?”
“Syid,
ini namanya diskotik, yang orangorang biasa menyebutnya sebagai dunia gemerlap…
Untuk masuk ke tempat ini orang harus membayar cukup mahal, padahal mereka
masuk ke sini hanya untuk membuang uang saja. Tapi Kau lihat, pengunjungnya
ramai, bukan? Kamu tahu Syid, tempat seperti ini tidak hanya ada di tempat ini.
Hampir ada di setiap ibu kota pada setiap kabupaten dan kota. Sementara
pengajian di tempat Kamu itu gratis Syid. Tapi jemaahnya hanya beberapa ibuibu
dan bapakbapak saja yang sudah tua. Padahal tempatmu itu menjanjikan kemegahan
surga, sedangkan tempat ini hanya menjanjikan kesederhanaan neraka… Hahaha … Lalu menurutmu ini salahnya dimana
Syid?” Ucap Si Manusia Koboi setengah bertanya kepada Rasyid.
“Tentu
saja hal ini sudah digambarkan di dalam kitab Saudara, mengenai perilaku
manusia yang cenderung kepada mengumbar nafsu duniawi. Untuk menjawab kondisi
yang seperti ini diperlukan kekonsistenan dalam berdakwah dengan cara yang
lemah lembut dan istiqomah.”
“Lalu
apakah Kamu anggap dakwahmu yang sedang Kau jalani ini sanggup untuk menyaingi
dakwahnya Syaitan Syid?”
“Maksudmu?”
Sambil mengerutkan dahinya.
“Kamu
itu sekarang hanya sendiri. Dan maaf, Kamu juga sekarang miskin Syid. Bagaimana
bisa Kamu mengimbangi orang yang terorganisir dan memiliki modal yang tidak
terbatas? Kamu harus realistis Syid.”
Mendengar
hal itu Rasyid hanya diam dan tidak menjawab sepatah katapun terhadap celotehan
Si Manusia Koboi.
“Maaf
Syid jika Aku sedikit menyinggung hal pribadimu.” Ucap Si Manusia Koboi dengan
lirih meminta maaf kepada Rasyid yang terlihat setelah beberapa lama mendadak
layu.
“Tidak
Saudara. Aku ucapkan terima kasih atas kritikanmu barusan. Aku akui bahwa Aku
memang malas dan teledor dalam dakwahku ini. Islam adalah perjuangan, dan hanya
dengan perjuanganlah maka kejayaannya akan kembali. Lalu menurutmu, perjuangan
yang seperti apa lagi yang perlu Aku jalankan?” Tanya Rasyid sambil melirik ke
arah Si Manusia Koboi yang sedang menegak sisa minumannya.
“Begini
Syid, Kau tidak perlu merasa bersalah. Aku tidak sedang menghakimimu sekarang.
Menurutku, dengan caramu yang seperti ini, itu adalah wajarwajar saja. Dan jika
masyarakat ada dalam keadaan gonjangganjing seperti ini maka kamu juga tidak
bisa disalahkan karena memang kapasitasmu yang seperti ini. Kamu telah
menjalankan dengan baik apa yang telah Kamu yakini dan telah Kamu pelajari. Dan
kini menurutku, dalam kondisi gonjangganjing masyarakat yang seperti ini
diperlukan orangorang yang memiliki sifat Muhammad. Orangorang yang berani
mengoreksi zaman.”
“Orangorang
yang berani mengoreksi zaman? Siapakah mereka Saudara?” Tanya Rasyid penuh
dengan ketertarikan.
“Ya,
orangorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni. Tetapi kemudian ia
gunakan Al Qur’an dan Al Hadits untuk mendampingi keilmuannya tersebut. Suatu
generasi yang tidak hanya memahami Islam secara kasat matanya saja, tetapi juga
yang melihat ke dalam hakikat (jiwanya/ rohnya)
dari semangat Islam tersebut.”
Mendengar
perkataan tersebut kemudian Rasyid tertunduk dan berusaha memaknai perkataan Si
Manusia Koboi barusan. Di tengah hingarbingar dan dentuman musik diskotik
tersebut Rasyid teringat kembali cerita perjalanan Muhammad yang telah
melakukan perubahan badai yang sangat besar yang bernama jahiliyah. Tibatiba
ingin rasanya ia memeluk sosok yang sangat terpuji akhlak dan jasanya tersebut
seraya berterima kasih dan memohon maaf kepadanya atas keteledorannya saat ini
yang tidak mampu menerima warisan sang pemimpin yang paling paripurna tersebut.
Tibatiba
oleh Rasyid terasa ada yang menggores di dalam kalbunya, menyelinap seperti
sayatan benda tajam yang sangat tipis. Tak terasa kemudian matanya berkaca oleh
air mata. Rasyid kemudian berusaha memejamkan matanya supaya air matanya tidak
lantas keluar.
“Kau
kenapa Syid?” Tanya Si Manusia Koboi seperti heran melihat perilaku Rasyid yang
seperti itu.
“Tidak
Saudara, Aku hanya sedikit mengantuk saja. Mungkin karena efek dari tidak
biasanya Aku ke tempat seperti ini.”
“Kalau
Kau sudah mengantuk, mari Kita pulang saja Syid.” Ajak Si Manusia Koboi.
“Boleh
Saudara. Tapi tunggu dulu sebentar, Aku ingin ke toilet terebih dahulu.”
“Oke
kalau begitu, Aku tunggu di sini Syid.”
Rasyid
kemudian menuju toilet untuk membasuh mukanya yang kusut.
“Rasyid?!?!
Kau biasa ke tempat ini?”
Terdengar
suara yang memanggil dari arah belakang Rasyid yang sedang membasuh mukanya di
wastafel. Sontak kemudian Rasyid menengok ke arah datangnya suara tersebut.
“Dino?!
Kaukah ini?” Tanya Rasyid setelah ia melihat sosok yang tadi memanggilnya itu.
Dino
adalah pemuda asal kampungnya yang terkenal sebagai pemuda yang tidak baik
karena sikapnya yang urakan dan sering mengajak para pemuda lain untuk
mengadakan pesta minuman keras. Bulan kemarin ia sempat mau diusir warga karena
ia tertangkap sedang melakukan perampokan terhadap salah satu rumah warga.
Namun karena Dino memohon maaf serta berjanji tidak akan melakukan hal serupa
maka akhirnya warga memberikan kesempatan satu kali lagi. Dan Dino berjanji
akan meninggalkan kampung itu selamalamanya jika ia terbukti melakukan hal yang
serupa lagi.
“Apakah
Kamu senang juga mendatangi tempat seperti ini Syid?”
“Saya
ke sini pertama kalinya karena diundang teman Din.” Jawab Rasyid berbicara yang
sejujurnya.
“Teman?
Siapakah dia Syid?”
“Kalau
begitu bagaimana jika Kau Aku kenalkan saja kepada dia. Temanku ada di dalam.
Mari ikuti saja Aku.”
Karena
rasa ingin tahunya yang sangat dalam tentang orang yang sudah berhasil membawa Rasyid
ke tempat ini maka Dino kemudian mengikuti Rasyid untuk dikenalkan kepada Si
Manusia Koboi.
“Kamu
lihat Din, itu dia orang yang mengajakku ke sini.” Ucap Rasyid sambil menunjuk
ke arah Si Manusia Koboi yang juga menoleh ke arahnya.
“Dia
yang berbaju kemeja tangan panjang itu Syid?” Tanya Dino menegaskan.
“Iya
betul, mari Aku kenalkan.” Ajak Rasyid kepada Dino.
“Tidak
Syid, mendadak perutku terasa mulas. Mungkin lain kali saja nanti Aku
berkenalan dengan dia.” Ucap Dino seperti bernada ketakutan setelah melihat
sosok Si Manusia Koboi.
Melihat
perilaku Dino yang seperti mendadak salah tingkah setelah melihat Si Manusia
Koboi itu Rasyid menjadi sangat heran serta bertanyatanya apakah hubungan
antara Si Manusia Koboi dan Dino.
Dengan
setengah berlari sambil memegang perutnya kemudian Dino berlari untuk kembali
menuju toilet. Rasyid yang masih heran melihat tingkah laku Dino tidak sempat
berkata apapun untuk mengantar kepergiannya. Setelah sosok Dino tidak terlihat
kemudian Rasyid menemui Si Manusia Koboi yang sedang menunggunya untuk
bersiapsiap pulang.
“Siapa
tadi yang barusan bersamamu Syid? Kenapa Kau tidak bawa ke sini?” Tanya Si
Manusia Koboi menanyakan Dino.
“Dia
itu salah satu pemuda di kampungku Sauda
ra.
Aku sudah ajak dia untuk bertemu denganmu. Tapi katanya lain kali saja sebab
perutnya mendadak sakit.” Ucap Rasyid menjelaskan apa adanya.
“Ooo…
ya sudah kalau begitu Syid. Mari sekarang kita pulang saja. Tadi Aku sudah
bayar semua minuman kita.”
Tanpa
menunggu lama lagi kemudian Rasyid dan Si Manusia Koboi melangkahkan kakinya
untuk ke luar dari tempat yang semakin ramai ketika menjelang dini hari itu.
Suasana
di luar ternyata terasa begitu sepi dan damai. Seolah sepi di luar ini tidak
mengetahui tentang hingar bingarnya diskotik yang tadi Rasyid jumpai. Sementara
angin dini hari seperti biasanya masih terasa dingin membelai kulit sampai
tulang. Sementara hanya terlihat satu atau dua mobil saja yang terlihat berlalu
lalang di jalan yang biasanya ramai.
Di sepanjang jalan itu Rasyid dan Si Manusia
Koboi tidak berbicara sepatahkata pun. Mereka seolah sedang menikmati
perjalanan malam yang sangat dekat dengan rasa damai. Waktu yang diisyaratkan
Tuhan sebagai tempat untuk beristirahat bagi makhlukNya yang bernama manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar