Jumat, 10 Juli 2020

KISAH MALAM BERBEDA

Sampai saat ini sosok Si Manusia Koboi masih misterius bagi Rasyid. Sosok yang berpenampilan nyentrik itu tidak jelas tinggalnya di mana dan berasal dari mana. Jangankan untuk tahu latar belakangnya dari mana, bahkan untuk namanya pun sampai saat ini Rasyid tidak mengetahui. Jikapun bertemu, Si Manusia Koboi itu hanya menggiring Rasyid untuk berdiskusi masalahmasalah yang sampai saat ini belum menjadi buah wacana di masyarakatnya.
Meskipun gaya bahasa yang dilontarkan oleh Si Manusia Koboi terkesan kadang meremehkan, menghina, menertawakan, menggurui, bahkan kadangkadang memuji, bagi Rasyid justru hal itu membuatnya kadang rindu untuk berdiskusi semakin lama. Dengan lugas dan tanpa tedeng alingaling, Si Manusia Koboi melontarkan kritiknya kepada Rasyid sehingga kadang Rasyid tidak bisa tidur berharihari karena memikirkan kelemahannya selama ini, yang ia tidak temukan selama ini kecuali atas bantuan Si Manusia Koboi.
Hal yang masih mengganjal di dalam benak Rasyid adalah mengenai hal kemunculan Si Manusia Koboi yang biasa datang menemuinya pada waktu malam hari. Kecuali memang pernah suatu hari bertemu pada waktu siang hari sewaktu berdiskusi mengenai makna mesjid. Hal inilah yang membuat Rasyid berspekulasi mengenai apakah yang sedang terjadi sebenarnya kepada Si Manusia Koboi yang sepertinya takut untuk muncul di siang hari dan bertemu dengan masyarakat yang lainnya selain Rasyid. Kadang Rasyid berpikir apakah Si Manusia Koboi itu seorang malaikat yang sengaja menyerupai seseorang untuk memberikan pengajaran kepada dirinya.
Namun setelah lama berpikir, Rasyid kemudian memutuskan untuk tidak lagi mempertanyakan siapa itu Si Manusia Koboi dan dari mana asalnya. Bagi Rasyid, asalkan Si Manusia Koboi itu tidak berbuat yang macammacam maka ia pun akan selalu menyambut si Manusia Koboi untuk berdiskusi dengannya baik malam, siang, pagi, ataupun sore. Apalagi pikir Rasyid bahwa diskusinya antara ia dan Si Manusia Koboi selama ini adalah diskusi yang membangun dan ia mendapatkan banyak manfaat dari diskusidiskusinya selama ini.
Begitulah kemudian hubungan persahabatan antara Rasyid dengan Si Manusia Koboi berlangsung sampai pada suatu hari Rasyid menemukan sesuatu yang berbeda pada sosok Si Manusia Koboi yang tibatiba datang menemuinya pada siang hari dengan pakaian yang serba putih, tidak lagi memakai pakaian kebesarannya.
“Kenapa Kau berpakaian tidak seperti biasanya Saudara? Apakah Kau saat ini sudah beralih profesi?” Tanya Rasyid menggoda.
“Belum Syid, profesiku masih sebagai penggembala. Aku seperti ini hanya karena dalam rangka menghormatimu, sekalian Aku tadi menontonmu pada saat Kau bekerja.” Ucap Si Manusia Koboi dengan nada yang dingin.
“Jadi Kau tadi berada di antara jamaahku?”
“Ya.”
“Lalu bagaimana pendapatmu mengenai penampilanku tadi?” Ucap Rasyid sambil tersenyum kecil melihat mimik wajah Si Manusia Koboi yang sepertinya sedang serius. Tidak seperti biasanya yang selalu menampilkan nuansa santai dan bersahaja.
“Ah… tidak begitu buruk Syid.”
“Maksudmu?” Rasyid terlihat mulai penasaran dengan pendapat yang akan dilontarkan dari mulut Si Manusia Koboi.
“Maksudku penampilan Kau tadi bagiku biasabiasa saja, sebuah penampilan klasik dengan bahasan yang disampaikan juga klasik. Hanya karena wajahmu yang tampan dan bicaramu yang meyakinkan saja dengan kadangkadang membumbui kalimatmu dengan bahasa Arab di sanasini makanya masih banyak orang (terutama ibuibu) yang bersimpati kepadamu.” Jawab Si Manusia Koboi dengan nada yang serius.
Mendengar jawaban itu Rasyid menjadi terdiam sejenak, tidak menyangka Si Manusia Koboi akan berbicara seperti itu. Dalam hati kecilnya Rasyid ingin sekali menantang Si Manusia Koboi untuk menggantikannya untuk mengisi pengajian kepada jemaahnya sehingga kemudian Si Manusia Koboi itu bisa merasakan betapa berbedanya cara menghadapi hewan dengan cara menghadapi manusia. Namun kemudian Rasyid menahan katakata yang seperti itu karena ia masih perlu untuk mendengarkan penjelasan Si Manusia Koboi selanjutnya.
“Ah… Kau ini terlalu mencaricari alasan untuk mengkritikku Saudara. Kau tahu, bahwa Aku yang sekarang ini adalah sebuah produk dari sekian tahun ke belakang semasa Aku menuntut ilmu kepada guruguruku. Jadi, menurutku inilah metode yang belum Kau pahami karena ini bukanlah duniamu. Kau tahu Saudara, metode dan cara yang Aku gunakan untuk berdakwah ini adalah metode yang sudah menjadi formula jitu bagi para pemuka agama dalam menyampaikan firman Tuhan kepada ummatnya.” Ucap Rasyid berusaha membela.
“Heheheee… Syid, Syid… itu menggambarkan kepolosanmu dalam hidup Syid. Kau anggap Kau ini tukang dongeng? Dan Kau anggap manusia di zaman ini masih sama dengan manusia zaman dahulu?”
“Maksudmu?” Tanya Rasyid dengan segera.
“Maksudku sederhana Syid, Kau ini sama seperti halnya tukang dongeng. Mungkin kalau Kau suka dengan pertunjukan wayang maka Kau ini sama seperti seorang dalang di dalam sebuah pertunjukan wayang. Dari ratusan tahun ke belakang, sejak diciptakannya wayang sampai saat ini suara Bima selalu percis seperti itu, dan suara tokohtokoh wayang yang lain pun percis sama, bahkan judul cerita dan alur ceritanya tidak pernah berubah. Selalu sama seperti itu, dan mungkin sampai kapan pun akan selalu seperti itu. Namun yang sangat disayangkan adalah bahwa Kau ini sangat buruk jika dibandingkan dengan seorang dalang pewayangan.
Dalam hal dakwah, seorang dalang dalam pertunjukkan wayang lebih hebat dibandingkan Kau, karena ia biasanya berusaha membawa penontonnya untuk memahami permasalahanpermasalahan kekinian ditambah lagi sesekali ia menyampaikan kritik yang membangun bagi kemajuan masyarakat ke depan. Sedangkan Kau hanya berkutat pada pembahasan yang tidak bermutu dan hanya menghabiskan waktu ummatmu saja. Setelah pulang dari majelismu pasti jemaahmu merasa lega karena telah menunaikan sebuah ibadah yang bernilai pahala besar, padahal ilmu dan isi dari ibadah itu tidak bermutu dan tidak mengandung nilai jangka panjang. Maka menurutku kau ini tidak cocok untuk mengurus ummat. Mungkin Kau harus mencoba dulu mengurus ternakku Syid, barangkali Kau menemukan pekerjaan yang cocok.” Ucap Si Manusia Koboi panjang lebar dengan diakhiri oleh senyuman kecil bernada meremehkan.
Mendengar hal itu Rasyid tenang saja karena ia sudah faham dengan tabiat Si Manusia Koboi yang kadangkadang suka meremehkannya.
“Janganlah Kau dengan cepat menghakimiku seperti itu Saudara. Berikanlah kepadaku indikatorindikator yang menyebabkan Kau seolah berpendapat bahwa Aku telah gagal dalam menjalankan fungsi dan peranku sebagai pemuka agama?” Tanya Rasyid bernada lirih sambil berusaha menenangkan detak jantungnya yang seolaholah terasa mendadak berdegup kencang.
“Sikapmu memang sudah sedikit bijaksana jika dibandingkan dengan awal pertama kita bertemu Syid.” Ucap Si Manusia Koboi memuji Rasyid dan sengaja tidak segera menjawab pertanyaan Rasyid.
“Baiklah Syid. Untuk menjawab itu Aku hanya ingin mengingatkan kembali mengenai kondisi masyarakat pada saat ini yang sudah jauh dari nilainilai agama. Hal ini tentu Kau juga bisa melihatnya dengan mata telanjang mengenai semakin banyaknya pemberitaan dan kejadian yang sudah sangat menyimpang dari nilainilai agama sehingga menyebabkan gonjangganjingnya kondisi masyarakat.”
“Maaf Saudara, tolong pembicaraannya jangan terlalu jauh karena hal ini seharusnya tidak hanya menjadi tugas Aku sebagai pemuka agama. Tetapi di situ ada fungsi pemerintah juga.” Ucap Rasyid memotong pembicaraan Si Manusia Koboi.
“Ya, memang betul, seratus persen Kau sangat betul, bahwa terjadinya banyak permasalahan di tengah masyarakat hal itu bukan hanya tanggung jawab Kau, tetapi di situ ada juga tugas pemerintah dalam hal pengatur dan yang menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakatnya. Namun Aku hanya ingin bertanya kepadamu, apakah yang sudah Kau lakukan untuk ummat ini? Aku rasa jika Kau jujur dan bersikap ksatria terhadap pernyataanmu tadi, ternyata dalam kondisi yang gonjangganjing ini Kau hanya diam saja Rasyid. Kau hanya melestarikan metode yang sudah diberikan oleh gurugurumu saja Rasyid. Padahal sudah jelas bahwa peganganmu adalah Al Qur’an dan Al Hadits, kenapa Kau tidak mencoba melihat kembali kedua pusaka itu, lalu Kau telaah secara mendalam dengan bantuan karyakarya ulama terdahulu sehingga kemudian melahirkan pemikiranmu terhadap permasalahan yang ada sekarang dan pada akhirnya melahirkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Mengapa Kamu tidak berusaha menjadi pemimpin dalam menghadapi masyarakat yang gonjangganjing seperti ini? Bukankah hal yang demikian itu sudah sangat jelas dilakukan oleh Muhammadmu? Dan bukankah itu pula yang ditugaskan kepadamu dari  Muhammadmu?” Jelas Si  Manusia Koboi pan
jang lebar.
Mendengar penjelasan Si Manusia Koboi, Rasyid hanya terdiam dan tidak mampu untuk bersuara. Tidak disangka bahwa Si Manusia Koboi akan berbicara sedalam itu. Di dalam hati terkecilnya ia berpendapat bahwa orang yang berbaju serba putih yang sekarang ada di hadapannya ini bukanlah orang yang sembarangan. Mengikuti pola pikirnya Rasyid kemudian menyimpulkan bahwa tidaklah mungkin untuk seorang penggembala bisa berpikir seperti itu. Pemikiran yang seperti itu hanyalah bisa keluar dari orangorang yang memiliki referensi dan pengalaman hidup yang tidak sedikit. Namun demikian, Rasyid tetap memutuskan untuk tidak memperdulikan mengenai siapa Si Manusia Koboi sehingga dirinya mengetahui dengan secara tidak disengaja atau Si Manusia Koboinya sendiri yang dengan sukarela membuka identitasnya kepada Rasyid.
Namun setelah beberapa lama terdiam akhirnya Rasyid berbicara kepada Si Manusia Koboi.
“Baiklah Saudara, Aku akui bahwa Kau memang benar. Lalu menurutmu, bagaimanakah supaya Aku bisa lebih bermanfaat lagi untuk mengatasi permasalahanpermasalahan ummat saat ini?” Ucap Rasyid lirih.
“Itu karena Kau terlalu berkacamata kuda Syid. Aku yakin jika Kau ini sangat hebat dalam hal ilmu agama baik hafalanmu, sejarah, fiqh, Ilmu Balaghoh, dsb. Pasti Kau sangat mengerti karena memang itu keahlianmu, seperti halnya Aku mengerti bagaimana ilmu mengurus ternakternakku. Kalau Aku boleh berpendapat bahwa yang sekarang kurang Kau lakukan adalah mengenali ummatmu sehingga kemudian Kau bukan hanya mengetahui teoriteori yang ada melainkan juga mengetahui realitas yang ada di lapangan. Setelah itu nanti Kau akan mengetahui bahwa ada sebuah jurang pemisah antara teori yang ada dengan realitas yang ada di masyarakat. Sehingga kemudian pada akhirnya Kau akan memiliki sebuah kebijaksanaan tersendiri untuk menjawab segala permasalahan ummat. Dengan demikian Kau akan bisa memberikan jalan keselamatan, sehingga Kau laksana menghantarkan ummatmu menjadi para penghuni surga. Dan bukankah yang demikianlah yang sangat dianjurkan oleh agamamu?”
Rasyid hanya menganggukanggukkan kepala saat mendengar penjelasan Si Manusia Koboi sambil kemudian melontarkan pertanyaan.
“Lalu menurutmu, realitas di masyarakat yang seperti apa yang harus Aku lihat Saudara?” Tanya Rasyid penuh dengan kesungguhan.
“Banyak Syid, bukankah pada hakikatnya segala yang ada di bumi ini merupakan firman Tuhan yang tidak tertulis?... Oya Syid, kebetulan nanti malam Aku akan ke sebuah tempat yang Aku yakin akan sangat bermanfaat untuk kamu pelajari. Apakah kamu ada waktu luang malam ini?” Tanya Si Manusia Koboi menanyakan kesediaan Rasyid.
“Kebetulan Aku bisa meluangkan waktu untuk pergi bersamamu Saudara. Bisakah Kau beritahu Aku mengenai tujuan kita nanti malam?”
“Nanti Kau akan tahu dengan sendirinya Syid. Tempatnya di kota. Kau jangan khawatir, nanti malam Aku menjemputmu di sini.” Ucap Si Manusia Koboi sambil kemudian ia pamit kepada Rasyid untuk pergi.
Selepas kepergian Si Manusia Koboi, Rasyid tersenyum kecil sendiri mengingat bahwa meskipun banyak kritikan yang didapatnya dari Si Manusia Koboi hari ini, tapi setidaknya bahwa baginya hari ini lebih baik dari hari kemarin karena kini jamaahnya sudah bertambah satu orang lagi.

***
Malam pun segera tiba. Seperti janjinya tadi siang, Si Manusia Koboi malam ini datang menjemput Rasyid dengan mengendarai sebuah mobil mewah berwarna hitam. Bagi Rasyid ini adalah suatu kejutan melihat pakaian Si Manusia Koboi hari ini yang terkesan anak muda sekali. Apalagi ditambah dengan kedatangan Si Manusia Koboi yang mengendarai mobil mewah. Bagi Rasyid ini adalah sebuah kenyataan yang tidak disangka sebelumnya mengingat Si Manusia Koboi yang ia kenal selama ini tidak sama sekali mencirikan orang yang berkelimpahan dengan harta apalagi sanggup mengendarai mobil semewah itu. Pakaian Si Manusia Koboipun terlihat keren dan terlihat lebih muda dari biasanya dengan memakai kemeja yang digulung sedikit pada bagian lengannya, bercelana jeans dan bersepatu yang terlihat mewah serta cocok dalam memadukannya.
Mengenai banyaknya pertanyaan yang ada di benak Rasyid tidak sedikit pun ia utarakan ke Si Manusia Koboi. Dengan keramahan seperti biasanya, Rasyid mempersilakan Si Manusia Koboi untuk masuk ke dalam rumahnya. Meskipun Rasyid berusaha setengah memaksa. Namun Si Manusia Koboi tetap menolak ajakan tersebut dengan alasan takut kemalaman di jalan untuk sampai tujuan. Dan kemudian mengajak Rasyid untuk segera pergi ke tempat yang akan dituju.
Dengan tidak banyak bertanya lagi, dan setelah terasa berpenampilan rapi, kemudian Rasyid masuk ke dalam mobil Si Manusia Koboi untuk bersamasama menuju tempat yang telah dijanjikan Si Manusia Koboi tadi siang. Tempat yang katanya akan memberikan pembelajaran kepada Rasyid mengenai arti kehidupan.
Setelah semuanya terasa siap, akhirnya Si Manusia Koboi menjalankan mobilnya membelah pekatnya malam yang sunyi itu.
Perjalanan dari kampung Rasyid ke kota memang memakan waktu yang lumayan lama. Jika perjalanan menggunakan angkutan umum maka harus naik turun angkot sampai empat angkot untuk sampai ke pusat kota. Jika saja tidak ada keperluan yang sangat penting seperti misalnya membeli buku ajaran untuk keperluan pengajian atau membeli baju untuk momen Idul Fitri maka Rasyid tidak pernah dengan sengaja mengunjungi pusat kota itu.
Setelah beberapa lama akhirnya mobil yang dikendarai Si Manusia Koboi sampai di tempat tujuan. Sesampainya di sana, Si Manusia Koboi mengajak Rasyid untuk singgah terlebih dahulu di sebuah toko pakaian yang terbesar di kota itu.
“Apakah ini tempat tujuan kita Saudara?”
“Bukan Syid, kita hanya singgah saja di sini sebentar.” Jawab Si Manusia Koboi sambil kemudian ia mematikan mesin mobilnya.”
“Untuk apa?”
“Beli baju untukmu.”
“Baju untuk Aku?!?! Apakah ada yang salah dengan pakaianku?”
“Syid, kita ini akan ke tempat yang berbeda dengan mushola atau mesjid. Kalau Kau nanti dengan memakai baju koko, celana bahan dan sandal ceplek masuk ke tempat itu maka Aku yakin Kau akan ditertawakan. Kau harus terlihat modis Syid, ala anak muda.”
“Kenapa Kau tidak bilang dari awal? Aku punya kok pakaian yang lain.”
“Apakah Kau punya pakaian yang seperti Aku pakai ini Syid?”
“Tidak.”  Jawab  Rasyid  sambil  sontak  mengge
lengkan kepalanya.
“Sudahlah jangan banyak berpikir lagi Syid, ayo kita masuk dan membeli pakaian untuk masuk ke tempat yang Aku janjikan.” Ajak Si Manusia Koboi sambil mendahului keluar dari dalam mobil.
Tanpa banyak bicara lagi kemudian Rasyid mengikuti Si Manusia Koboi keluar dari mobil dan masuk ke toko baju tersebut.
“Syid, Kamu ke sini dan silakan untuk dicoba baju dan celana ini. Sepertinya ini cocok untuk kamu.” Panggil Si Manusia Koboi sambil membawa baju kemeja berwarna putih dan celana jeans berwarna abuabu muda.
“Ah, Aku tidak biasa memakai jeans Saudara.”
“Ingat Syid, ini pakaian resmi untuk masuk ke tempat yang aku janjikan. Lagian ini hanya untuk malam ini saja Syid. Setelah Kau pakai malam ini, Kau bisa menyedekahkannya ke orang lain.” Jawab Si Manusia Koboi berusaha membujuk Rasyid.
“Baiklah Aku akan memakainya Saudara. Tapi apakah Kau sudah melihat harganya? Harga pakaian ini mahal sekali. Aku tidak memiiki uang sebanyak ini.”
“Sudahlah Syid, nanti Aku yang membayarinya. Anggap saja Kau malam ini sedang menjadi tamu istimewaku.” Jawab Si Manusia Koboi sambil tersenyum kecil melihat wajah Rasyid yang terlihat mendadak seperti polos.
“Kau coba dulu ke kamar ganti Syid. Kalau uku
rannya kurang nyaman atau warnanya kurang cocok, Kau bisa menukarnya ke pelayan di sebelah sana.” Ucap Si Manusia Koboi sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah seorang pelayan wanita yang sedang membereskan pakaian di rakrak penjualan.
Dengan tidak banyak bicara lagi kemudian Rasyid mencoba pakaian yang dipilihkan oleh Si Manusia Koboi tadi. Dan tidak lama kemudian ia keluar dari kamar ganti dengan penampilan yang berbeda. Karakter fisik Rasyid yang masih muda terlihat sangat cocok dengan pakaian barunya itu.
“Nah, kalau begini Kau terlihat lebih keren Syid. Umurmu masih muda dan belum berkeluarga. Aku yakin dengan penampilan barumu ini akan banyak perempuan yang mendadak jatuh cinta kepadamu.” Komentar Si Manusia Koboi menggoda, setelah melihat penampilan Rasyid.
“Ini kali pertama Aku memakai pakaian seperti ini Saudara.” Kata Rasyid sambil tersenyum malu – malu.
“Hahahaaa… Kamu tidak ngomong pun Aku sudah bisa menerkanya Syid.”
“Oke, setelah Kau merasa nyaman dengan pakaian barumu ini, mari Kita lanjutkan perjalanan. Oya Syid, ini sepatu untukmu, pakailah sekarang.” Ucap Si Manusia Koboi sambil memberikan sepasang sepatu yang mirip dengan yang ia pakai kepada Rasyid. Yang kemudian sepatu itu langsung diterima Rasyid serta langsung dipakainya.
“Kau memang hebat dalam memilihkan ukuran dan selera pakaian untuk orang lain Saudara. Terima kasih atas segala kebaikanmu malam ini.” Sambil melemparkan senyum kecil ke Si Manusia Koboi.
“Sudahlah Syid, jangan terlalu dipikirkan. Ayo kita melanjutkan perjalanan lagi.”
Setelah membayar semua pakaian yang dibeli kemudian mereka berdua naik ke dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan mereka.
“Aku tidak menyangka sebelumnya melihat penampilanmu yang berbeda di malam ini Saudara.” Ucap Rasyid sedikit agak berhati-hati.
“Maksudmu karena Aku terlihat seperti orang kaya Syid?” Tanya Si Manusia Koboi tersenyum kecil dengan pandangan yang tetap fokus ke arah majunya mobil.
“Sepertinya Kau adalah orang yang bertangan dingin dalam urusan gembalaan sehingga Kau mendapatkan semuanya ini.” Ucap Rasyid dengan maksud memancing cerita Si Manusia Koboi yang semakin menarik.
“Bukan Syid, Aku hanya berusaha melakukan hal yang benar saja dalam setiap aktivitas menggembalaku. Dengan Aku melakukan caracara yang sesuai dengan yang digariskan oleh Tuhan (diridhoi Nya) maka Aku bisa seperti ini.”
“Bagaimana caranya Kau tahu tentang caracara yang benar dan diridhoi Tuhan?”
“Aku  berdialog  dengan Dia”  Jawab Si Manusia
Koboi singkat.
“Berdialog dengan Tuhan?”
“Ya.” Jawab Si Manusia Koboi tersenyum lebar sambil melirik Rasyid dengan juru matanya.
“Dengan seperti apa Kau berdialog dengan Tuhan?”
“Dengan ilmu Syid. Dengan ilmu maka Aku bisa berdialog dengan Tuhan dan mengetahui apa kemauan Tuhan. Setelah kita tahu apa itu kemauan Tuhan maka apapun yang kita kerjakan maka itu akan selalu sesuai dengan ridho Tuhan sehingga semua yang Kita lakukan akan selalu mendapat bimbingan dari Tuhan.
Kebanyakan temantemanku sudah menyerah terlebih dahulu terhadap alam pada awal ketika mereka berprofesi sebagai penggembala. Melihat sikap temantemanku yang seperti itu Aku tidak demikian. Bagiku, Aku sangat percaya dengan janji Tuhan yang akan meninggikan beberapa derajat orangorang yang berilmu pengetahuan. Atas pemahaman itulah maka Aku terusmenerus mempelajari tentang cara agar berhasil dalam beternak. Sehingga dari hari ke hari Aku terus membaca, berdiskusi, dan melakukan percobaan terhadap ternakternakku sehingga kemudian Tuhan mengizinkan Aku untuk memiliki hasil yang berbeda dibandingkan dengan temantemanku.” Ucap Si Manusia Koboi dengan panjang lebar.
“Kalau begitu tidak jauh berbeda dengan duniaku
Saudara. Hanya saja mungkin, sesuai dengan kritikanmu siang ini, Aku kurang rajin menuntut ilmu sehingga Aku bisa berbuat lebih banyak untuk ummat.” Ucap Rasyid tersenyum kecil sambil sedikit menyindir perkataan Si Manusia Koboi siang tadi.
“Tidak Syid, Kita yang ada di dunia ini semuanya adalah pembelajar. Aku yang ada di depanmu ini bukanlah Aku yang sudah menjadi Aku, dan Rasyid yang ada ini bukanlah Rasyid yang sudah menjadi Rasyid. Kita semua pada dasarnya samasama sedang di dalam proses menjadi diri kita yang sesungguhnya. Aku yang sekarang adalah sebuah proses untuk menjadi Aku, dan Rasyid yang sekarang adalah salah satu bagian untuk menjadi Rasyid yang sesungguhnya. Diri kita yang sesungguhnya sudah final adalah ketika Kita sudah berada di liang lahat dengan berseragamkan kain kafan.” Itulah menurutku sebagai penjabaran dari perintah menuntut ilmu dari mulai ada dalam buaian Ibu sampai berada dalam liang lahat.” Ucap Si Manusia Koboi dengan nada serius.
Percakapanpun kemudian tibatiba berhenti. Mendengar penjelasan dari Si Manusia Koboi semakin bulatlah kecurigaan Rasyid mengenai sosok misterius Si Manusia Koboi tersebut yang sepertinya bukanlah manusia biasa. Semakin besarlah kepenasaran Rasyid untuk segera sampai ke tempat yang dijanjikan Si Manusia Koboi.
Mobil  melaju  dengan  kencang  di  jalanan  kota
yang terasa mulus tanpa ada hambatan atau lubang – lubang jalanan. Tidak ada macet karena ini bukan kota metropolitan. Hanyalah kota kecil yang rapi dan indah. Terlihat di sepanjang sisi jalan trotoar banyak pedagang kaki lima dan toko – toko yang masih ramai dengan pengunjung. Hal ini tambah berkesan ketika Si Manusia Koboi memutar lagu keroncong yang berjudul Rayuan Pulau Kelapa ciptaan Ismail Marzuki. Suara biduan tersebut mampu menembus relung jiwa Rasyid sehingga ia ikut memuja alam yang indah di malam ini.  

***
Setelah agak lama berkeliling di kota ini, akhirnya Si Manusia Koboi memarkirkan dan menghentikan mobilnya pada sebuah tempat parkir yang ada di depan gedung bertingkat yang terlihat cukup mewah.
“Kita sudah sampai Syid, mari kita masuk ke dalam gedung ini.” Ucap Si Manusia Koboi menunjukkan air muka yang bergembira.
“Tempat apakah ini Saudara?”
“Kau ikuti saja Aku Syid.” Jawab Si Manusia Koboi sambil menutup pintu mobilnya dari luar.
Tanpa banyak pertanyaan lagi akhirnya Rasyid kemudian masuk ke dalam gedung itu bersama Si Manusia Koboi menuju lantai ke3 dengan menggunakan lift.
Setelah berada di lantai tiga. Rasyid kemudian di
ajak ke dalam sebuah ruangan yang sungguh sangat membuat Rasyid terkejut serta beberapa kali mengucap permohonan ampun kepada Tuhannya. Ruangan dingin dan berbau alkohol yang dipenuhi oleh manusia yang sepertinya sedang berpesta.
“Saudara, apakah Kau tidak salah mengajakku ke tempat ini?” Tanya Rasyid kepada Si Manusia Koboi seolah tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.
“Tidak Syid, inilah yang disebut orang sebagai diskotik. Aku sengaja membawamu kesini agar Kamu bisa melihat realitas yang ada di ummatmu disaat Kamu sedang menemui Tuhanmu di malam hari. Inilah tempat yang banyak orang berdebat tentangnya. Ada sebagian orang yang menganggap tempat ini adalah neraka, namun sebagian kecil orang justru menganggap ini sebagai surga. Jangan terlalu banyak bertanya Syid. Sekarang Kau ikuti saja Aku dan pelajari tempat ini sebagai realitas yang benarbenar ada di masyarakat yang Kamu belum pernah melihat sebelumnya. Mudahmudahan Kamu akan mendapatkan nilai pembelajaran di sini.” Terang Si Manusia Koboi penuh dengan kebijaksanaan.
Setelah memberikan penjelasan kepada Rasyid, Si Manusia Koboi, tanpa menunggu Rasyid lagi kemudian menuju ke tengah kerumunan orang yang sedang asyik menikmati irama meriahnya musik R&B  yang  terpadu dengan gemerlapnya cahaya liar
yang dikendalikan oleh seorang Disc Jocky.
Perasaan Rasyid saat itu penuh dengan keraguan antara perasaan keingintahuannya tentang kondisi seperti di tempat ini sesuai dengan apa yang Si Manusia Koboi sampaikan, sedangkan disisi lain sanubarinya 100 persen menolak tempat yang seperti ini. Tempat yang sudah tidak menerapkan lagi aturan agama di dalamnya. Ingin rasanya ia berbalik arah ke belakang untuk keluar dari tempat itu. Namun ia kemudian berpikir kembali bahwa malam sudah sangat larut bahkan sudah lewat beberapa menit dari pukul dua belas malam. Hal ini percuma saja mengingat di luarpun kendaraan sudah tidak ada. Sampai akhirnya kemudian dengan bulat Rasyid memutuskan untuk tetap berada di dalam ruangan itu sembari menunggu keluarnya Si Manusia Koboi untuk pulang bersama. Namun dengan bulat Rasyid tetap bertekad untuk tidak melakukan perbuatan maksiat selama ia berada di tempat itu. Rasyid yakin bahwa Tuhan sangat faham dengan kondisinya saat ini sebagai korban jebakan Si Manusia Koboi. Rasyid yakin bahwa Tuhannya maha bijaksana menanggapi masalah yang sedang menimpa dirinya saat ini. Yang terpenting bagi Rasyid, sekarang kembali kepada dirinya pribadi dan keimanannya. Apakah ia akan terjerumus kepada kemaksiatan saat ini atau justru tetap berpegang teguh terhadap keyakinan yang selama ini ia jalankan dengan niat hanya sematamata untuk mengenal bagian dari bumi Tuhan yang kondisinya sangat berbeda dengan kondisi yang biasa ia jumpai di masyarakat selama ini.
Dengan tidak ada keraguan lagi akhirnya Rasyid melangkahkan kakinya dengan mantap ke arah Si Manusia Koboi yang dengan santai sedang menikmati segelas minuman pada sebuah kursi yang tingginya hampir melebihi pinggulnya.
Melihat Rasyid yang sedang berjalan menuju ke arahnya, di antara hingar bingarnya lampu diskotik, terlihat Si Manusia Koboi tersenyum kecil sambil mengacungkan tangan kanan yang sedang memegang sebuah gelas berisikan minuman yang sedang dinikmatinya.
“Selamat datang Tuan Rasyid, silakan duduk dan mari kita nikmati malam ini.” Ucap Si manusia Koboi sambil setengah beteriak kegirangan seolah ingin menandingi dentuman musik yang dari tadi telah memekakkan telinga.
Melihat kelakuan Si Manusia Koboi itu Rasyid hanya tersenyum kecil sambil kemudian memilih salah satu tempat duduk di samping Si Manusia Koboi.
“Kau mau minum apa Syid?”
“Emang di sini ada minuman apa saja?” Ucap Rasyid balas bertanya.
“Kau suka minuman beralkohol?”
“Tidak, kalau begitu aku minum es teh manis saja.”
“Hahahaaa… Kau lucu sekali Syid, mana ada teh
manis di tempat seperti ini. Kau anggap ini warung kopi Syid? Ini adalah tempat para eksekutif muda atau anakanak muda dari kalangan menengah ke atas Syid.” Ucap Si Manusia Koboi tertawa lepas.
“Ladies, ambilkan saya soft drink satu lagi.” Teriak Si Manusia Koboi kepada seorang waitress yang ada di balik meja bar.
“Mau sekalian minuman yang beralkoholnya mas?”
“Lain kali saja, kami alkoholik, alergi dengan alkohol.” Jawab Si Manusia Koboi tersenyum kecil sambil mengedipkan salah satu matanya ke arah wanita itu yang juga membalas senyumannya.

***
Hari semakin malam, pengunjung pun semakin bertambah ramai. Rasyid semakin banyak menyaksikan halhal aneh yang merupakan pengalaman pertama kali di dalam hidupnya. Kilauan lampulampu jalan yang diiringi oleh dentumandentuman musik dihiasi oleh wanitawanita muda yang sebagian ada yang berpakaian bikini. Disisi lain terlihat para lakilaki yang duduk di sofa sedang sibuk merayu para wanita seksi yang sedang menuangkan minuman ke dalam sloki yang dipegang oleh tangan kirinya. Sementara itu agak jauh dari tempat Rasyid ada sebuah panggung kecil yang sedang dimeriahkan oleh beberapa sexy dancer dengan sesekali dipandu oleh seorang Voice Jocky yang juga berpakaian sensual. Semuanya begitu bergelora. Di dalam hingar bingar suasana seperti itu semua orang sedang sibuk mengalur hawa nafsunya. Suasana yang mengesankan kebebasan namun pada hakikatnya mereka sedang terbelenggu oleh sebuah berhala yang disebut hawa nafsu. Meskipun manusia di sana banyak, namun tidak ada seorang pun yang memikirkan keselamatan sesamanya. Apalagi memikirkan Tuhannya.
“Inilah bagian dari realitas dunia ini Syid. Kalau Kau anggap ini sebagai sebuah hal yang salah, silakan rubah dengan semampumu. Namun pertanyaannya, apakah Kau bisa?” Ucap Si Manusia Koboi memulai pembicaraan kembali setelah agak lama terdiam.
“Maksudmu?”
“Syid, ini namanya diskotik, yang orangorang biasa menyebutnya sebagai dunia gemerlap… Untuk masuk ke tempat ini orang harus membayar cukup mahal, padahal mereka masuk ke sini hanya untuk membuang uang saja. Tapi Kau lihat, pengunjungnya ramai, bukan? Kamu tahu Syid, tempat seperti ini tidak hanya ada di tempat ini. Hampir ada di setiap ibu kota pada setiap kabupaten dan kota. Sementara pengajian di tempat Kamu itu gratis Syid. Tapi jemaahnya hanya beberapa ibuibu dan bapakbapak saja yang sudah tua. Padahal tempatmu itu menjanjikan kemegahan surga, sedangkan tempat ini hanya menjanjikan kesederhanaan neraka… Hahaha … Lalu menurutmu ini salahnya dimana Syid?” Ucap Si Manusia Koboi setengah bertanya kepada Rasyid.
“Tentu saja hal ini sudah digambarkan di dalam kitab Saudara, mengenai perilaku manusia yang cenderung kepada mengumbar nafsu duniawi. Untuk menjawab kondisi yang seperti ini diperlukan kekonsistenan dalam berdakwah dengan cara yang lemah lembut dan istiqomah.”
“Lalu apakah Kamu anggap dakwahmu yang sedang Kau jalani ini sanggup untuk menyaingi dakwahnya Syaitan Syid?”
“Maksudmu?” Sambil mengerutkan dahinya.
“Kamu itu sekarang hanya sendiri. Dan maaf, Kamu juga sekarang miskin Syid. Bagaimana bisa Kamu mengimbangi orang yang terorganisir dan memiliki modal yang tidak terbatas? Kamu harus realistis Syid.”
Mendengar hal itu Rasyid hanya diam dan tidak menjawab sepatah katapun terhadap celotehan Si Manusia Koboi.
“Maaf Syid jika Aku sedikit menyinggung hal pribadimu.” Ucap Si Manusia Koboi dengan lirih meminta maaf kepada Rasyid yang terlihat setelah beberapa lama mendadak layu.
“Tidak Saudara. Aku ucapkan terima kasih atas kritikanmu barusan. Aku akui bahwa Aku memang malas dan teledor dalam dakwahku ini. Islam adalah perjuangan, dan hanya dengan perjuanganlah maka kejayaannya akan kembali. Lalu menurutmu, perjuangan yang seperti apa lagi yang perlu Aku jalankan?” Tanya Rasyid sambil melirik ke arah Si Manusia Koboi yang sedang menegak sisa minumannya.
“Begini Syid, Kau tidak perlu merasa bersalah. Aku tidak sedang menghakimimu sekarang. Menurutku, dengan caramu yang seperti ini, itu adalah wajarwajar saja. Dan jika masyarakat ada dalam keadaan gonjangganjing seperti ini maka kamu juga tidak bisa disalahkan karena memang kapasitasmu yang seperti ini. Kamu telah menjalankan dengan baik apa yang telah Kamu yakini dan telah Kamu pelajari. Dan kini menurutku, dalam kondisi gonjangganjing masyarakat yang seperti ini diperlukan orangorang yang memiliki sifat Muhammad. Orangorang yang berani mengoreksi zaman.”
“Orangorang yang berani mengoreksi zaman? Siapakah mereka Saudara?” Tanya Rasyid penuh dengan ketertarikan.
“Ya, orangorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni. Tetapi kemudian ia gunakan Al Qur’an dan Al Hadits untuk mendampingi keilmuannya tersebut. Suatu generasi yang tidak hanya memahami Islam secara kasat matanya saja, tetapi juga yang melihat ke dalam hakikat (jiwanya/ rohnya) dari semangat Islam tersebut.”
Mendengar perkataan tersebut kemudian Rasyid tertunduk dan berusaha memaknai perkataan Si Manusia Koboi barusan. Di tengah hingarbingar dan dentuman musik diskotik tersebut Rasyid teringat kembali cerita perjalanan Muhammad yang telah melakukan perubahan badai yang sangat besar yang bernama jahiliyah. Tibatiba ingin rasanya ia memeluk sosok yang sangat terpuji akhlak dan jasanya tersebut seraya berterima kasih dan memohon maaf kepadanya atas keteledorannya saat ini yang tidak mampu menerima warisan sang pemimpin yang paling paripurna tersebut.
Tibatiba oleh Rasyid terasa ada yang menggores di dalam kalbunya, menyelinap seperti sayatan benda tajam yang sangat tipis. Tak terasa kemudian matanya berkaca oleh air mata. Rasyid kemudian berusaha memejamkan matanya supaya air matanya tidak lantas keluar.
“Kau kenapa Syid?” Tanya Si Manusia Koboi seperti heran melihat perilaku Rasyid yang seperti itu.
“Tidak Saudara, Aku hanya sedikit mengantuk saja. Mungkin karena efek dari tidak biasanya Aku ke tempat seperti ini.”
“Kalau Kau sudah mengantuk, mari Kita pulang saja Syid.” Ajak Si Manusia Koboi.
“Boleh Saudara. Tapi tunggu dulu sebentar, Aku ingin ke toilet terebih dahulu.”
“Oke kalau begitu, Aku tunggu di sini Syid.”
Rasyid kemudian menuju toilet untuk membasuh mukanya yang kusut.
“Rasyid?!?! Kau biasa ke tempat ini?”
Terdengar suara yang memanggil dari arah belakang Rasyid yang sedang membasuh mukanya di wastafel. Sontak kemudian Rasyid menengok ke arah datangnya suara tersebut.
“Dino?! Kaukah ini?” Tanya Rasyid setelah ia melihat sosok yang tadi memanggilnya itu.
Dino adalah pemuda asal kampungnya yang terkenal sebagai pemuda yang tidak baik karena sikapnya yang urakan dan sering mengajak para pemuda lain untuk mengadakan pesta minuman keras. Bulan kemarin ia sempat mau diusir warga karena ia tertangkap sedang melakukan perampokan terhadap salah satu rumah warga. Namun karena Dino memohon maaf serta berjanji tidak akan melakukan hal serupa maka akhirnya warga memberikan kesempatan satu kali lagi. Dan Dino berjanji akan meninggalkan kampung itu selamalamanya jika ia terbukti melakukan hal yang serupa lagi.
“Apakah Kamu senang juga mendatangi tempat seperti ini Syid?”
“Saya ke sini pertama kalinya karena diundang teman Din.” Jawab Rasyid berbicara yang sejujurnya.
“Teman? Siapakah dia Syid?”
“Kalau begitu bagaimana jika Kau Aku kenalkan saja kepada dia. Temanku ada di dalam. Mari ikuti saja Aku.”         
Karena rasa ingin tahunya yang sangat dalam tentang orang yang sudah berhasil membawa Rasyid ke tempat ini maka Dino kemudian mengikuti Rasyid untuk dikenalkan kepada Si Manusia Koboi.
“Kamu lihat Din, itu dia orang yang mengajakku ke sini.” Ucap Rasyid sambil menunjuk ke arah Si Manusia Koboi yang juga menoleh ke arahnya.
“Dia yang berbaju kemeja tangan panjang itu Syid?” Tanya Dino menegaskan.
“Iya betul, mari Aku kenalkan.” Ajak Rasyid kepada Dino.
“Tidak Syid, mendadak perutku terasa mulas. Mungkin lain kali saja nanti Aku berkenalan dengan dia.” Ucap Dino seperti bernada ketakutan setelah melihat sosok Si Manusia Koboi.
Melihat perilaku Dino yang seperti mendadak salah tingkah setelah melihat Si Manusia Koboi itu Rasyid menjadi sangat heran serta bertanyatanya apakah hubungan antara Si Manusia Koboi dan Dino.
Dengan setengah berlari sambil memegang perutnya kemudian Dino berlari untuk kembali menuju toilet. Rasyid yang masih heran melihat tingkah laku Dino tidak sempat berkata apapun untuk mengantar kepergiannya. Setelah sosok Dino tidak terlihat kemudian Rasyid menemui Si Manusia Koboi yang sedang menunggunya untuk bersiapsiap pulang.
“Siapa tadi yang barusan bersamamu Syid? Kenapa Kau tidak bawa ke sini?” Tanya Si Manusia Koboi menanyakan Dino.
“Dia itu salah satu pemuda di kampungku Sauda
ra. Aku sudah ajak dia untuk bertemu denganmu. Tapi katanya lain kali saja sebab perutnya mendadak sakit.” Ucap Rasyid menjelaskan apa adanya.
“Ooo… ya sudah kalau begitu Syid. Mari sekarang kita pulang saja. Tadi Aku sudah bayar semua minuman kita.”
Tanpa menunggu lama lagi kemudian Rasyid dan Si Manusia Koboi melangkahkan kakinya untuk ke luar dari tempat yang semakin ramai ketika menjelang dini hari itu.
Suasana di luar ternyata terasa begitu sepi dan damai. Seolah sepi di luar ini tidak mengetahui tentang hingar bingarnya diskotik yang tadi Rasyid jumpai. Sementara angin dini hari seperti biasanya masih terasa dingin membelai kulit sampai tulang. Sementara hanya terlihat satu atau dua mobil saja yang terlihat berlalu lalang di jalan yang biasanya ramai. 
Di sepanjang jalan itu Rasyid dan Si Manusia Koboi tidak berbicara sepatahkata pun. Mereka seolah sedang menikmati perjalanan malam yang sangat dekat dengan rasa damai. Waktu yang diisyaratkan Tuhan sebagai tempat untuk beristirahat bagi makhlukNya yang bernama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar