Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Ketum HMI Cabang Bogor 2013-2014
Di awal tulisan ini terlebih dahulu penulis ingin mengucapkan selamat milad
HMI ke-67 semoga HMI senantiasa menjadi arsitek dalam pembangunan bangsa ke
depan.
Enam puluh tujuh tahun sudah organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) berdiri. Hiruk pikuk sejarah sudah dilaluinya dengan penuh hikmah
sehingga menghasilkan pengalaman batin yang matang. Jika dianalogikan, HMI
adalah sosok manusia yang tidak saja sanggup hidup dalam berbagai zaman, namun
juga memiliki kemampuan berdialog terhadap lintas zaman dan lintas generasi
yang dilaluinya. Ibarat seorang guru besar arsitek pembangunan umat, dia mampu
membuat dan melahirkan para kader yang sesuai dengan kebutuhan konteks zamannya
di masa depan. Seolah HMI memiliki jargon “kita berbuat hari ini untuk masa
depan”.
Bangunan HMI sekarang memang terlihat megah sehingga siapapun yang memasuki
bangunan ini bukan hanya merasakan kemegahannya tetapi juga merasa “tiba-tiba
terbawa megah”. Sehingga kadang lupa bahwa siapapun yang memasuki bangunan ini
memiliki tugas sejarah yang penting dalam ikut andil menambah kemegahannya.
Karena kemegahan bangunan ini pada dasarnya hasil dari patungan (wakaf) waktu,
tenaga, keringat, dan materi para pendahulunya pada saat mereka sama-sama
sedang menyandang status sebagai mahasiswa.
Sungguh hebat, suprastruktur HMI yang sangat megah dan kokoh ini ternyata
hasil dari produk pikiran mahasiswa yang terus saling sambung menyambungkan
cita-cita dari generasi ke generasi. Maka jika saja dibedah satu per satu
cita-cita kader HMI maka akan terlihat bahwa semuanya memiliki satu tujuan yang
maha agung yaitu Negara Indonesia yang baldatun
toyyibatun wa robbun ghafur yang senantiasa berada dalam ruang ridho Allah
SWT. Di dalam kebesaran Indonesia itu kita berharap bahwa nilai Islam selalu
menjadi denyut pendorong kemajuannya sehingga Islam besar di dalam Indonesia
yang besar.
Enam puluh tujuh tahun sudah HMI senantiasa mengawal kemajuan bangsa
Indonesia yang selalu bergerak maju dan semakin modern. Di HMI para kadernya
disuguhkan dengan cara pandang yang positif dan kritis terhadap proses
kemajuan-kemajuan bangsa sehingga mereka bukan saja hanya bisa mengawal
kemajuan, tetapi juga mampu mengoreksi dan mengusahakan kemajuan-kemajuan
dengan cara lain yang sesuai dengan bathin masyarakat Indonesia.
Sepanjang sejarah berdialog tersebut tentunya tidak selalu menuai pujian.
Banyak hal-hal yang kemudian membuat HMI kadang harus terhempas dari hati dan
penglihatan umat. Tetapi itulah jalan perjuangan yang selalu saja ada kerikil,
onak dan durinya. Tentu saja hal tersebut bila dipandang secara positif akan
menghasilkan sebuah kedewasaan yang luar biasa. Justru kemudian kerikil, onak
dan duri tersebut adalah sebuah kawah candradimuka yang membuat para
penghuninya semakin kuat, semakin sakti, dan semakin memiliki mental-spiritual
yang sama kuatnya dengan urat kawat balung wesi-nya Gatot Gaca. Semakin ditempa
semakin menjadi, semakin diasah semakin tajam.
Di usianya yang ke-67 tahun ini sudah lengkap rasanya pengalaman HMI dalam
medapat cacian atau pujian. Sehingga kemudian semakin menyadarkan para kadernya
bahwa cacian ataupun pujian itu tidak akan pernah menyurutkan langkah gerak
HMI. Yang terpenting selalu berjalan di atas syukur dan ikhlas maka insyaAllah
kita akan bertemu pada ujung Yakin Usaha Sampai. Semangat tersebutlah yang pada
dasarnya diperlukan dari seorang muslim, dengan semangat ke-Islamannya, ikut
serta dalam proses tinggal landas pembangunan nasional.
Tantangan sejarah yang dihadapi HMI ke depan akan semakin kompleks dan
berat. Maka diperlukan sebuah alat baca yang canggih dalam proses
pergerakannya. Maka tentunya alat baca yang paling canggih tersebut sebenarnya
sudah ada di dalam konstitusi HMI, yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Maka alangkah
bijaksana bila segala kritikan dan cacian terhadap HMI selama ini dianggap
sebagai sebuah nasihat yang santun dan alami dari masyarakat untuk kembali
mendalami, mengjayati dan menggali nilai-nilai Islam dalam mengisi ruang-ruang
semangat jiwa para kader sehingga mereka pada akhirnya sanggup menjadi para penerus
risalah Muhammad SAW dan berbuat untuk umat dengan menampilkan wajah Islam yang
rahmatan lil ‘alamin. 5 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar