Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Sampai saat ini kita mengenal banyak organisasi ekstrakampus yang
mengatasnamakan mengusung nilai-nilai Islam di dalamnya. Beberapa organisasi
yang familiar diantarnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama
(KMNU).
Organisasi-organisasi tersebut terbentuk atas dasar keinginan untuk
menjadikan Islam sebagai ruh perjuangan demi menjawab segala permasalahan yang
ada di masyarakat. Di dalam organisasi-organisasi ini mahasiswa bukan hanya
dikenalkan dengan ibadah-ibadah yang bersifat ritual, namun juga dikenalkan
dengan ibadah yang bersifat sosial. Islam dijadikan sebagai sebuah dorongan
semangat untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.
Melalui organisasi-organisasi ini, mahasiswa dibiasakan untuk melakukan
kerjasama dalam melakukan kebaikan dan dibiasakan pula untuk memiliki semangat
memberi apa saja, baik materi atau nonmateri, kepada umat sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Diharapkan dengan kemampuan kerjasama dan semangat
memberi itu kemudian akan tercipta banyak kader mahasiswa Islam yang setelah
berada di sekitar masyarakat mampu menjadi motor penggerak bagi kemajuan umat.
Dan memang seperti banyak kita saksikan bersama, gerakan-gerakan kemajuan yang
ada di masyarakat banyak dimulai oleh alumni-alumni dari organisasi mahasiswa
Islam ekstrakampus.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan zaman, organisasi-organisasi
Islam ini kian surut dari minat mahasiswa. Banyak faktor yang menyebabkan
kurangnya minat mahasiswa, diantaranya adalah semakin banyaknya organisasiorganisasi
yang berkembang di intrakampus, dan sistem pendidikan yang semakin menuntut
mahasiswa untuk ahli di bidangnya masing-masing serta lulus tepat waktu.
Sehingga kemudian organisasi Islam ekstrakampus semakin tersisihkan dan
dianggap asing.
Kurangnya minat dari mahasiswa untuk bergabung dengan organisasi Islam
ekstrakampus seharusnya menjadi sebuah kritik alami bagi organisasi-organisasi
Islam yang ada untuk bisa dinamis dalam menghadapi tuntutan zaman. Karena dalam
melakukan sebuah kebaikan tidak hanya cukup dengan bergerak saja, tetapi juga
harus diikuti oleh taktik dan strategi dalam perjuangannya. Sehingga kemudian
pesan yang dibawa akan sampai dengan baik kepada si penerima pesan.
Organisasi-organisasi Islam ektrakampus tersebut harus menjadi bangunan
yang nyaman bagi tumbuh dan berkembangnya benih-benih para pejuang umat.
Seperti halnya fungsi masjid yang ada pada zaman Rosullah SAW, maka bangunan
organisasi Islam ekstrakampus ini selain menjadi tempat yang nyaman juga harus
mampu menyediakan inspirasi-inspirasi atau solusi-solusi yang segar bagi para
pengunjungnya.
Di saat sedang terjadinya degradasi fungsi masjid yang ada sekarang maka
organisasi-organisasi Islam ekstrakampus harus mampu terus melestarikan tradisi
masjid yang sesungguhnya baik sebagai tempat diskusi, pendidikan, membuat
strategi, bertukar pikiran, dan hal-hal lain yang berguna bagi perkembangan umat
ke depan.
Organisasi Islam ekstrakampus harus menjadi organisasi yang dinamis dalam
menghadapi perkembangan zaman. Hal yang kemudian kadang menjadi faktor
penghambat adalah karena alat baca yang digunakan oleh organisasi Islam
ekstrakampus tersebut masih menggunakan alat baca tahun 60’ an sehingga
orang-orang yang masuk ke dalamnya serasa sedang melakukan perjalanan sejarah
atau sedang melakukan romantisme di tahun 60’an.
Organisasi Islam ekstrakampus ke depan seharusnya menjadi sebuah bangunan
mesjid yang megah dimana bukan saja sebagai tempat untuk berkontemplasi dan
menggalang kekuatan bersama tetapi juga sebagai “bidan” bagi para anggotanya
dalam menemukan jati dirinya. Kita tentunya rindu akan sosok negarawan seperti
Bung Hatta, Bung Sjahrir, atau KH. Agus Salim yang semasa kecilnya dibesarkan
di surau-surau. Kita juga tentunya rindu dengan sosok Bung Karno dan Tan Malaka
yang dibesarkan di rumah besar HOS Tjokroaminoto. Kita juga tentunya rindu
dengan tokoh-tokoh negarawan yang bertebaran namanya di sepanjang sejarah
perjalanan bangsa Indonesia. Pada dasarnya mereka memiliki ghiroh seperti itu
karena adanya sentuhan nurani dimana bathinnya dikenalkan kepada
permasalahan-permasalahan umat melalui proses membaca, berkumpul, berdiskusi,
dan berfikir.
Organisasi Islam ekstrakampus memiliki peluang dalam melahirkan
negarawan-negarawan baru yang sesuai dengan konteks perjalanan bangsa saat ini.
Semangat Islam merupakan satu senjata yang sangat ampuh dan teruji dalam
membaca perkembangan zaman. Hanya kadang senjata itu tidak dipergunakan dengan
baik sehingga organisasi yang seharusnya megah menjadi sempit dan tidak
dinamis. 8
Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar