Kamis, 09 Juli 2020

SEMANGAT MASJID DALAM ORGANISASI MAHASISWA ISLAM EKSTRAKAMPUS


 Oleh: Qiki Qilang Syachbudy


Sampai saat ini kita mengenal banyak organisasi ekstrakampus yang mengatasnamakan mengusung nilai-nilai Islam di dalamnya. Beberapa organisasi yang familiar diantarnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU).
Organisasi-organisasi tersebut terbentuk atas dasar keinginan untuk menjadikan Islam sebagai ruh perjuangan demi menjawab segala permasalahan yang ada di masyarakat. Di dalam organisasi-organisasi ini mahasiswa bukan hanya dikenalkan dengan ibadah-ibadah yang bersifat ritual, namun juga dikenalkan dengan ibadah yang bersifat sosial. Islam dijadikan sebagai sebuah dorongan semangat untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.
Melalui organisasi-organisasi ini, mahasiswa dibiasakan untuk melakukan kerjasama dalam melakukan kebaikan dan dibiasakan pula untuk memiliki semangat memberi apa saja, baik materi atau nonmateri, kepada umat sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Diharapkan dengan kemampuan kerjasama dan semangat memberi itu kemudian akan tercipta banyak kader mahasiswa Islam yang setelah berada di sekitar masyarakat mampu menjadi motor penggerak bagi kemajuan umat. Dan memang seperti banyak kita saksikan bersama, gerakan-gerakan kemajuan yang ada di masyarakat banyak dimulai oleh alumni-alumni dari organisasi mahasiswa Islam ekstrakampus.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan zaman, organisasi-organisasi Islam ini kian surut dari minat mahasiswa. Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya minat mahasiswa, diantaranya adalah semakin banyaknya organisasiorganisasi yang berkembang di intrakampus, dan sistem pendidikan yang semakin menuntut mahasiswa untuk ahli di bidangnya masing-masing serta lulus tepat waktu. Sehingga kemudian organisasi Islam ekstrakampus semakin tersisihkan dan dianggap asing.
Kurangnya minat dari mahasiswa untuk bergabung dengan organisasi Islam ekstrakampus seharusnya menjadi sebuah kritik alami bagi organisasi-organisasi Islam yang ada untuk bisa dinamis dalam menghadapi tuntutan zaman. Karena dalam melakukan sebuah kebaikan tidak hanya cukup dengan bergerak saja, tetapi juga harus diikuti oleh taktik dan strategi dalam perjuangannya. Sehingga kemudian pesan yang dibawa akan sampai dengan baik kepada si penerima pesan.
Organisasi-organisasi Islam ektrakampus tersebut harus menjadi bangunan yang nyaman bagi tumbuh dan berkembangnya benih-benih para pejuang umat. Seperti halnya fungsi masjid yang ada pada zaman Rosullah SAW, maka bangunan organisasi Islam ekstrakampus ini selain menjadi tempat yang nyaman juga harus mampu menyediakan inspirasi-inspirasi atau solusi-solusi yang segar bagi para pengunjungnya.
Di saat sedang terjadinya degradasi fungsi masjid yang ada sekarang maka organisasi-organisasi Islam ekstrakampus harus mampu terus melestarikan tradisi masjid yang sesungguhnya baik sebagai tempat diskusi, pendidikan, membuat strategi, bertukar pikiran, dan hal-hal lain yang berguna bagi perkembangan umat ke depan.
Organisasi Islam ekstrakampus harus menjadi organisasi yang dinamis dalam menghadapi perkembangan zaman. Hal yang kemudian kadang menjadi faktor penghambat adalah karena alat baca yang digunakan oleh organisasi Islam ekstrakampus tersebut masih menggunakan alat baca tahun 60’ an sehingga orang-orang yang masuk ke dalamnya serasa sedang melakukan perjalanan sejarah atau sedang melakukan romantisme di tahun 60’an.
Organisasi Islam ekstrakampus ke depan seharusnya menjadi sebuah bangunan mesjid yang megah dimana bukan saja sebagai tempat untuk berkontemplasi dan menggalang kekuatan bersama tetapi juga sebagai “bidan” bagi para anggotanya dalam menemukan jati dirinya. Kita tentunya rindu akan sosok negarawan seperti Bung Hatta, Bung Sjahrir, atau KH. Agus Salim yang semasa kecilnya dibesarkan di surau-surau. Kita juga tentunya rindu dengan sosok Bung Karno dan Tan Malaka yang dibesarkan di rumah besar HOS Tjokroaminoto. Kita juga tentunya rindu dengan tokoh-tokoh negarawan yang bertebaran namanya di sepanjang sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Pada dasarnya mereka memiliki ghiroh seperti itu karena adanya sentuhan nurani dimana bathinnya dikenalkan kepada permasalahan-permasalahan umat melalui proses membaca, berkumpul, berdiskusi, dan berfikir.
Organisasi Islam ekstrakampus memiliki peluang dalam melahirkan negarawan-negarawan baru yang sesuai dengan konteks perjalanan bangsa saat ini. Semangat Islam merupakan satu senjata yang sangat ampuh dan teruji dalam membaca perkembangan zaman. Hanya kadang senjata itu tidak dipergunakan dengan baik sehingga organisasi yang seharusnya megah menjadi sempit dan tidak dinamis. 8 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar