Jumat, 10 Juli 2020

Mutiara Perjuangan


Jika saja dahulu Jendral Sudirman menyerah akan keadaan kondisinya yang begitu payah. Jika saja Bung Karno menyerah akan keadaan kondisinya yang dibuang kemanamana, dipenjara kemanamana, diasingkan kemanamana. Jika saja mereka menyerah pada saat itu, karena sudah bosan atau karena mereka telah lelah. Andaikan mereka menjadikan kondisi mereka itu sebagai satu alasan untuk untuk tidak berjuang lagi, lalu apakah yang akan terjadi pada sejarah kita itu.
Ah…..sekalikali bolehlah kita semua berandaiandai agar kita dapat mengapresiasi, bersimpati dan berempati terhadap perjuangan para pahlawan kita itu, agar kita bisa menghargai jasajasa pahlawan kita itu, supaya kita menjadi bangsa yang besar. Sekalikali bolehlah kita semua berandaiandai seperti itu agar timbul rasa cinta kepada tanah air, karena cinta tanah air itu sebagai tanda kita percaya akan keadaan Tuhan dan nantinya akan timbul rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Sejarah memang selalu mencatat bahwa suatu perjuangan hanya dapat dimenangkan oleh seseorang yang memiliki otot baja, tulang besi yang memiliki semangat banteng dan ketekunan yang luar biasa kerasnya. Siang, malam, pagi, dan sore terus berjuang. Walaupun sebenarnya peluangnya hanya sedikit, bagaikan satu lobang semut merah.
Pada saat perang gerilya. kita sangat kenal dengan yang namanya panglima besar Jenderal Sudirman. Lakilaki yang sangat terkenal dengan pakaiannya yang khas itu berasal dari latar belakang sekolah guru pada sekolah rakyat, tapi kemudian dengan semangat cintanya kepada Bangsa, beliau masuk sebagai pejuang. Sampai akhirnya kesehatannya terganggu, yang menyebabkan sebelah paruparunya diganti oleh paruparu palsu. Sampai kemudian ia harus memimpin perjuangan seluruh militer angkatan darat bangsa Indonesia di atas tandu. Kehujanan, kelaparan, percobaan pembunuhan, telah menjadi makanannya seharihari. Tetapi ia tidak pernah mengeluh sedikitpun akan semuanya. Karena menurutnya mengeluh adalah kalah, dan kalah berarti hancur.
Perjuangan yang dilakukan oleh Jenderal Besar Sudirman itu tidaklah jauh dengan yang dilakukan oleh para pejuang lain, termasuk Bung Karno. Perjuangan untuk menjadikan Indonesia merdeka tidak surut hanya oleh karena dinding penjara dan kekerasan fisik. Beliau tetap menulis guna memberi pemahaman dan semangat akan suatu harapan bahwa Indonesia pasti akan merdeka.
Perjuanganperjuangan para pejuang inilah yang seharusnya menginspirasi bangsa Indonesia dalam perjuangan di zaman sekarang ini. Yaitu perjuangan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan disegani oleh lawan maupun kawan. Semangatnya rajawali, semangatnya banteng berkumpul menjadi satu menjadi semangatnya bangsa Indonesia.
Ya, semangat inilah yang seharusnya menjadi semangatnya bangsa Indonesia dalam kesehariannya, dan dalam segala situasinya. Semangat inilah yang dipakai oleh Abi dalam memperjuangkan cintanya Habibah yang terhambat oleh restu dari orang tua Habibah.
Setelah kedatangannya ke rumah Habibah tempo hari, Abi kembali mendatangi lagi orang tua Habibah selang beberapa hari kemudian bersama Mang Usro. Tetapi betul apa yang dikatakan Habibah bahwa orang tuanya tidak merestui hubungan mereka berdua. Pada kedatangan Abi yang kedua ini, bapak Habibah benarbenar menyatakan ketidak setujuannya jika Habibah menikah dengan Abi.
Hal ini benarbenar membuat Abi harus mengerutkan kening dan memeras otaknya agar orang tua Habibah merestui hubungan mereka berdua karena tugasnya di desa ini hanya tinggal beberapa minggu lagi saja.
Sementara Beni The Winner yang sekarang lebih terkenal sebagai Beni The Looser itu kini merasa semakin penasaran untuk bisa mendapatkan Habibah dan mengembalikan nama baiknya menjadi Beni The Winner kembali.
Sekarang Beni lebih sering main ke rumah Habibah, hampir setiap hari Beni TL (The Looser) itu berada di rumah Habibah. Jelas saja dia betah mainmain di rumah Habibah, bak orang tidak mempunyai pekerjaan itu. Pagipagi sebelum Habibah berangkat ke sekolah, Beni TL ini sudah berada di rumah Habibah dengan membawa motor, dengan tujuan mengantarkan Habibah ke sekolah. Walaupun berkalikali ditolak, tetapi Beni tidak ada kata malu atau tidak pantang menyerah karena dia besar hati dengan dukungan dari orang tuanya Habibah.
Pada mulanya Habibah menganggap Beni hanya sebelah mata. Hanya dibiarkan saja. Tapi lama kelamaan Habibah menjadi sangat jengkel sekali ketika suatu hari ketika Habibah pulang dari sekolah, mendapatkan Beni berada di kamarnya.
Habibah berpikir bahwa hal ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Ini sudah keterlaluan, sudah melanggar etika. Ditambah lagi Beni sekarang sudah berani menghina Abi di depan Habibah. Menyebut Abi sebagai seorang lakilaki yang tidak jelas asalusulnya.
Tapi apa boleh buat, Beni memang sekarang sedang berada di atas angin. Pria yang berotot besar itu memang sudah sifatnya kurang ajar, karena maklum hanya keluaran sekolah dasar. Andai saja ia bukan anak orang kaya, tentu dia tidaklah beda dengan anak mudaanak muda yang lain, tentu dia tidaklah jauh nasibnya dengan mereka yang lulusan SD di desa ini. Paling banter juga hanya menjadi pedagang rokok. Mana bisa hanya diam seperti itu, hidup mengandalkan kekayaan orang tua selamanya.
“Habibah….Habibah, aku hampir tidak percaya Habibah. Ini terasa seperti mimpi bagiku, seorang perempuan cantik sepertimu rela menyerahkan diri kepada orang yang belum tahu asalusulnya. Apakah kau ini kena pelet atau pengasihan Habibah? Sementara di luaran masih banyak pria yang setengah mengemis kepadamu untuk memperoleh cintamu.” Begitulah kata Beni kepada Habibah pada suatu waktu. Katakata inilah yang senada dengan kata yang diucapkan bapak Habibah. Katakata paling familiar nadanya pada pihakpihak yang tidak setuju pada dongengdongeng cinta atau sinetronsinetron. Katakata yang sebenarnya hanya pantas keluar daripada seseorang yang boleh dikatakan bukan manusia atau manusia yang tidak berperasaan. Betapa tidak, karena mungkinkah seorang manusia tidak tahu apa arti dan makna cinta atau mencintai?
Ya, cinta dan mencintai adalah dua kata yang sangat ajaib, sebuah kata yang kadang kita dipaksa dengan keras dalam mencari alasan kenapa perasaan itu timbul, kenapa perasaan itu betapa misteriusnya dan mengapa perasaan itu sangat aneh dan kuat. Betapa perasaan yang menyangkut dua insan beda jenis dan rupa ini begitu legendaris dan historis, dan seolah dapat merubah nasib.
Semua orang tentu sangat mengenal kisahkisah cinta yang sangat terkenal dan dianggap fenomenal, seperti kisah cinta dalam legenda sangkuriang yang mencintai seorang puteri. Akibat rasa cintanya itu sangkuriang memiliki kekuatan besar untuk membuat perahu yang sangat besar, dan membendung sebuah sungai agar menjadi telaga dalam waktu satu malam. Atau banyak lagi ceritacerita legenda seperti itu.
Di zaman sekarang ini, setelah orangorang mengenal akan sebuah karya seni, baik tulisan atau musik atau kerajinan tangan atau seni lakon. Banyak yang diantaranya mengekspresikan cinta itu pada karyakarya mereka, yang membuat pekerjaan menjadi seperti bermain dan hiburan batin.
Kata dan perasaan yang bernama cinta yang bisa membuat orang mati sambil keadaan tersenyum ini memang tidak akan selesai jika kita menuliskannya seberapa lamanyapun. Tetapi bukan berarti semua kisah tentang cinta ini semuanya positif. Kadang sifat dasar manusia yang ingin semuanya cepat selesai membuat para manusia itu mengambil jalan pintas sebagai penyelesaiannya. Kata cinta yang tulus murni itupun akhirnya menjadi ternodai bahkan kotor sama sekali tanpa bisa dibersihkan sebersih bersihnya. Kata dan perasaan cinta ini memang sangat rapuh, seperti rapuhnya daun kering. Bila retak, sulit untuk disusun kembali.
Hal yang seperti inipun dirasakan oleh Habibah. Dan diantara kegelisahan dan kebingungannya ia berbisik kepada Abi bahwa ia siap untuk melakukan kawin lari dengan Abi.
“Tidak Habibah, pernikahan adalah suatu peristiwa yang sakral dan peristiwa bersejarah di dalam hidup. Aku tidak mau jikalau peristiwa bersejarah ini kita lalui dengan sesuatu yang salah jalan dan akan menjadi bahan cacian bagi seumur hidup kita.” Ucap Abi kepada Habibah.
“Di dalam kesulitan pasti ada jalan.”
“Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang diatas kemampuan hambaNya.”
Kata-kata itulah yang seolaholah sekarang menjadi pegangan bagi Habibah dan Abi, seolaholah menjadi asasnya perjuangan bagi mereka berdua dan menjadi sebuah romantisme perjuangan bagi mereka.
“Bersabarlah, Akang akan mencari jalan agar Neng bisa Akang miliki.” Ucap Abi lirih, membuat Habibah yang selama ini selalu diliputi oleh sebuah kekhawatiran menjadi tenang, dingin, seolaholah masuknya sebongkah es ke dalam sebuah gelas berisi teh hangat.
Setelah itu idepun segera dicari, hampir setiap malam Abi tidak bisa tidur. Proyeknya sebulan lagi hampir selesai, sementara pertemuannya dengan bapaknya Habibah hanya baru duakali saja, karena selanjutnya bapak Habibah tidak mau menemui Abi lagi, begitu pula dengan ibu Habibah.
Hampir setiap malam Abi berdiskusi dengan para warga desa tentang masalah yang dihadapinya sekarang. Solusipun banyak yang berdatangan. Tapi begitulah, solusi itu berkesan sangat arogan dan tidak sesuai dengan maksud Abi yang ingin memiliki Habibah dengan secara resmi.
Diskusipun terus berlanjut, sampai hal ini diketahui oleh Kapala Desa Kelaban yang bernama Pak Jufri.
Pak Jufripun memberikan sebuah solusi bahwa beliau bersedia untuk mendampingi Abi untuk nanyaan yang kedua kalinya ke rumah Habibah.
“Mungkin kalau dengan orang yang berpengaruh, apalagi orang yang sangat disegani, bapaknya Habibah bisa meluluskan keinginanku.” Ucap Abi di dalam pikirannya.
Usaha yang kedua kalinyapun dicoba. Tapi apa boleh buat, bapak Habibah tetap pada pendiriannya semula, yaitu akan menjodohkan Habibah dengan Beni The Winner yang dipandang lebih dari segalasegalanya dibanding Abi. Abipun harus pulang sambil menunduk untuk yang kesekian kalinya.
“Menurut bapak, mungkin yang terbaik adalah Ujang membawa keluarga Ujang dari Ciamis untuk melamar Neng Habibah, supaya bapaknya Neng Habibah menjadi tenang bahwa anaknya akan dinikahi oleh orang yang akan benarbenar mempertanggungjawabkan kehidupan anaknya.” Ucap Pak Jufri sebagai saran kepada Abi.
Sebetulnya hal ini sudah terpikirkan oleh Abi. Yaitu untuk melibatkan keluarganya di Ciamis. Tetapi menurut pemikiran Abi, masalah yang membuat bapaknya Habibah tidak menerima dirinya, adalah bukan karena alasan yang diberikan bapaknya Habibah semula, yaitu karena abi jauh dari Kelaban atau Abi adalah orang yang tidak jelas asalusulnya. Alasan yang sebenarnya adalah pada hubungan kedekatan antara bapaknya Habibah dengan bapaknya Beni yang menghendaki kedua keluarga itu menjadi sangat dekat lagi dengan pernikan antara Beni dan Habibah. Tidak peduli apakah anaknya setuju atau tidak, yang terpenting hasrat orang tua terpenuhi. Karena pernikan hanyalah sebagai kunci dan simbol, sedangkan intinya adalah penyatuan antara kedua keluarga agar menjadi lebih dekat lagi.
Akhirnya keteganganpun semakin berlanjut. Semakin menuju klimaksnya, karena tidak terasa satu minggu lagi Abi akan menyelesaikan proyek itu. Dan setelah itu semuanya berakhir. Abi tidak mungkin akan terus saja di Desa Kelaban, melainkan akan pulang ke kampung halamannya. Dan jika nanti ketika kepulangannya Abi ke Ciamis tidak berhasil membawa Habibah, tentu hal ini akan menjadi suatu masalah lagi yang agak sulit diatasi, apalagi berbenturan dengan segala macamnya masalah yang kemudian pasti akan datang laksana terurainya biji tasbih yang terpisah karena putusnya benang yang menyatukan antara bijibiji tasbih tersebut.
 Tapi memang, semuanya ada pengaturnya. Kunci dari kehidupan ini adalah kesabaran dan keyakinan dalam usaha. Karena kemenangan hanya akan didapat oleh orang yang yakin, lalu setelah itu dilanjutkan oleh usaha dengan sabar, ikhlas dan syukur. Usahalah yang utama, adapun hasilnya, itu adalah menjadi hak prerogative Sang Maha Kuasa.
Begitulah hal ini terjadi di dalam kehidupan Abi dan Habibah. Titik cerahpun mulai terbuka, ketika ada tiga orang tamu yang datang ke rumah Beni. Ketiga tamu itu adalah dua orang lakilaki dan satu perempuan yang masih muda. Menurut kabar yang ada bahwa ketiga orang tersebut terdiri dari seorang bapak dan anaknya. Perempuan yang masih muda itu anaknya, dan satu lagi lakilaki yang masih muda itu adalah polisi.
Maksud dari mereka bertiga adalah untuk meminta pertanggung jawaban Beni atas kehamilan perempuan muda tersebut yang kemudian namanya adalah Rieke.
Rieke adalah temannya Beni, atau kalau dalam istilahnya anak muda, Rieke adalah pacarnya Beni. Rieke tinggal di kota, rumahnya tidak jauh dengan tempat billiard tempat Beni nongkrong. Di tempat billiard inilah Rieke dan Beni biasa bertemu, sampai akhirnya pada suatu malam mereka berdua sepakat untuk main ke sebuah diskotik. Dan di diskotik inilah terjadi sesuatu yang tidak diridhoi Tuhan terjadi. Biasa, kejadiannya seperti di dalam filmfilm. Mulanya mereka minum minuman beralkohol, sampai akhirnya mabuk. Dalam keadaan mabuk inilah akhirnya hubungan layaknya suami istri pun terjadi, yang menyebabkan Rieke sekarang mengandung anak hasil perbuatan haram dirinya dengan Beni.
Bapak dan ibunya Benipun sempat sock pada awal mendengar cerita ini. Seolah tidak percaya bahwa anaknya yang sangat mereka sayangi ternyata ada yang menuduh telah melakukan hal yang sejauh itu. Anak yang hanya satusatunya, dan selama ini dibanggakan sebagai anak yang akan melanjutkan segala usahanya itu ternyata kini ada yang menuduh demikian. Lalu apa yang akan terjadi jika hal yang memalukan itu diketahui oleh semua orangorang Desa Kelaban? Nama baiknya yang selama ini telah dibangun oleh bapak dan ibunya Beni itu akan hancur, hancur sehancurhancurnya, hancur !!!
Bapak Benipun marah, hampir saja ia memanggil seluruh orang desa untuk mengusir tamunya tersebut. Namun Beni, segera menjelaskan semua yang terjadi, dan meminta maaf bahwa dirinya telah membuat bapak dan ibunya malu.
Beni menangis.
Semuanya menjadi hening, tetangga yang mendengar keributan itupun tidak ada yang berani datang ke rumahnya Beni, karena mereka sudah tahu inti dari permasalahan ini dari seseorang yang semenjak kedatangan tamutamu itu mencuri dengar, sampai akhirnya para tamu itu menjelaskan hal ikhwal kedatangan mereka.
Akhirnya keadaan hening itupun segera berakhir, dengan kesanggupan bapaknya Beni untuk menikahkan Beni dan Rieke secepat mungkin. Dalam mingguminggu ini.
Walaupun dengan acara yang sederhana, tanpa undangan dan tanpa janur kuning melambai di depan rumah, upacara pernikahan yang hanya dihadiri oleh Pak Naib sebagai satusatunya tamu undangan dari luar ini akhirnya selesai juga dilaksanakan. Pernikahan yang sebenarnya masih kontroversial mengenai kesyahannya ini akhirnya terlaksana dengan mulus walaupun dengan satu perjanjian bahwa nanti setelah Rieke melahirkan, pernikahan ini akan diulang, ditambah juga dengan pestanya yang besarbesaran, pesta yang akan menunjukkan dan menegaskan siapakah seorang Beni The Winner itu, walaupun dalam kenyataannya, dalam setiap tingkah lakunya itu Beni lebih pantas disebut sebagai Beni The Looser.
Hal mengenai kejadian yang menimpa Beni inipun telah sampai kepada Abi, datang seolah membawa bermilyarmilyar berkah dari Tuhan sebagai tanda bahwa kesempatan telah dibukakan, citacita harus kembali diperjuangkan lagi, tidak ada kata diam dalam sebuah perjuangan. Bahwa Tuhan selalu berpihak kepada yang gigih dan percaya akan keberadaanNya sebagai satusatunya penolong yang terbaik.
Berita inipun segera memberi sebuah ide kepada Abi untuk mencoba mendatangi bapaknya Habibah. Akhirnya, untuk yang kesekian kalinya, dengan ditemani oleh Mang Usro dan Pak Jufri, Abi mendatangi rumahnya Habibah untuk yang ketiga kalinya.
Pada mulanya bapaknya Habibah tetap pada keputusan semula, bahwa dia tidak bisa mengizinkan Habibah untuk dinikahi oleh Abi. Tapi lama kelamaan setelah Mang Usro berbicara, Pak Jufri berbicara, Abi berbicara, dan terakhir Habibah yang berbicara dengan setengah menangis, akhirnya menyadarkan bapaknya Habibah akan kehilafannya itu.
Dan akhirnya segeralah setelah itu tanpa menunggu waktu lagi akhirnya diputuskanlah bahwa pernikahan akan dilaksanakan minggu depan sekalian dengan acara syukuran bahwa proyek padat karya pembangunan irigasi dan jalan pun selesai.
“Ah…..akhirnya, kalau jodohmah tidak kemana Ujang. Semuanya misteri, dan tidak bisa ditawar lagi.” Ucap Mang Usro berbisik kepada Abi dalam perjalanan mereka pulang.
Abi seolah tidak percaya akan semua ini, tembok besar yang selama ini menghadang begitu kokohnya di depan, kini telah selesai dihancurkannya dengan sebuah keyakinan.
“Mang Usro dan Pak Jufri, terima kasih atas bantuannya selama ini. Saya pasti akan selalu mengenang semua peristiwa ini.” Ucap Abi berterima kasih kepada Mang Usro dan Pak Jufri.
“Jangan berterima kasih kepada kami berdua Ujang, berterimakasihlah kepada zat yang sangat pandai membolakbalikkan hati, yang selama ini telah memberikan kekuatan kepada Ujang untuk melalui jalan ini.” Jawab Pak Jufri lirih.
Kisah perjuangan yang diakhiri dengan senyuman inipun telah berakhir. Kali ini tinggal menunggu peristiwa proklamasinya saja. Perjuangan terbesar sudah dilalui dengan dengan baik, dan tentunya peristiwa malam ini akan menjadi sebuah mimpi indah bagi dua insan yang selamat dari pertempuran. Dua insan yang yang tengah manisnya madu dari kayangan yang diantar langsung oleh para bidadari cantik lagi menawan. Habibah dan Abi, merekalah dua insan itu yang malam ini sedang asyik bercumbu dengan anganangan dan harapanharapan ke depan tentang masa depan mereka ketika nanti setelah bersatu membentuk sebuah organisasi yang bernama keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar