Jika saja dahulu Jendral Sudirman
menyerah akan keadaan kondisinya yang begitu payah. Jika saja Bung Karno
menyerah akan keadaan kondisinya yang dibuang kemanamana, dipenjara kemanamana,
diasingkan kemanamana. Jika saja mereka menyerah pada saat itu, karena sudah
bosan atau karena mereka telah lelah. Andaikan mereka menjadikan kondisi mereka
itu sebagai satu alasan untuk untuk tidak berjuang lagi, lalu apakah yang akan
terjadi pada sejarah kita itu.
Ah…..sekalikali
bolehlah kita semua berandaiandai agar kita dapat mengapresiasi, bersimpati dan
berempati terhadap perjuangan para pahlawan kita itu, agar kita bisa menghargai
jasajasa pahlawan kita itu, supaya kita menjadi bangsa yang besar. Sekalikali
bolehlah kita semua berandaiandai seperti itu agar timbul rasa cinta kepada
tanah air, karena cinta tanah air itu sebagai tanda kita percaya akan keadaan
Tuhan dan nantinya akan timbul rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.
Sejarah
memang selalu mencatat bahwa suatu perjuangan hanya dapat dimenangkan oleh
seseorang yang memiliki otot baja, tulang besi yang memiliki semangat banteng
dan ketekunan yang luar biasa kerasnya. Siang, malam, pagi, dan sore terus
berjuang. Walaupun sebenarnya peluangnya hanya sedikit, bagaikan satu lobang
semut merah.
Pada
saat perang gerilya. kita sangat kenal dengan yang namanya panglima besar
Jenderal Sudirman. Lakilaki yang sangat terkenal dengan pakaiannya yang khas
itu berasal dari latar belakang sekolah guru pada sekolah rakyat, tapi kemudian
dengan semangat cintanya kepada Bangsa, beliau masuk sebagai pejuang. Sampai
akhirnya kesehatannya terganggu, yang menyebabkan sebelah paruparunya diganti
oleh paruparu palsu. Sampai kemudian ia harus memimpin perjuangan seluruh
militer angkatan darat bangsa Indonesia di atas tandu. Kehujanan, kelaparan,
percobaan pembunuhan, telah menjadi makanannya seharihari. Tetapi ia tidak
pernah mengeluh sedikitpun akan semuanya. Karena menurutnya mengeluh adalah
kalah, dan kalah berarti hancur.
Perjuangan
yang dilakukan oleh Jenderal Besar Sudirman itu tidaklah jauh dengan yang
dilakukan oleh para pejuang lain, termasuk Bung Karno. Perjuangan untuk
menjadikan Indonesia merdeka tidak surut hanya oleh karena dinding penjara dan
kekerasan fisik. Beliau tetap menulis guna memberi pemahaman dan semangat akan
suatu harapan bahwa Indonesia pasti akan merdeka.
Perjuanganperjuangan
para pejuang inilah yang seharusnya menginspirasi bangsa Indonesia dalam
perjuangan di zaman sekarang ini. Yaitu perjuangan menjadikan Indonesia sebagai
bangsa yang besar dan disegani oleh lawan maupun kawan. Semangatnya rajawali,
semangatnya banteng berkumpul menjadi satu menjadi semangatnya bangsa Indonesia.
Ya,
semangat inilah yang seharusnya menjadi semangatnya bangsa Indonesia dalam
kesehariannya, dan dalam segala situasinya. Semangat inilah yang dipakai oleh
Abi dalam memperjuangkan cintanya Habibah yang terhambat oleh restu dari orang
tua Habibah.
Setelah
kedatangannya ke rumah Habibah tempo hari, Abi kembali mendatangi lagi orang
tua Habibah selang beberapa hari kemudian bersama Mang Usro. Tetapi betul apa
yang dikatakan Habibah bahwa orang tuanya tidak merestui hubungan mereka
berdua. Pada kedatangan Abi yang kedua ini, bapak Habibah benarbenar menyatakan
ketidak setujuannya jika Habibah menikah dengan Abi.
Hal
ini benarbenar membuat Abi harus mengerutkan kening dan memeras otaknya agar
orang tua Habibah merestui hubungan mereka berdua karena tugasnya di desa ini
hanya tinggal beberapa minggu lagi saja.
Sementara
Beni The Winner yang sekarang lebih
terkenal sebagai Beni The Looser itu
kini merasa semakin penasaran untuk bisa mendapatkan Habibah dan mengembalikan
nama baiknya menjadi Beni The Winner kembali.
Sekarang Beni lebih sering main ke
rumah Habibah, hampir setiap hari Beni TL (The
Looser) itu berada di rumah Habibah. Jelas saja dia betah mainmain di rumah
Habibah, bak orang tidak mempunyai pekerjaan itu. Pagipagi sebelum Habibah
berangkat ke sekolah, Beni TL ini sudah berada di rumah Habibah dengan membawa
motor, dengan tujuan mengantarkan Habibah ke sekolah. Walaupun berkalikali ditolak,
tetapi Beni tidak ada kata malu atau tidak pantang menyerah karena dia besar
hati dengan dukungan dari orang tuanya Habibah.
Pada
mulanya Habibah menganggap Beni hanya sebelah mata. Hanya dibiarkan saja. Tapi
lama kelamaan Habibah menjadi sangat jengkel sekali ketika suatu hari ketika
Habibah pulang dari sekolah, mendapatkan Beni berada di kamarnya.
Habibah
berpikir bahwa hal ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Ini sudah keterlaluan,
sudah melanggar etika. Ditambah lagi Beni sekarang sudah berani menghina Abi di
depan Habibah. Menyebut Abi sebagai seorang lakilaki yang tidak jelas
asalusulnya.
Tapi
apa boleh buat, Beni memang sekarang sedang berada di atas angin. Pria yang
berotot besar itu memang sudah sifatnya kurang ajar, karena maklum hanya
keluaran sekolah dasar. Andai saja ia bukan anak orang kaya, tentu dia tidaklah
beda dengan anak mudaanak muda yang lain, tentu dia tidaklah jauh nasibnya
dengan mereka yang lulusan SD di desa ini. Paling banter juga hanya menjadi
pedagang rokok. Mana bisa hanya diam seperti itu, hidup mengandalkan kekayaan
orang tua selamanya.
“Habibah….Habibah,
aku hampir tidak percaya Habibah. Ini terasa seperti mimpi bagiku, seorang
perempuan cantik sepertimu rela menyerahkan diri kepada orang yang belum tahu
asalusulnya. Apakah kau ini kena pelet atau pengasihan Habibah? Sementara di
luaran masih banyak pria yang setengah mengemis kepadamu untuk memperoleh
cintamu.” Begitulah kata Beni kepada Habibah pada suatu waktu. Katakata inilah
yang senada dengan kata yang diucapkan bapak Habibah. Katakata paling familiar
nadanya pada pihakpihak yang tidak setuju pada dongengdongeng cinta atau
sinetronsinetron. Katakata yang sebenarnya hanya pantas keluar daripada
seseorang yang boleh dikatakan bukan manusia atau manusia yang tidak
berperasaan. Betapa tidak, karena mungkinkah seorang manusia tidak tahu apa
arti dan makna cinta atau mencintai?
Ya,
cinta dan mencintai adalah dua kata yang sangat ajaib, sebuah kata yang kadang
kita dipaksa dengan keras dalam mencari alasan kenapa perasaan itu timbul,
kenapa perasaan itu betapa misteriusnya dan mengapa perasaan itu sangat aneh
dan kuat. Betapa perasaan yang menyangkut dua insan beda jenis dan rupa ini
begitu legendaris dan historis, dan seolah dapat merubah nasib.
Semua
orang tentu sangat mengenal kisahkisah cinta yang sangat terkenal dan dianggap
fenomenal, seperti kisah cinta dalam legenda sangkuriang yang mencintai seorang
puteri. Akibat rasa cintanya itu sangkuriang memiliki kekuatan besar untuk
membuat perahu yang sangat besar, dan membendung sebuah sungai agar menjadi
telaga dalam waktu satu malam. Atau banyak lagi ceritacerita legenda seperti
itu.
Di
zaman sekarang ini, setelah orangorang mengenal akan sebuah karya seni, baik
tulisan atau musik atau kerajinan tangan atau seni lakon. Banyak yang
diantaranya mengekspresikan cinta itu pada karyakarya mereka, yang membuat
pekerjaan menjadi seperti bermain dan hiburan batin.
Kata
dan perasaan yang bernama cinta yang bisa membuat orang mati sambil keadaan
tersenyum ini memang tidak akan selesai jika kita menuliskannya seberapa
lamanyapun. Tetapi bukan berarti semua kisah tentang cinta ini semuanya
positif. Kadang sifat dasar manusia yang ingin semuanya cepat selesai membuat
para manusia itu mengambil jalan pintas sebagai penyelesaiannya. Kata cinta
yang tulus murni itupun akhirnya menjadi ternodai bahkan kotor sama sekali
tanpa bisa dibersihkan sebersih bersihnya. Kata dan perasaan cinta ini memang
sangat rapuh, seperti rapuhnya daun kering. Bila retak, sulit untuk disusun
kembali.
Hal
yang seperti inipun dirasakan oleh Habibah. Dan diantara kegelisahan dan
kebingungannya ia berbisik kepada Abi bahwa ia siap untuk melakukan kawin lari
dengan Abi.
“Tidak
Habibah, pernikahan adalah suatu peristiwa yang sakral dan peristiwa bersejarah
di dalam hidup. Aku tidak mau jikalau peristiwa bersejarah ini kita lalui
dengan sesuatu yang salah jalan dan akan menjadi bahan cacian bagi seumur hidup
kita.” Ucap Abi kepada Habibah.
“Di
dalam kesulitan pasti ada jalan.”
“Tuhan
tidak akan memberikan cobaan yang diatas kemampuan hambaNya.”
Kata-kata
itulah yang seolaholah sekarang menjadi pegangan bagi Habibah dan Abi,
seolaholah menjadi asasnya perjuangan bagi mereka berdua dan menjadi sebuah
romantisme perjuangan bagi mereka.
“Bersabarlah,
Akang akan mencari jalan agar Neng bisa Akang miliki.” Ucap Abi lirih, membuat
Habibah yang selama ini selalu diliputi oleh sebuah kekhawatiran menjadi
tenang, dingin, seolaholah masuknya sebongkah es ke dalam sebuah gelas berisi
teh hangat.
Setelah
itu idepun segera dicari, hampir setiap malam Abi tidak bisa tidur. Proyeknya
sebulan lagi hampir selesai, sementara pertemuannya dengan bapaknya Habibah
hanya baru duakali saja, karena selanjutnya bapak Habibah tidak mau menemui Abi
lagi, begitu pula dengan ibu Habibah.
Hampir
setiap malam Abi berdiskusi dengan para warga desa tentang masalah yang
dihadapinya sekarang. Solusipun banyak yang berdatangan. Tapi begitulah, solusi
itu berkesan sangat arogan dan tidak sesuai dengan maksud Abi yang ingin
memiliki Habibah dengan secara resmi.
Diskusipun
terus berlanjut, sampai hal ini diketahui oleh Kapala Desa Kelaban yang bernama
Pak Jufri.
Pak
Jufripun memberikan sebuah solusi bahwa beliau bersedia untuk mendampingi Abi
untuk nanyaan yang kedua kalinya ke rumah Habibah.
“Mungkin
kalau dengan orang yang berpengaruh, apalagi orang yang sangat disegani,
bapaknya Habibah bisa meluluskan keinginanku.” Ucap Abi di dalam pikirannya.
Usaha
yang kedua kalinyapun dicoba. Tapi apa boleh buat, bapak Habibah tetap pada
pendiriannya semula, yaitu akan menjodohkan Habibah dengan Beni The Winner yang dipandang lebih dari
segalasegalanya dibanding Abi. Abipun harus pulang sambil menunduk untuk yang kesekian
kalinya.
“Menurut
bapak, mungkin yang terbaik adalah Ujang membawa keluarga Ujang dari Ciamis
untuk melamar Neng Habibah, supaya bapaknya Neng Habibah menjadi tenang bahwa
anaknya akan dinikahi oleh orang yang akan benarbenar mempertanggungjawabkan
kehidupan anaknya.” Ucap Pak Jufri sebagai saran kepada Abi.
Sebetulnya
hal ini sudah terpikirkan oleh Abi. Yaitu untuk melibatkan keluarganya di
Ciamis. Tetapi menurut pemikiran Abi, masalah yang membuat bapaknya Habibah
tidak menerima dirinya, adalah bukan karena alasan yang diberikan bapaknya
Habibah semula, yaitu karena abi jauh dari Kelaban atau Abi adalah orang yang
tidak jelas asalusulnya. Alasan yang sebenarnya adalah pada hubungan kedekatan
antara bapaknya Habibah dengan bapaknya Beni yang menghendaki kedua keluarga
itu menjadi sangat dekat lagi dengan pernikan antara Beni dan Habibah. Tidak
peduli apakah anaknya setuju atau tidak, yang terpenting hasrat orang tua
terpenuhi. Karena pernikan hanyalah sebagai kunci dan simbol, sedangkan intinya
adalah penyatuan antara kedua keluarga agar menjadi lebih dekat lagi.
Akhirnya
keteganganpun semakin berlanjut. Semakin menuju klimaksnya, karena tidak terasa
satu minggu lagi Abi akan menyelesaikan proyek itu. Dan setelah itu semuanya
berakhir. Abi tidak mungkin akan terus saja di Desa Kelaban, melainkan akan
pulang ke kampung halamannya. Dan jika nanti ketika kepulangannya Abi ke Ciamis
tidak berhasil membawa Habibah, tentu hal ini akan menjadi suatu masalah lagi
yang agak sulit diatasi, apalagi berbenturan dengan segala macamnya masalah
yang kemudian pasti akan datang laksana terurainya biji tasbih yang terpisah
karena putusnya benang yang menyatukan antara bijibiji tasbih tersebut.
Tapi
memang, semuanya ada pengaturnya. Kunci dari kehidupan ini adalah kesabaran dan
keyakinan dalam usaha. Karena kemenangan hanya akan didapat oleh orang yang
yakin, lalu setelah itu dilanjutkan oleh usaha dengan sabar, ikhlas dan syukur.
Usahalah yang utama, adapun hasilnya, itu adalah menjadi hak prerogative Sang Maha Kuasa.
Begitulah
hal ini terjadi di dalam kehidupan Abi dan Habibah. Titik cerahpun mulai
terbuka, ketika ada tiga orang tamu yang datang ke rumah Beni. Ketiga tamu itu
adalah dua orang lakilaki dan satu perempuan yang masih muda. Menurut kabar
yang ada bahwa ketiga orang tersebut terdiri dari seorang bapak dan anaknya.
Perempuan yang masih muda itu anaknya, dan satu lagi lakilaki yang masih muda itu
adalah polisi.
Maksud
dari mereka bertiga adalah untuk meminta pertanggung jawaban Beni atas
kehamilan perempuan muda tersebut yang kemudian namanya adalah Rieke.
Rieke
adalah temannya Beni, atau kalau dalam istilahnya anak muda, Rieke adalah
pacarnya Beni. Rieke tinggal di kota, rumahnya tidak jauh dengan tempat
billiard tempat Beni nongkrong. Di tempat billiard inilah Rieke dan Beni biasa
bertemu, sampai akhirnya pada suatu malam mereka berdua sepakat untuk main ke
sebuah diskotik. Dan di diskotik inilah terjadi sesuatu yang tidak diridhoi
Tuhan terjadi. Biasa, kejadiannya seperti di dalam filmfilm. Mulanya mereka
minum minuman beralkohol, sampai akhirnya mabuk. Dalam keadaan mabuk inilah
akhirnya hubungan layaknya suami istri pun terjadi, yang menyebabkan Rieke
sekarang mengandung anak hasil perbuatan haram dirinya dengan Beni.
Bapak
dan ibunya Benipun sempat sock pada
awal mendengar cerita ini. Seolah tidak percaya bahwa anaknya yang sangat
mereka sayangi ternyata ada yang menuduh telah melakukan hal yang sejauh itu.
Anak yang hanya satusatunya, dan selama ini dibanggakan sebagai anak yang akan
melanjutkan segala usahanya itu ternyata kini ada yang menuduh demikian. Lalu
apa yang akan terjadi jika hal yang memalukan itu diketahui oleh semua
orangorang Desa Kelaban? Nama baiknya yang selama ini telah dibangun oleh bapak
dan ibunya Beni itu akan hancur, hancur sehancurhancurnya, hancur !!!
Bapak
Benipun marah, hampir saja ia memanggil seluruh orang desa untuk mengusir
tamunya tersebut. Namun Beni, segera menjelaskan semua yang terjadi, dan
meminta maaf bahwa dirinya telah membuat bapak dan ibunya malu.
Beni
menangis.
Semuanya
menjadi hening, tetangga yang mendengar keributan itupun tidak ada yang berani
datang ke rumahnya Beni, karena mereka sudah tahu inti dari permasalahan ini
dari seseorang yang semenjak kedatangan tamutamu itu mencuri dengar, sampai
akhirnya para tamu itu menjelaskan hal ikhwal kedatangan mereka.
Akhirnya
keadaan hening itupun segera berakhir, dengan kesanggupan bapaknya Beni untuk
menikahkan Beni dan Rieke secepat mungkin. Dalam mingguminggu ini.
Walaupun dengan acara yang sederhana,
tanpa undangan dan tanpa janur kuning melambai di depan rumah, upacara
pernikahan yang hanya dihadiri oleh Pak Naib sebagai satusatunya tamu undangan
dari luar ini akhirnya selesai juga dilaksanakan. Pernikahan yang sebenarnya
masih kontroversial mengenai kesyahannya ini akhirnya terlaksana dengan mulus
walaupun dengan satu perjanjian bahwa nanti setelah Rieke melahirkan,
pernikahan ini akan diulang, ditambah juga dengan pestanya yang besarbesaran,
pesta yang akan menunjukkan dan menegaskan siapakah seorang Beni The Winner itu, walaupun dalam
kenyataannya, dalam setiap tingkah lakunya itu Beni lebih pantas disebut
sebagai Beni The Looser.
Hal
mengenai kejadian yang menimpa Beni inipun telah sampai kepada Abi, datang
seolah membawa bermilyarmilyar berkah dari Tuhan sebagai tanda bahwa kesempatan
telah dibukakan, citacita harus kembali diperjuangkan lagi, tidak ada kata diam
dalam sebuah perjuangan. Bahwa Tuhan selalu berpihak kepada yang gigih dan
percaya akan keberadaanNya sebagai satusatunya penolong yang terbaik.
Berita
inipun segera memberi sebuah ide kepada Abi untuk mencoba mendatangi bapaknya
Habibah. Akhirnya, untuk yang kesekian kalinya, dengan ditemani oleh Mang Usro
dan Pak Jufri, Abi mendatangi rumahnya Habibah untuk yang ketiga kalinya.
Pada
mulanya bapaknya Habibah tetap pada keputusan semula, bahwa dia tidak bisa
mengizinkan Habibah untuk dinikahi oleh Abi. Tapi lama kelamaan setelah Mang
Usro berbicara, Pak Jufri berbicara, Abi berbicara, dan terakhir Habibah yang
berbicara dengan setengah menangis, akhirnya menyadarkan bapaknya Habibah akan
kehilafannya itu.
Dan
akhirnya segeralah setelah itu tanpa menunggu waktu lagi akhirnya
diputuskanlah bahwa pernikahan akan dilaksanakan minggu depan sekalian dengan
acara syukuran bahwa proyek padat karya pembangunan irigasi dan jalan pun
selesai.
“Ah…..akhirnya,
kalau jodohmah tidak kemana Ujang. Semuanya misteri, dan tidak bisa ditawar
lagi.” Ucap Mang Usro berbisik kepada Abi dalam perjalanan mereka pulang.
Abi
seolah tidak percaya akan semua ini, tembok besar yang selama ini menghadang
begitu kokohnya di depan, kini telah selesai dihancurkannya dengan sebuah
keyakinan.
“Mang
Usro dan Pak Jufri, terima kasih atas bantuannya selama ini. Saya pasti akan
selalu mengenang semua peristiwa ini.” Ucap Abi berterima kasih kepada Mang
Usro dan Pak Jufri.
“Jangan
berterima kasih kepada kami berdua Ujang, berterimakasihlah kepada zat yang
sangat pandai membolakbalikkan hati, yang selama ini telah memberikan kekuatan
kepada Ujang untuk melalui jalan ini.” Jawab Pak Jufri lirih.
Kisah
perjuangan yang diakhiri dengan senyuman inipun telah berakhir. Kali ini
tinggal menunggu peristiwa proklamasinya saja. Perjuangan terbesar sudah
dilalui dengan dengan baik, dan tentunya peristiwa malam ini akan menjadi
sebuah mimpi indah bagi dua insan yang selamat dari pertempuran. Dua insan yang
yang tengah manisnya madu dari kayangan yang diantar langsung oleh para
bidadari cantik lagi menawan. Habibah dan Abi, merekalah dua insan itu yang
malam ini sedang asyik bercumbu dengan anganangan dan harapanharapan ke depan
tentang masa depan mereka ketika nanti setelah bersatu membentuk sebuah
organisasi yang bernama keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar