Jumat, 10 Juli 2020

Perdebatan


Jalan hidup adalah dua kata yang penuh dengan misteri. Jalan hidup berarti mencakup dari apa yang sudah dilakukan pada waktu lampau, diusahakan pada waktu lampau, sampai waktu kini, sampai akhirnya masa yang akan datang.
Masa lampau adalah masa kenangan, entah bagaimana kenangan itu. Ada yang baik, yang buruk, yang memilukan hati, sampai pada sesuatu yang membahagiakan hati. Kadang kepuasan, atau penyesalan. Sedangkan masa kini adalah masa dimana makhluk diberi kewenangan untuk menuliskan sendiri apa yang hendak dia tulis. Dan dimasa inilah biasanya makhluk saling berlomba untuk memperjuangkan masa depan mereka, yang merupakan masa harapan dan masa impian.
Di dalam masalah jalan hidup ini, makhluk diberi kewenangan oleh pemiliknya untuk menentukan sendiri kisah mereka masing-masing. Diberi kewenangan untuk mengusakan sendiri kesuksesannya atau kegagalannya. Tuhan hanya memberi batasbatasnya saja, kapan makhluk akan gagal, akan sukses, akan bahagia, akan berjodoh, akan celaka, dan kapan makhluk akan mati!!
Tidak terasa haripun segera berlanjut cerita pertemuan pertama antara Habibah dengan Ceu Euis sudah lama berlalu. Kini kerjasama itu sudah lama berlangsung. Hasilnya, sekarang barang dagangan Habibah sudah lumayan banyak dan komplit. Malah rencananya minggu depan Abi akan membuat tempat khusus untuk warung yang letaknya di sebelah kanan rumah, yang kebetulan sekarang masih sebagai kebun pisang.
Abipun sekarang menambah usaha dengan usaha sampingan ternak ayam Bangkok. Katanya lumayan untuk memanfaatkan waktu kosong dan sekalian mengembangkan hobinya. Sampai saat ini, ayam yang pada awalnya hanya satu pasang sudah mencapai tujuh belas ekor.
Rutinitas Habibah dan Abupun sekarang sudah seperti rutinitas orang sibuk yang lain. Mulai dari pagi bangun tidur, sarapan bersama. Setelah sarapan mereka berbagi tugas, Abi berbelanja ke tokonya Ceu Euis sambil membawa bon yang sudah didata oleh Habibah tadi malam. Setelah dari Ceu Euis, Abi langsung bekerja ke kelurahan, sedangkan barang dagangan, seperti biasanya dia titipkan ke tukang ojek yang telah ia kenal. Sementara Habibah, setelah selesai sarapan dan membersihkan peralatan makan, ia langsung membuka warung. Selagi menunggu pembeli, Habibah bersihbersih rumah dan mencuci pakaian. Sampai nanti ketika siang menjelang, Abi pulang sebentar untuk makan siang bersama. Begitulah sepasang merpati ini mulai menata sarangnya dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka hidup bahagia.
Cepatnya waktupun tidak pernah bisa diikuti oleh cepatnya barang tercanggih yang sekarang ada di muka bumi. Begitu cepat, sampaisampai orang banyak yang tergilas olehnya. Sampaisampai orang bijak berkata bahwa waktu yang Tuhan sediakan ini sungguh masih sangat kurang. Tidak terasa, warung yang sejak semula diidamidamkan oleh Abi, sekarang sudah kesampaian. Warungnya kini sudah terpisah dari rumah dengan perlengkapan yang sudah bagus, ditambah lagi di depan halaman warung yang agak luas dan menghadap ke jalan raya itu dibuatkan oleh Abi beberapa tempat duduk sehingga orangorang yang terutama kaum lelaki jadi betah untuk menghabiskan kelelahan di warung mereka sambil ngopi dan makanmakanan kecil dari warung mereka.
Sikap Abi yang memiliki toleransi tinggi dan mudah bergaul ini yang membuat warung selalu ramai, terutama di malam hari saat orangorang melepas rasa jenuh setelah siangnya bekerja. Hal ini juga didukung karena Abi menyediakan beberapa gitar, dan beberapa papan catur. Sehingga suasanapun menjadi sangat meriah.
Warung ini menjadi berkembang dengan cepat, sampaisampai kini Habibah agak kewalahan, sehingga sesekali harus dibantu oleh tetangganya yang kemudian Habibah bayar sesuai dengan kesepakatan.
Keberhasilan inipun tidak lepas dari dukungan Ceu Euis yang selalu membimbing Habibah dengan tulus. Seorang Habibah yang tidak tahu apaapa tentang perdagangan, sekarang sudah mahir berjualan layaknya berjualannya bangsa kulit kuning.
Bagi Habibah, rasanya pengajaran Ceu Euis itu tidak akan pernah ia lupakan sampai kapanpun. Dia akan selalu ingat segala nasihatnasihat yang diberikan Ceu Euis. Mulai dari nasihat tentang kedisiplinan, keuletan, kerja keras, sampai dengan nasihat bahwa konsumen adalah raja, maka dari itu layanilah mereka seperti raja, jangan pernah membuat konsumen kecewa dan jiwailah dalam berbagai proses berjualan itu sebagai sarana kita untuk menolong sesama, berperilakulah jujur selalu, dan yang paling penting adalah jangan mengambil untung terlalu besar, baik dalam keadaan barang kita laris atau barang kita tidak laris.
Nasihatnasihat itulah yang selalu terngiang sampai sekarang di telinga Habibah. Nasihatnasihat yang mungkin tidak pernah didengar oleh mereka yang mengaku pribumi dan akhirnya tergilas oleh keahlian
nya para pedagang bermata sipit.
Kedekatan antara Abi dan Habibah dengan Ceu Euis ini telah mengundang kekhawatiran seorang kerabat, yaitu Nana. Pasalnya adalah karena adanya perbedaan agama diantara Abi, Habibah dengan Ceu Euis.
Saking besarnya kekhawatiran Nana, akhirnya pada suatu sore ia datang ke rumah Abi. Kebetulan hari itu adalah hari libur, dan kebetulan pula Abi sedang ada di rumah.
Melihat kedatangan Nana, Abi merasa senang. Dia langsung memeluk Nana dan mempersilakannya untuk istirahat terlebih dahulu di kamar tamu karena hari sudah gelap dan Nanapun berniat untuk menginap di rumahnya.
Waktu terus berjalan. Selepas menyantap makan malam Kini Abi dan Nana sedang duduk di ruang tamu sambil menghadapi dua buah cangkir kopi dan satu buah toples yang berisi keripik pisang. Sementara Habibah sedang sibuk melayani para pembeli di warungnya bersama satu orang karyawannya.
“Bagaimana keluarga sehat semua yi?” Tanya Abi memulai percakapan.
“Alhamdulillah Kang sehat semua.” Ucap Nana menjawab.
Obrolan pun terus berlanjut, sampai pada saatnya obrolan itu mulai menyinggung terhadap kedekatan antara Ceu Euis dengan Abi dan Habibah.
“Tadi sore saya merasa kaget Kang, melihat warung Kang Abi yang baru beberapa bulan sekarang sudah besar seperti itu. Mengenai Akang membuka warung memang sudah Nana dengar dari kabar burung, tapi tidak menyangka warung yang baru itu sudah segede itu. Sedangkan warung Nana yang dikelola oleh istri yang sudah lama itupun masih belum sebesar ini.” Ucap Nana mulai mengorek.
“Ah…..warung itu masih belum lengkap Yi, Ayi itu
terlalu merendah. Malah menurut Akangmah warung Ayi itu besar, lebih daripada yang Akang dan Teteh disini.”
“Ya Kang, tapi maksud Nana itu perihal perkembangan yang secepat itu.”
“Itu sebetulnya tidak lepas dari bantuan Ceu Euis Yi. Ayi Nana sudah tahukan dengan Ceu Euis?”
“Ya Kang hafal pisan atuh sama Ceu Euismah. Orang Cina itu kan?”
“Ya. Sebetulnya pada awalnya Akangteh tidak kepikiran untuk berjualan, tetapi karena kebaikannya itulah, yang semula memberi modal kepada akang, akhirnya sekarang bisa berkembang lumayanlah Yi, buat obat si Teteh, supaya tidak kesepian ketika Akang tinggal bekerja. Selain itu sekalian untuk menambahnambah penghasilan ketika Akang sekarang sedang setengah menganggur.” Ujar Abi menjelaskan.
“Tapi Kang menurut Nana……”
Obrolan pun mulai meningkat kepada obrolan yang panas, bersamaan dengan naiknya temperatur suhu ruangan tamu.
Nana mulai memaparkan akan kekhawatirannya tentang hubungan antara Abi, Habibah, dan Ceu Euis. Mulailah keluar logikalogika dan haditshadits yang disesuaikan dengan logika itu. Seolah secara halus menyiratkan bahwa lebih baik hubungan itu jangan diteruskan, karena mereka dengan Ceu Euis berbeda pada berbagai hal, terutama sekali adalah perbedaan antara mereka mengenai agama. Alasan yang dikemukakan Nana adalah mengenai ketakutannya akan kehalalan barangbarang yang berasal dari Ceu Euis. Kekhawatiran yang kedua adalah mengenai kelemahan iman Abi dan Habibah jikalau suatu hari nanti ia mengikuti kepercayaan yang dianut oleh Ceu Euis.
Abi yang merasa kurang sependapat dengan logikanya Nana tersebut sedikit agak kesal, pasalnya segala yang dituduhkan Nana terhadap Ceu Euis itu semuanya tidak mendasar. Nana terlalu berfikir negatif kepada Ceu Euis yang menurut Abi adalah orang yang sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. Malahan waktu dulu ketika ia sedang SMA dan sering tidur di rumah Ceu Euis, justru Ceu Euislah yang malahan memperingatkan Abi untuk melakukan kewajibannya beragama.
Apalagi Ceu Euis tidak menyukai daging babi dan daging anjing, maka dari itu jauhlah makanan haram untuk masuk ke dalam perut Abi dan Habibah, ditambah lagi kegiatan jual beli Ceu Euis selalu dilandasi oleh sikap kejujuran dan pelayanan yang baik. Abi rasa semua hal yang dikhawatirkan Nana itu semuanya tidak mendasar, dan tidaklah etis baginya untuk mencurugai segala kebaikan Ceu Euis selama ini sebagai suatu taktik atau perangkap yang sangat halus.
“Malahan Akangteh merasa salut kepada kebaikannya Ceu Euis yang walaupun terhadap orang yang berbeda agama, beda ras, beda warna kulit, tetapi tetap ia menolong sebagai manusia yang harus samasama saling membantu. Akang rasa, kebaikan hati seperti inilah yang sudah hilang dari akhlaknya para penganut agama kita Yi. Kita sekarang hanya sibuk saling curiga mencurigai, saling merasa kita adalah golongan terbaik dan orang lain semuanya salah. Golongan yang bukan segolongan dan tidak sepaham dengan kita sebagai orang jahat yang perlu diwaspadai sebagai harimau yang kapan saja bisa memakan kita. Sehingga kita semua lupa akan hakikat diciptakannya manusia ke muka bumi, yaitu untuk saling bekerjasama untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Coba Ayi sebutkan kepada Akang, apakah Kanjeng Nabi dahulu pernah berfikiran seperti itu? Akang rasa tidak, malahan mungkin Ayi yang lebih tahu daripada Akang tentu setuju bahwa Kanjeng Nabi sangat toleran terhadap orangorang nonagama kita. Malah Beliau dengan lantang menyebutkan bahwa siapa saja yang menyakiti mereka, berarti dia telah menyakiti juga Muhammad SAW.” Begitulah ucap Abi panjang lebar.
“Lagipula Yi, Akang itu sekarang sedang susah, Akang belum punya pekerjaan tetap. Akang juga ingin seperti Ayi membahagiakan istri, Akang juga ingin membahagiakan istri Akang yang jauhjauh Akang bawa dari Kuningan. Masa Akang harus diam saja menunggu bantuan dari saudara seiman, sementara ada orang lain yang lebih tulus ingin membantu. Lagipula siapa orangnya yang seiman yang mau membantu Akang? Ceu Euis itu orang baik, dan dia sudah kenal Akang dari sejak dahulu. Lagipula Akang dan Ceu Euis itu kerjasama Yi, bukannya Akang mengemis kepada beliau.” Sambung Abi yang membuat Nana terdiam seribu bahasa.
Perdebatan yang berlangsung lama itu akhirnya berakhir pada kesimpulan ini. Kesimpulan yang sebenarnya tidaklah memuaskan bagi Nana yang katanya telah banyak mengkaji berbagaimacam kitab.
“Biarkan sajalah. Akang yang akan menanggung segalanya, yang terpenting Ayi sudah melaksanakan tugas untuk memperingatkan kepada sesama saudara. Kang Abi lupa bahwa sebenarnya Allah SWT memberikan jalan rezeki itu pada beberapa jalan.” Ucap Nana yang cukup ia suarakan di dalam hati.
“Begitulah, memang dunia ini unik. Sepertinya banyak halhal peraturan di dunia ini yang sifatnya flexible, tetapi telah menjadi kaku oleh beberapa orang yang hanya berfikir saya benar dan anda salah. Banyak halhal yang flexible itu telah menjadi kaku, yang kadang membuat sepertinya peraturan itu menjadi menyeramkan, dan tidak secara manusiawi. Mereka lupa bahwa jalan kebenaran itu tidak satu buah, karena Tuhanpun menciptakan surga bermacammacam, dan pintunya pun bermacammacam. Jalan kebaikan itu sebanyak jalan kejahatan. Orang bisa berbuat baik dimanapun dan kapanpun, sebagaimana orang itu bisa berbuat jahat dimanapun dan kapanpun.” Ucap satu pasang mata yang dari tadi mengamati dan mendengarkan perdebatan antara Abi dan Nana.
Haripun sudah malam. Diskusipun segera ditutup. Sementara di luar, warung sudah ditutup karena waktu sudah menjelang pukul 24.00 waktu Indonesia Bagian Barat. Meskipun masih ada Si Emang Ronda yang sedang bermain catur sambil mengobrol dengan tanpa beban. 
Malam itu keadaan sangat sunyi, binatangbinatang malam yang biasanya bersuara dan berpesta, malam ini sepertinya mereka tertidur pulas. Seperti bulan yang menurut jadwal tidak akan datang malam ini. Anginpun terdiam, dan bintangpun sudah mulai berkedipkedip seolah mengantuk. Ah……terimakasih Tuhan, Engkau biarkan kami semua tertidur malam ini, dan Engkaulah sebaikbaik penjaga bagi kami semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar