Jalan hidup adalah dua kata yang penuh
dengan misteri. Jalan hidup berarti mencakup dari apa yang sudah dilakukan pada
waktu lampau, diusahakan pada waktu lampau, sampai waktu kini, sampai akhirnya
masa yang akan datang.
Masa lampau adalah masa kenangan, entah
bagaimana kenangan itu. Ada yang baik, yang buruk, yang memilukan hati, sampai
pada sesuatu yang membahagiakan hati. Kadang kepuasan, atau penyesalan.
Sedangkan masa kini adalah masa dimana makhluk diberi kewenangan untuk
menuliskan sendiri apa yang hendak dia tulis. Dan dimasa inilah biasanya
makhluk saling berlomba untuk memperjuangkan masa depan mereka, yang merupakan
masa harapan dan masa impian.
Di dalam masalah jalan hidup ini,
makhluk diberi kewenangan oleh pemiliknya untuk menentukan sendiri kisah mereka
masing-masing. Diberi kewenangan untuk mengusakan sendiri kesuksesannya atau
kegagalannya. Tuhan hanya memberi batasbatasnya saja, kapan makhluk akan gagal,
akan sukses, akan bahagia, akan berjodoh, akan celaka, dan kapan makhluk akan
mati!!
Tidak terasa haripun segera berlanjut cerita
pertemuan pertama antara Habibah dengan Ceu Euis sudah lama berlalu. Kini
kerjasama itu sudah lama berlangsung. Hasilnya, sekarang barang dagangan
Habibah sudah lumayan banyak dan komplit. Malah rencananya minggu depan Abi
akan membuat tempat khusus untuk warung yang letaknya di sebelah kanan rumah,
yang kebetulan sekarang masih sebagai kebun pisang.
Abipun sekarang menambah usaha dengan
usaha sampingan ternak ayam Bangkok. Katanya lumayan untuk memanfaatkan waktu
kosong dan sekalian mengembangkan hobinya. Sampai saat ini, ayam yang pada awalnya
hanya satu pasang sudah mencapai tujuh belas ekor.
Rutinitas Habibah dan Abupun sekarang
sudah seperti rutinitas orang sibuk yang lain. Mulai dari pagi bangun tidur,
sarapan bersama. Setelah sarapan mereka berbagi tugas, Abi berbelanja ke
tokonya Ceu Euis sambil membawa bon
yang sudah didata oleh Habibah tadi malam. Setelah dari Ceu Euis, Abi langsung
bekerja ke kelurahan, sedangkan barang dagangan, seperti biasanya dia titipkan
ke tukang ojek yang telah ia kenal. Sementara Habibah, setelah selesai sarapan
dan membersihkan peralatan makan, ia langsung membuka warung. Selagi menunggu
pembeli, Habibah bersihbersih rumah dan mencuci pakaian. Sampai nanti ketika
siang menjelang, Abi pulang sebentar untuk makan siang bersama. Begitulah
sepasang merpati ini mulai menata sarangnya dengan kekuatan mereka sendiri.
Mereka hidup bahagia.
Cepatnya waktupun tidak pernah bisa
diikuti oleh cepatnya barang tercanggih yang sekarang ada di muka bumi. Begitu
cepat, sampaisampai orang banyak yang tergilas olehnya. Sampaisampai orang
bijak berkata bahwa waktu yang Tuhan sediakan ini sungguh masih sangat kurang.
Tidak terasa, warung yang sejak semula diidamidamkan oleh Abi, sekarang sudah
kesampaian. Warungnya kini sudah terpisah dari rumah dengan perlengkapan yang
sudah bagus, ditambah lagi di depan halaman warung yang agak luas dan menghadap
ke jalan raya itu dibuatkan oleh Abi beberapa tempat duduk sehingga orangorang
yang terutama kaum lelaki jadi betah untuk menghabiskan kelelahan di warung
mereka sambil ngopi dan makanmakanan kecil dari warung mereka.
Sikap Abi yang memiliki toleransi
tinggi dan mudah bergaul ini yang membuat warung selalu ramai, terutama di malam
hari saat orangorang melepas rasa jenuh setelah siangnya bekerja. Hal ini juga
didukung karena Abi menyediakan beberapa gitar, dan beberapa papan catur.
Sehingga suasanapun menjadi sangat meriah.
Warung ini menjadi berkembang dengan
cepat, sampaisampai kini Habibah agak kewalahan, sehingga sesekali harus
dibantu oleh tetangganya yang kemudian Habibah bayar sesuai dengan kesepakatan.
Keberhasilan inipun tidak lepas dari
dukungan Ceu Euis yang selalu membimbing Habibah dengan tulus. Seorang Habibah
yang tidak tahu apaapa tentang perdagangan, sekarang sudah mahir berjualan
layaknya berjualannya bangsa kulit kuning.
Bagi Habibah, rasanya pengajaran Ceu
Euis itu tidak akan pernah ia lupakan sampai kapanpun. Dia akan selalu ingat
segala nasihatnasihat yang diberikan Ceu Euis. Mulai dari nasihat tentang
kedisiplinan, keuletan, kerja keras, sampai dengan nasihat bahwa konsumen
adalah raja, maka dari itu layanilah mereka seperti raja, jangan pernah membuat
konsumen kecewa dan jiwailah dalam berbagai proses berjualan itu sebagai sarana
kita untuk menolong sesama, berperilakulah jujur selalu, dan yang paling
penting adalah jangan mengambil untung terlalu besar, baik dalam keadaan barang
kita laris atau barang kita tidak laris.
Nasihatnasihat itulah yang selalu terngiang
sampai sekarang di telinga Habibah. Nasihatnasihat yang mungkin tidak pernah
didengar oleh mereka yang mengaku pribumi dan akhirnya tergilas oleh keahlian
nya para pedagang bermata sipit.
Kedekatan antara Abi dan Habibah dengan
Ceu Euis ini telah mengundang kekhawatiran seorang kerabat, yaitu Nana.
Pasalnya adalah karena adanya perbedaan agama diantara Abi, Habibah dengan Ceu
Euis.
Saking besarnya kekhawatiran Nana,
akhirnya pada suatu sore ia datang ke rumah Abi. Kebetulan hari itu adalah hari
libur, dan kebetulan pula Abi sedang ada di rumah.
Melihat kedatangan Nana, Abi merasa senang.
Dia langsung memeluk Nana dan mempersilakannya untuk istirahat terlebih dahulu
di kamar tamu karena hari sudah gelap dan Nanapun berniat untuk menginap di
rumahnya.
Waktu terus berjalan. Selepas menyantap
makan malam Kini Abi dan Nana sedang duduk di ruang tamu sambil menghadapi dua
buah cangkir kopi dan satu buah toples yang berisi keripik pisang. Sementara
Habibah sedang sibuk melayani para pembeli di warungnya bersama satu orang
karyawannya.
“Bagaimana keluarga sehat semua yi?”
Tanya Abi memulai percakapan.
“Alhamdulillah Kang sehat semua.” Ucap Nana
menjawab.
Obrolan pun terus berlanjut, sampai
pada saatnya obrolan itu mulai menyinggung terhadap kedekatan antara Ceu Euis
dengan Abi dan Habibah.
“Tadi sore saya merasa kaget Kang,
melihat warung Kang Abi yang baru beberapa bulan sekarang sudah besar seperti
itu. Mengenai Akang membuka warung memang sudah Nana dengar dari kabar burung,
tapi tidak menyangka warung yang baru itu sudah segede itu. Sedangkan warung
Nana yang dikelola oleh istri yang sudah lama itupun masih belum sebesar ini.”
Ucap Nana mulai mengorek.
“Ah…..warung itu masih belum lengkap
Yi, Ayi itu
terlalu merendah. Malah menurut
Akangmah warung Ayi itu besar, lebih daripada yang Akang dan Teteh disini.”
“Ya Kang, tapi maksud Nana itu perihal
perkembangan yang secepat itu.”
“Itu sebetulnya tidak lepas dari
bantuan Ceu Euis Yi. Ayi Nana sudah tahukan dengan Ceu Euis?”
“Ya Kang hafal pisan atuh sama Ceu
Euismah. Orang Cina itu kan?”
“Ya. Sebetulnya pada awalnya Akangteh
tidak kepikiran untuk berjualan, tetapi karena kebaikannya itulah, yang semula
memberi modal kepada akang, akhirnya sekarang bisa berkembang lumayanlah Yi,
buat obat si Teteh, supaya tidak kesepian ketika Akang tinggal bekerja. Selain
itu sekalian untuk menambahnambah penghasilan ketika Akang sekarang sedang
setengah menganggur.” Ujar Abi menjelaskan.
“Tapi Kang menurut Nana……”
Obrolan pun mulai meningkat kepada
obrolan yang panas, bersamaan dengan naiknya temperatur suhu ruangan tamu.
Nana mulai memaparkan akan
kekhawatirannya tentang hubungan antara Abi, Habibah, dan Ceu Euis. Mulailah
keluar logikalogika dan haditshadits yang disesuaikan dengan logika itu. Seolah
secara halus menyiratkan bahwa lebih baik hubungan itu jangan diteruskan,
karena mereka dengan Ceu Euis berbeda pada berbagai hal, terutama sekali adalah
perbedaan antara mereka mengenai agama. Alasan yang dikemukakan Nana adalah
mengenai ketakutannya akan kehalalan barangbarang yang berasal dari Ceu Euis.
Kekhawatiran yang kedua adalah mengenai kelemahan iman Abi dan Habibah jikalau
suatu hari nanti ia mengikuti kepercayaan yang dianut oleh Ceu Euis.
Abi yang merasa kurang sependapat
dengan logikanya Nana tersebut sedikit agak kesal, pasalnya segala yang
dituduhkan Nana terhadap Ceu Euis itu semuanya tidak mendasar. Nana terlalu
berfikir negatif kepada Ceu Euis yang menurut Abi adalah orang yang sangat
menjunjung tinggi toleransi beragama. Malahan waktu dulu ketika ia sedang SMA
dan sering tidur di rumah Ceu Euis, justru Ceu Euislah yang malahan
memperingatkan Abi untuk melakukan kewajibannya beragama.
Apalagi Ceu Euis tidak menyukai daging
babi dan daging anjing, maka dari itu jauhlah makanan haram untuk masuk ke
dalam perut Abi dan Habibah, ditambah lagi kegiatan jual beli Ceu Euis selalu
dilandasi oleh sikap kejujuran dan pelayanan yang baik. Abi rasa semua hal yang
dikhawatirkan Nana itu semuanya tidak mendasar, dan tidaklah etis baginya untuk
mencurugai segala kebaikan Ceu Euis selama ini sebagai suatu taktik atau
perangkap yang sangat halus.
“Malahan Akangteh merasa salut kepada
kebaikannya Ceu Euis yang walaupun terhadap orang yang berbeda agama, beda ras,
beda warna kulit, tetapi tetap ia menolong sebagai manusia yang harus samasama
saling membantu. Akang rasa, kebaikan hati seperti inilah yang sudah hilang
dari akhlaknya para penganut agama kita Yi. Kita sekarang hanya sibuk saling
curiga mencurigai, saling merasa kita adalah golongan terbaik dan orang lain
semuanya salah. Golongan yang bukan segolongan dan tidak sepaham dengan kita
sebagai orang jahat yang perlu diwaspadai sebagai harimau yang kapan saja bisa
memakan kita. Sehingga kita semua lupa akan hakikat diciptakannya manusia ke
muka bumi, yaitu untuk saling bekerjasama untuk menciptakan kesejahteraan
bersama. Coba Ayi sebutkan kepada Akang, apakah Kanjeng Nabi dahulu pernah
berfikiran seperti itu? Akang rasa tidak, malahan mungkin Ayi yang lebih tahu
daripada Akang tentu setuju bahwa Kanjeng Nabi sangat toleran terhadap
orangorang nonagama kita. Malah Beliau dengan lantang menyebutkan bahwa siapa
saja yang menyakiti mereka, berarti dia telah menyakiti juga Muhammad SAW.”
Begitulah ucap Abi panjang lebar.
“Lagipula Yi, Akang itu sekarang sedang
susah, Akang belum punya pekerjaan tetap. Akang juga ingin seperti Ayi
membahagiakan istri, Akang juga ingin membahagiakan istri Akang yang jauhjauh
Akang bawa dari Kuningan. Masa Akang harus diam saja menunggu bantuan dari
saudara seiman, sementara ada orang lain yang lebih tulus ingin membantu.
Lagipula siapa orangnya yang seiman yang mau membantu Akang? Ceu Euis itu orang
baik, dan dia sudah kenal Akang dari sejak dahulu. Lagipula Akang dan Ceu Euis
itu kerjasama Yi, bukannya Akang mengemis kepada beliau.” Sambung Abi yang
membuat Nana terdiam seribu bahasa.
Perdebatan yang berlangsung lama itu
akhirnya berakhir pada kesimpulan ini. Kesimpulan yang sebenarnya tidaklah
memuaskan bagi Nana yang katanya telah banyak mengkaji berbagaimacam kitab.
“Biarkan sajalah. Akang yang akan
menanggung segalanya, yang terpenting Ayi sudah melaksanakan tugas untuk
memperingatkan kepada sesama saudara. Kang Abi lupa bahwa sebenarnya Allah SWT
memberikan jalan rezeki itu pada beberapa jalan.” Ucap Nana yang cukup ia
suarakan di dalam hati.
“Begitulah, memang dunia ini unik.
Sepertinya banyak halhal peraturan di dunia ini yang sifatnya flexible, tetapi telah menjadi kaku oleh
beberapa orang yang hanya berfikir saya benar dan anda salah. Banyak halhal
yang flexible itu telah menjadi kaku,
yang kadang membuat sepertinya peraturan itu menjadi menyeramkan, dan tidak
secara manusiawi. Mereka lupa bahwa jalan kebenaran itu tidak satu buah, karena
Tuhanpun menciptakan surga bermacammacam, dan pintunya pun bermacammacam. Jalan
kebaikan itu sebanyak jalan kejahatan. Orang bisa berbuat baik dimanapun dan
kapanpun, sebagaimana orang itu bisa berbuat jahat dimanapun dan kapanpun.”
Ucap satu pasang mata yang dari tadi mengamati dan mendengarkan perdebatan
antara Abi dan Nana.
Haripun sudah malam. Diskusipun segera
ditutup. Sementara di luar, warung sudah ditutup karena waktu sudah menjelang
pukul 24.00 waktu Indonesia Bagian Barat. Meskipun masih ada Si Emang Ronda
yang sedang bermain catur sambil mengobrol dengan tanpa beban.
Malam
itu keadaan sangat sunyi, binatangbinatang malam yang biasanya bersuara dan
berpesta, malam ini sepertinya mereka tertidur pulas. Seperti bulan yang menurut
jadwal tidak akan datang malam ini. Anginpun terdiam, dan bintangpun sudah
mulai berkedipkedip seolah mengantuk. Ah……terimakasih Tuhan, Engkau biarkan
kami semua tertidur malam ini, dan Engkaulah sebaikbaik penjaga bagi kami
semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar