Jumat, 10 Juli 2020

Selamat Datang Anakku


“Si Kabayan pun datang dari kebun Abah yang berada di pinggir sungai.
‘Kabayan, mana namgka yang sudah tua yang Abah pesan itu? Kamu sudah dari kebun Abah yang berada di pinggir sungai itu kan?’ Tanya Si Abah dengan nadanya yang tinggi seperti biasanya.
‘Sudah Abah, perintah Abahteh sudah saya laksanakan. Malahan semua nangka yang tua sudah Kabayan petik.’ Ucap Si Kabayan dengan wajahnya yang meyakinkan.
‘Kalau begitu, mana atuh nangkanya? Kenapa kamu pulang dengan tangan kosong?’ Tanya Si Abah kembali sambil mulai merasa curiga akan ulah menantunya itu.
‘Har……emangnya belum sampai nangkanya Abah?” Ucap Si Kabayan heran.
‘Belum datang kumaha, ari kamuteh Kabayan? Coba jelaskan ke Abah.’ Abah pun semakin tidak sabar.
‘Abah, taditeh nangka yang Kabayan petik itu banyak. Jadi nangka itu tidak mungkin saya bawa semua kesini. Apalagi jauh. Maka dari itu, eta nangkanangka teh saya hanyutkan ke sungai, soalnya kan mereka itu sudah tua. Tentunya mereka mengerti pada saat Saya berikan instruksi untuk pulang sendiri lewat sungai.’ Ucap Si Kabayan tenang.” Begitulah cerita yang biasa Abi ceritakan kepada Habibah sebagai hiburan bagi mereka berdua.
Habibah pun tertawa karena lucu. Bukan saja lucu terhadap cerita Si Kabayan yang sudah melegenda di Jawa Barat, tetapi lucunya ditambah pula dengan sikap Abi yang menceritakan cerita itu. Penuh dengan ekspresi, penuh dengan penekanan kata disana sini dan gerak tubuh yang komunikatif. Bak penaripenari Bali.
Inilah suasana keakraban yang terbangun pada keluarga Abi dan Habibah. Kadangkadang ceritacerita yang humoris seperti ceritanya Si Kabayan di atas yang berjudul Si Kabayan Ngala Nangka (Si kabayan memetik nangka) itu menjadi hiburan bagi mereka berdua. Terkadang mereka membahas cerita itu bukan karena tidak tahu, tetapi lebih kepada suasana senangnya saling berinteraksi dengan pasangannya. Kadang terasa ada suatu rasa keakraban dan keromantisan yang sangat indah.
“Kang, Neng sudah satu bulan ini tidak menstruasi, dan perut ini kadang terasa mual, sehingga pingin muntah.” Ujar Habibah kepada Abi pada suatu malam minggu di ruang tamu.
“Apakah mungkin Neng ini hamil?” Ucap Habibah raguragu.
Abi terlihat tersenyum lebar seperti bangga. Terlihat senyum kebahagiaan seorang bapak yang akan memiliki seorang anak sebagai penyambung sejarah kehidupan mereka berdua sebagai orang tua. Anak inilah yang kelak akan menjadi kebanggaan di dunia dan akhirat, anak yang akan menuliskan sejarah perjuangan orang tuanya di kelak kemudian hari.
Sejak awal pernikahannya dengan Habibah, Abi selalu mendambakan seorang anak lahir dari rahimnya Habibah, dan hal ini akan segera tercapai setelah enam bulan berlalu pernikahan mereka berdua.
“Kalau kata tetangga, gejala seperti ini mirip dengan gejalanya nyiram (hamil) Kang.” Ucap Habibah.
“Mudahmudahan ini gejala kehamilan Neng, soalnya sudah lama Akangteh mendambakan seorang anak.” Ucap Abi berseriseri.
“Kalau begitu nanti pagipagi kita ke puskesmas Neng buat diperiksa, apakah ini hamil atau bukan.” Ucap Abi melanjutkan.
“Besok kan hari Senin, lalu bagaimana dengan pekerjaan Akang?”
“Besok Akang akan izin, ini adalah peristiwa bersejarah bagi Akang, apalagi ini menyangkut kesehatan Neng dan Si Utun Inji (jabang bayi).” Ucap Abi tegas.
***
Pagi segera menjelang, Habibah dan Abipun pergi ke puskesmas setelah pekerjaan di rumah selesai.
Sesampainya di puskesmas, ternyata mereka mendapatkan nomor urut yang pertama, alias datangnya paling pagi. Setelah dokter memeriksa Habibah, akhirnya terungkaplah bahwa gejala yang dialami Habibah adalah gejala kehamilan.
Berita inilah yang segera menjadi kado istimewa bagi mereka berdua pada pernikahannya. Seorang manusia baru akan segera lahir sebagai hadiah dari Tuhan Yang Maha Kuasa atas keikhlasannya mereka hidup saling mencintai, sesuai dengan titah Tuhannya.
Berita ini segera tersebar ke seluruh arah penjuru angin. Nana, Ceu Euis, orang tuanya Habibah, dan semuanya. Termasuk orang satu kantornya Abi bahkan para pembeli yang berbelanja ke warung Habibah.
Kini Habibah sangat dilarang untuk melakukan halhal yang berat, seperti mengangkat air dan menyuci. Semua pekerjaan yang dianggap menggunakan otot ekstra dilimpahkan kepada Abi. Tetapi untuk pekerjaan rumah yang sifatnya ringan masih dilakukan oleh Habibah, seperti misalnya menyapu. Untuk mengelola warungpun sekarang Abi sengaja mengangkat dua orang karyawan, karena Habibah diharuskan cuti, takut ada sesuatu hal yang kurang diharapkan.
Habibah diperlakukan Abi seperti seorang ratu, tidak boleh capek ataupun stress, setiap hari dihibur.
***
Seperti pada umumnya keadaan orang yang sedang hamil, apalagi hamil pertama, pasti saja ada yang namanya ngidam. Berbagaimacam memang bentuknya ngidam, dan biasanya anehaneh, seperti misalnya ingin makan makanan yang langka, ingin makan rujak yang sangat pedas, atau bahkan ada juga yang sangat ingin makan minyak rambut. Hal seperti itu memang sudah menjadi kebiasaan, ada yang bilang katanya ngidam itu sebagai watek dari bayi yang sedang dikandung. Apa boleh buat, jika sang istri sedang hamil dan ngidam, maka sang suami harus siap dan harus rela untuk mengadakan makanan yang dipinta oleh sang istri, atau nanti katanya anaknya itu pada masa balitanya akan ngiler terus menerus bahkan mungkin sampai dewasa.
Begitu pula gejala ngidam ini dialami juga oleh Habibah.
Waktu itu Habibah meminta kepada Abi sebuah kedondong. Tapi bukan hanya itu permintaannya, ternyata ada syaratnya yang lain. Syarat tambahannya tersebut adalah bahwa kedondong itu harus diambil langsung dari pohonnya oleh Abi.
Kali inilah sang calon bapak harus turun tangan langsung. Hal ini menjadi suatu yang sangat berat bagi Abi karena sampai detik inipun Abi tidak bisa memanjat pohon.
Apa boleh buat, demi keluarga yang sangat dicintainya dan demi sang anak agar tidak ngiler, dengan hati yang sedikit agak ngeper akhirnya Abi bersedia, dengan harapan semoga ada pohon kedondong yang pendek, bahkan sangat pendek yang sedang berbuah. Kebetulan, kalau hanya pohon kedondong memang banyak di daerah sini, ada yang pendek dan ada juga yang tinggi. Tapi masalahnya timbul setelah seharian penuh Abi dan Habibah berkeliling kampung tidak ada satupun kedondong yang berbuah. Semuanya sudah dipanen oleh yang empunya. Tapi segera harapanpun timbul ketika melihat sebuah kedondong yang buahnya berukuran sedang di salah satu dahan pohon. Tapi masalahnya kemudian timbul karena pohon kedondong itu besar dan tinggi. Sedangkan sekali lagi, Abi sama sekali tidak bisa memanjat.
Pada waktu itu memang bisa saja Abi minta dimaklum kepada Habibah atas ketidakbisaannya memanjat pohon.
“Tapi tidak! Aku harus melakukan hal ini semua
sebagai seorang bapak yang bertanggung jawab.” Tekadnya di dalam hati ketika terlintas sebuah bayangan kelemahannya.
Setelah berpamitan kepada yang empunya akhirnya Abi dengan disaksikan oleh Habibah mulai mempertaruhkan nyawanya, sedikitsedikit naik ke atas pohon itu dengan penuh hatihati. Kaki dan tangannya yang mulai menggelepar, sedikitsedikit naik dan naik. Setelah jaraknya agak dekat dengan buah kedondong itu lalu Abi meminta gantar (tongkat), yang tadi sudah dipersiapkannya di bawah, kepada Habibah.
“Pluk…”, akhirnya buah kedondong itupun berhasil didapatkan oleh Abi yang kemudian langsung diambil oleh Habibah dengan senyumannya penuh dengan kepuasan. Dan segera dimakan.
“Eh…..tunggu dulu Neng, tunggu dulu, jangan dimakan dulu. Kedondong itu masih kotor, nanti Akang cuci dulu!!” Teriak Abi dari atas pohon yang segera menghentikan gigitan Habibah kepada kedondong itu yang hampir tinggal beberapa sentimeter lagi.
Begitulah kisah ini berakhir sejenak, sebagai sebuah cerita yang nanti akan sampai kisahnya kepada Sang Jabang Bayi yang mungkin sekarang sedang tersenyum di alam sana kepada bapaknya itu dan mungkin ia juga mengucapkan satu kalimat yang sulit untuk didengar kali ini, yang menyiratkan kebanggaannya atas orang yang mengasihinya, bahkan sebelum ia keluar dari alam rahim.
“Terima kasih bapakku, semoga engkau tetap bahagia.”
***
     Setiap makhluk hidup memiliki naluri yang peka terhadap anaknya, semuanya memiliki naluri yang disebut seba
gai naluri kasih sayang terhadap anaknya. Hal ini memang sangat sulit untuk digambarkan dan dipelajari secara ilmiah. Tetapi yang pasti, rasa ini timbul akibat rasa kasih sayang Tuhan Yang Maha Pencipta terhadap seluruh makhluk ciptaanNya. Tuhan yang memelihara kehidupan yang telah meniupkan rasa itu kepada setiap makhlukNya dan mengirimkan “tanganNya” kepada makhlukNya untuk mencintai makhlukNya yang baru akan keluar dari alam yang selama ini telah mengurungnya.
     Semua yang namanya orang tua pasti menyayangi anaknya. Orang tua disini adalah mencakup makna yang luas. Ada orang tua hewan, tumbuhan, atau orang tua manusia. Saking mulianya makna ini, sehingga ada peribahasa yang menyebutkan bahwa sebuasbuasnya harimau, tidak akan pernah membunuh anaknya sendiri.
     Alangkah indahnya jikalau kita membayangkan
apa yang namanya orang tua. Mereka bagaikan sebuah permata yang putih bersinar yang tersimpan di dalam kalbu yang paling dalam, yang sucinya tidak akan pernah luntur untuk menyinari semua selsel yang ada di seluruh kalbu kita.
Kita ambil saja sebuah contoh tentang proses kelahiran sang burung merpati. Mulamula mereka memadu kasih, dilangsungkan setelah itu persiapan membuat sarang, akhirnya sang ibu bertelur satu persatu. Dan setelah telur itu selesai semuanya dikeluarkan, sang ibu langsung mengerami telurtelurnya itu bahkan sampai rela mereka tidak makan selama proses pengeraman itu. Sampai akhirnya anaknya itu keluar dari telur. Sang ibu sangat gembira. Langsung ia terbang keluar sarang, bukan terbang untuk makan karena perutnya sangat lapar, tetapi terbang untuk mencari makan bagi anakanaknya yang baru saja lahir. Maha Suci Tuhan atas rasa kasih sayangMu itu yang Engkau berikan sebagai naluri kepada setiap makhlukMu.
***
Kesibukan pun sedang dialami oleh Habibah dan Abi. Yaitu kesibukan tentang persiapan keluarnya sang jabang bayi. Walaupun usia kehamilan Habibah baru menginjak bulan yang kedua, tetapi semuanya hampir selesai dipersiapkan, mulai dari pakaian bayi, tempat tidur bayi, baju bayi, sampai kepada peralatan mandi bayi pun semuanya sudah dipersiapkan.
Entah kenapa Abi sangat senang sekali akan kehamilan Habibah. Ekspresinya lain daripada caloncalon bapak yang lain, yang menurut pengamatan Habibah hal itu sudah dianggapnya sebagai hal yang biasa. Kehamilan adalah tidak lain daripada proses, atau bagian daripada episode kehidupan saja.
Saking merasa bahagianya, sampaisampai pada suatu hari, tanpa pemberitahuan dulu kepada Habibah, Abi mengundang beberapa orang dari sekitar tetangganya dalam rangka syukuran karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang bapak dari seorang ibu yang bernama Habibah.
“Neng, Akang teh merasa bahwa segala persiapan dalam rangka menyambut kelahirannya si utun inji telah semuanya ada. Tapi taditeh Akang baru keingetan bahwa masih ada satu hal lagi yang sangat penting yang justru kita lupakan.”
“Apa itu Kang?” ucap Habibah memotong, dengan penuh rasa heran.
“Hal yang sangat penting, dan kita lupakan adalah tentang nama.” Ucap Abi.
“Nama? Soal nama, itumah nanti Kang masih jauh, lagian pemberian nama baru dilakukan setelah satu minggu kelahiran, sekalian bersama upacara potong rambut.” Ucap Habibah menjelaskan.
“Aeh…..ari Si Neng. Neng, nama itu adalah se
buah do’a, sesuatu yang dianggap suci, dan akan menjadi sebuah label daripada seorang manusia, bahkan menjadi kebanggaan bagi si pembawa nama tersebut. Jadi menurut Akang, perihal nama ini harus sudah kita pikirkan dari sekarang Neng, supaya kita sekarang punya waktu banyak untuk memilih sebuah nama bagi bayi kita kelak.” Ucap Abi panjang lebar.
“Lalu sekarang Akang sudah punya belum namanya?” Tanya Habibah dipenuhi rasa penasaran.
“Untuk sekarang ini belum Neng, tapi Akangteh sudah pesan kepada semua temanteman supaya membantu dalam mencarikan nama yang indah.
***
Proses pencarian nama yang baik pun dimulai. Abi adalah orang yang mengerti betul tentang arti sebuah nama. Karena nama itu adalah do’a. Dan dengan nama itu orang akan dikenang, bukan hanya untuk seumur hidup, tetapi untuk dikenang selamanya, di seluruh zaman sampai hari kiamat. Abi ingin memberikan sebuah nama yang bagus, sehingga dikelak kemudian hari, yang diberi namanya itu akan bangga untuk memakai nama pemberian dari orang tuanya tersebut. Tidak ada sedikitpun perasaan untuk merubah namanya menjadi nama yang macammacam. Seperti misalnya “Edo”, “Caleuy”, “Abay”, dan sebagainya.
Semua kemampuan dikerahkan untuk mengha
silkan sebuah nama. Mulai dari membuka bukubuku sejarah, kitab suci, kamus asal kata sampai pada buku kumpulan namanama indah, bahkan tidak ketinggalan, bertanya kepada para ahli agama.
Dari semua nama yang diajukan dan yang ditemukan, ternyata tidak ada satupun nama yang sesuai dengan keinginannya, yaitu nama yang Indonesia, mengandung arti yang baik dan keren tapi kalem.
Sampai pada suatu saat ketika Abi sedang membukabuka buku. Akhirnya dia menemukan nama yang baik bagi anaknya kelak.
“Neng, Akang telah merumuskan nama yang bagus bagi anak kita.” Ucapnya berbisik kepada Habibah.
“Siapa Kang namanya?” Tanya Habibah serius.
“Bagaimana kalau namanya adalah Budiman Yusuf?”
“Apa artinya?”
“Seorang anak yang sholeh dan rupawan, seperti sholeh dan rupawannya Nabi Yusuf yang berbudi tinggi terhadap semua manusia.” Ucap Abi menjelaskan.
“Bagaimana kalau anak kita perempuan?”
“Kalau seperti itu Akang serahkan saja kepada Neng. Neng yang lebih tahu tentang nama yang cantik bagi seorang anak perempuan, agar secantik dan sebaik
ibunya.” Ucap Abi sedikit gombal.
“Auw…..” Pekik Abi agak panjang ketika terasa cubitan cinta Habibah di daerah pinggangnya. 
Kini selesailah semua persiapan yang dipersiapkan oleh Abi dan Habibah untuk anak pertamanya itu. Kini tinggal menunggu dan menghitung hari akan kedatangan si buah hati yang akan segera keluar menatap indahnya dunia ini dengan kedua matanya yang kecil namun bening, penuh dengan sinar kebahagiaan. Karena di dunia telah ditunggu oleh kedua malaikat yang sangat mencintainya, yang akan mengajarinya segala apa yang ada di dunia ini dan siapa sang pencipta yang telah menciptakan semuanya ini dengan penuh dengan ketelitian dan penuh dengan rasa cinta kasih. Kedua malaikat inilah yang kelak akan menjelaskan akan maksud dari Tuhan Yang Maha Suci menciptakan setiap hambaNya. Maha besar Tuhan atas segala ketentuanMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar