“Si Kabayan pun datang dari kebun Abah
yang berada di pinggir sungai.
‘Kabayan, mana namgka yang sudah tua
yang Abah pesan itu? Kamu sudah dari kebun Abah yang berada di pinggir sungai
itu kan?’ Tanya Si Abah dengan nadanya yang tinggi seperti biasanya.
‘Sudah Abah, perintah Abahteh sudah
saya laksanakan. Malahan semua nangka yang tua sudah Kabayan petik.’ Ucap Si
Kabayan dengan wajahnya yang meyakinkan.
‘Kalau begitu, mana atuh nangkanya?
Kenapa kamu pulang dengan tangan kosong?’ Tanya Si Abah kembali sambil mulai
merasa curiga akan ulah menantunya itu.
‘Har……emangnya belum sampai nangkanya
Abah?” Ucap Si Kabayan heran.
‘Belum datang kumaha, ari kamuteh
Kabayan? Coba jelaskan ke Abah.’ Abah pun semakin tidak sabar.
‘Abah, taditeh nangka yang Kabayan
petik itu banyak. Jadi nangka itu tidak mungkin saya bawa semua kesini. Apalagi
jauh. Maka dari itu, eta nangkanangka teh saya hanyutkan ke sungai, soalnya kan mereka itu sudah tua. Tentunya
mereka mengerti pada saat Saya berikan instruksi untuk pulang sendiri lewat
sungai.’ Ucap Si Kabayan tenang.” Begitulah cerita yang biasa Abi ceritakan
kepada Habibah sebagai hiburan bagi mereka berdua.
Habibah pun tertawa karena lucu. Bukan
saja lucu terhadap cerita Si Kabayan yang sudah melegenda di Jawa Barat, tetapi
lucunya ditambah pula dengan sikap Abi yang menceritakan cerita itu. Penuh
dengan ekspresi, penuh dengan penekanan kata disana sini dan gerak tubuh yang
komunikatif. Bak penaripenari Bali.
Inilah suasana keakraban yang terbangun
pada keluarga Abi dan Habibah. Kadangkadang ceritacerita yang humoris seperti
ceritanya Si Kabayan di atas yang berjudul Si Kabayan Ngala Nangka (Si kabayan memetik nangka) itu
menjadi hiburan bagi mereka berdua. Terkadang mereka membahas cerita itu bukan
karena tidak tahu, tetapi lebih kepada suasana senangnya saling berinteraksi
dengan pasangannya. Kadang terasa ada suatu rasa keakraban dan keromantisan
yang sangat indah.
“Kang, Neng sudah satu bulan ini tidak
menstruasi, dan perut ini kadang terasa mual, sehingga pingin muntah.” Ujar
Habibah kepada Abi pada suatu malam minggu di ruang tamu.
“Apakah mungkin Neng ini hamil?” Ucap
Habibah raguragu.
Abi terlihat tersenyum lebar seperti
bangga. Terlihat senyum kebahagiaan seorang bapak yang akan memiliki seorang
anak sebagai penyambung sejarah kehidupan mereka berdua sebagai orang tua. Anak
inilah yang kelak akan menjadi kebanggaan di dunia dan akhirat, anak yang akan
menuliskan sejarah perjuangan orang tuanya di kelak kemudian hari.
Sejak awal pernikahannya dengan
Habibah, Abi selalu mendambakan seorang anak lahir dari rahimnya Habibah, dan
hal ini akan segera tercapai setelah enam bulan berlalu pernikahan mereka
berdua.
“Kalau kata tetangga, gejala seperti
ini mirip dengan gejalanya nyiram (hamil) Kang.” Ucap Habibah.
“Mudahmudahan ini gejala kehamilan
Neng, soalnya sudah lama Akangteh mendambakan seorang anak.” Ucap Abi
berseriseri.
“Kalau begitu nanti pagipagi kita ke
puskesmas Neng buat diperiksa, apakah ini hamil atau bukan.” Ucap Abi
melanjutkan.
“Besok kan hari Senin, lalu bagaimana
dengan pekerjaan Akang?”
“Besok Akang akan izin, ini adalah
peristiwa bersejarah bagi Akang, apalagi ini menyangkut kesehatan Neng dan Si
Utun Inji (jabang bayi).”
Ucap Abi tegas.
***
Pagi segera menjelang, Habibah dan Abipun
pergi ke puskesmas setelah pekerjaan di rumah selesai.
Sesampainya di puskesmas, ternyata
mereka mendapatkan nomor urut yang pertama, alias datangnya paling pagi.
Setelah dokter memeriksa Habibah, akhirnya terungkaplah bahwa gejala yang
dialami Habibah adalah gejala kehamilan.
Berita inilah yang segera menjadi kado
istimewa bagi mereka berdua pada pernikahannya. Seorang manusia baru akan
segera lahir sebagai hadiah dari Tuhan Yang Maha Kuasa atas keikhlasannya
mereka hidup saling mencintai, sesuai dengan titah Tuhannya.
Berita ini segera tersebar ke seluruh
arah penjuru angin. Nana, Ceu Euis, orang tuanya Habibah, dan semuanya.
Termasuk orang satu kantornya Abi bahkan para pembeli yang berbelanja ke warung
Habibah.
Kini Habibah sangat dilarang untuk
melakukan halhal yang berat, seperti mengangkat air dan menyuci. Semua
pekerjaan yang dianggap menggunakan otot ekstra dilimpahkan kepada Abi. Tetapi
untuk pekerjaan rumah yang sifatnya ringan masih dilakukan oleh Habibah,
seperti misalnya menyapu. Untuk mengelola warungpun sekarang Abi sengaja
mengangkat dua orang karyawan, karena Habibah diharuskan cuti, takut ada
sesuatu hal yang kurang diharapkan.
Habibah diperlakukan Abi seperti
seorang ratu, tidak boleh capek ataupun stress, setiap hari dihibur.
***
Seperti pada umumnya keadaan orang yang
sedang hamil, apalagi hamil pertama, pasti saja ada yang namanya ngidam.
Berbagaimacam memang bentuknya ngidam, dan biasanya anehaneh, seperti misalnya
ingin makan makanan yang langka, ingin makan rujak yang sangat pedas, atau
bahkan ada juga yang sangat ingin makan minyak rambut. Hal seperti itu memang
sudah menjadi kebiasaan, ada yang bilang katanya ngidam itu sebagai watek dari bayi yang sedang dikandung.
Apa boleh buat, jika sang istri sedang hamil dan ngidam, maka sang suami harus
siap dan harus rela untuk mengadakan makanan yang dipinta oleh sang istri, atau
nanti katanya anaknya itu pada masa balitanya akan ngiler terus menerus bahkan
mungkin sampai dewasa.
Begitu pula gejala ngidam ini dialami
juga oleh Habibah.
Waktu itu Habibah meminta kepada Abi
sebuah kedondong. Tapi bukan hanya itu permintaannya, ternyata ada syaratnya
yang lain. Syarat tambahannya tersebut adalah bahwa kedondong itu harus diambil
langsung dari pohonnya oleh Abi.
Kali inilah sang calon bapak harus
turun tangan langsung. Hal ini menjadi suatu yang sangat berat bagi Abi karena
sampai detik inipun Abi tidak bisa memanjat pohon.
Apa boleh buat, demi keluarga yang
sangat dicintainya dan demi sang anak agar tidak ngiler, dengan hati yang
sedikit agak ngeper akhirnya Abi
bersedia, dengan harapan semoga ada pohon kedondong yang pendek, bahkan sangat
pendek yang sedang berbuah. Kebetulan, kalau hanya pohon kedondong memang
banyak di daerah sini, ada yang pendek dan ada juga yang tinggi. Tapi
masalahnya timbul setelah seharian penuh Abi dan Habibah berkeliling kampung
tidak ada satupun kedondong yang berbuah. Semuanya sudah dipanen oleh yang
empunya. Tapi segera harapanpun timbul ketika melihat sebuah kedondong yang
buahnya berukuran sedang di salah satu dahan pohon. Tapi masalahnya kemudian
timbul karena pohon kedondong itu besar dan tinggi. Sedangkan sekali lagi, Abi
sama sekali tidak bisa memanjat.
Pada waktu itu memang bisa saja Abi
minta dimaklum kepada Habibah atas ketidakbisaannya memanjat pohon.
“Tapi tidak! Aku harus melakukan hal
ini semua
sebagai seorang bapak yang bertanggung
jawab.” Tekadnya di dalam hati ketika terlintas sebuah bayangan kelemahannya.
Setelah berpamitan kepada yang empunya
akhirnya Abi dengan disaksikan oleh Habibah mulai mempertaruhkan nyawanya,
sedikitsedikit naik ke atas pohon itu dengan penuh hatihati. Kaki dan tangannya
yang mulai menggelepar, sedikitsedikit naik dan naik. Setelah jaraknya agak dekat
dengan buah kedondong itu lalu Abi meminta gantar (tongkat), yang tadi sudah
dipersiapkannya di bawah, kepada Habibah.
“Pluk…”, akhirnya buah kedondong itupun
berhasil didapatkan oleh Abi yang kemudian langsung diambil oleh Habibah dengan
senyumannya penuh dengan kepuasan. Dan segera dimakan.
“Eh…..tunggu dulu Neng, tunggu dulu,
jangan dimakan dulu. Kedondong itu masih kotor, nanti Akang cuci dulu!!” Teriak
Abi dari atas pohon yang segera menghentikan gigitan Habibah kepada kedondong
itu yang hampir tinggal beberapa sentimeter lagi.
Begitulah kisah ini berakhir sejenak,
sebagai sebuah cerita yang nanti akan sampai kisahnya kepada Sang Jabang Bayi
yang mungkin sekarang sedang tersenyum di alam sana kepada bapaknya itu dan
mungkin ia juga mengucapkan satu kalimat yang sulit untuk didengar kali ini,
yang menyiratkan kebanggaannya atas orang yang mengasihinya, bahkan sebelum ia
keluar dari alam rahim.
“Terima kasih bapakku, semoga engkau
tetap bahagia.”
***
Setiap
makhluk hidup memiliki naluri yang peka terhadap anaknya, semuanya memiliki
naluri yang disebut seba
gai naluri kasih sayang terhadap
anaknya. Hal ini memang sangat sulit untuk digambarkan dan dipelajari secara
ilmiah. Tetapi yang pasti, rasa ini timbul akibat rasa kasih sayang Tuhan Yang
Maha Pencipta terhadap seluruh makhluk ciptaanNya. Tuhan yang memelihara
kehidupan yang telah meniupkan rasa itu kepada setiap makhlukNya dan
mengirimkan “tanganNya” kepada makhlukNya untuk mencintai makhlukNya yang baru
akan keluar dari alam yang selama ini telah mengurungnya.
Semua
yang namanya orang tua pasti menyayangi anaknya. Orang tua disini adalah
mencakup makna yang luas. Ada orang tua hewan, tumbuhan, atau orang tua
manusia. Saking mulianya makna ini, sehingga ada peribahasa yang menyebutkan
bahwa sebuasbuasnya harimau, tidak akan pernah membunuh anaknya sendiri.
Alangkah
indahnya jikalau kita membayangkan
apa yang namanya orang tua. Mereka
bagaikan sebuah permata yang putih bersinar yang tersimpan di dalam kalbu yang
paling dalam, yang sucinya tidak akan pernah luntur untuk menyinari semua
selsel yang ada di seluruh kalbu kita.
Kita ambil saja sebuah contoh tentang
proses kelahiran sang burung merpati. Mulamula mereka memadu kasih,
dilangsungkan setelah itu persiapan membuat sarang, akhirnya sang ibu bertelur
satu persatu. Dan setelah telur itu selesai semuanya dikeluarkan, sang ibu
langsung mengerami telurtelurnya itu bahkan sampai rela mereka tidak makan
selama proses pengeraman itu. Sampai akhirnya anaknya itu keluar dari telur.
Sang ibu sangat gembira. Langsung ia terbang keluar sarang, bukan terbang untuk
makan karena perutnya sangat lapar, tetapi terbang untuk mencari makan bagi
anakanaknya yang baru saja lahir. Maha Suci Tuhan atas rasa kasih sayangMu itu
yang Engkau berikan sebagai naluri kepada setiap makhlukMu.
***
Kesibukan pun sedang dialami oleh
Habibah dan Abi. Yaitu kesibukan tentang persiapan keluarnya sang jabang bayi.
Walaupun usia kehamilan Habibah baru menginjak bulan yang kedua, tetapi
semuanya hampir selesai dipersiapkan, mulai dari pakaian bayi, tempat tidur
bayi, baju bayi, sampai kepada peralatan mandi bayi pun semuanya sudah
dipersiapkan.
Entah kenapa Abi sangat senang sekali
akan kehamilan Habibah. Ekspresinya lain daripada caloncalon bapak yang lain,
yang menurut pengamatan Habibah hal itu sudah dianggapnya sebagai hal yang
biasa. Kehamilan adalah tidak lain daripada proses, atau bagian daripada
episode kehidupan saja.
Saking merasa bahagianya, sampaisampai pada
suatu hari, tanpa pemberitahuan dulu kepada Habibah, Abi mengundang beberapa
orang dari sekitar tetangganya dalam rangka syukuran karena sebentar lagi ia
akan menjadi seorang bapak dari seorang ibu yang bernama Habibah.
“Neng, Akang teh merasa bahwa segala
persiapan dalam rangka menyambut kelahirannya si utun inji telah semuanya ada. Tapi taditeh Akang baru keingetan
bahwa masih ada satu hal lagi yang sangat penting yang justru kita lupakan.”
“Apa itu Kang?” ucap Habibah memotong,
dengan penuh rasa heran.
“Hal yang sangat penting, dan kita
lupakan adalah tentang nama.” Ucap Abi.
“Nama? Soal nama, itumah nanti Kang
masih jauh, lagian pemberian nama baru dilakukan setelah satu minggu kelahiran,
sekalian bersama upacara potong rambut.” Ucap Habibah menjelaskan.
“Aeh…..ari Si Neng. Neng, nama itu
adalah se
buah do’a, sesuatu yang dianggap suci,
dan akan menjadi sebuah label daripada seorang manusia, bahkan menjadi
kebanggaan bagi si pembawa nama tersebut. Jadi menurut Akang, perihal nama ini
harus sudah kita pikirkan dari sekarang Neng, supaya kita sekarang punya waktu
banyak untuk memilih sebuah nama bagi bayi kita kelak.” Ucap Abi panjang lebar.
“Lalu sekarang Akang sudah punya belum
namanya?” Tanya Habibah dipenuhi rasa penasaran.
“Untuk sekarang ini belum Neng, tapi
Akangteh sudah pesan kepada semua temanteman supaya membantu dalam mencarikan
nama yang indah.
***
Proses pencarian nama yang baik pun
dimulai. Abi adalah orang yang mengerti betul tentang arti sebuah nama. Karena
nama itu adalah do’a. Dan dengan nama itu orang akan dikenang, bukan hanya
untuk seumur hidup, tetapi untuk dikenang selamanya, di seluruh zaman sampai
hari kiamat. Abi ingin memberikan sebuah nama yang bagus, sehingga dikelak
kemudian hari, yang diberi namanya itu akan bangga untuk memakai nama pemberian
dari orang tuanya tersebut. Tidak ada sedikitpun perasaan untuk merubah namanya
menjadi nama yang macammacam. Seperti misalnya “Edo”, “Caleuy”, “Abay”, dan
sebagainya.
Semua kemampuan dikerahkan untuk mengha
silkan sebuah nama. Mulai dari membuka
bukubuku sejarah, kitab suci, kamus asal kata sampai pada buku kumpulan
namanama indah, bahkan tidak ketinggalan, bertanya kepada para ahli agama.
Dari semua nama yang diajukan dan yang
ditemukan, ternyata tidak ada satupun nama yang sesuai dengan keinginannya,
yaitu nama yang Indonesia, mengandung arti yang baik dan keren tapi kalem.
Sampai pada suatu saat ketika Abi
sedang membukabuka buku. Akhirnya dia menemukan nama yang baik bagi anaknya
kelak.
“Neng, Akang telah merumuskan nama yang
bagus bagi anak kita.” Ucapnya berbisik kepada Habibah.
“Siapa Kang namanya?” Tanya Habibah
serius.
“Bagaimana kalau namanya adalah Budiman
Yusuf?”
“Apa artinya?”
“Seorang anak yang sholeh dan rupawan,
seperti sholeh dan rupawannya Nabi Yusuf yang berbudi tinggi terhadap semua
manusia.” Ucap Abi menjelaskan.
“Bagaimana kalau anak kita perempuan?”
“Kalau seperti itu Akang serahkan saja
kepada Neng. Neng yang lebih tahu tentang nama yang cantik bagi seorang anak
perempuan, agar secantik dan sebaik
ibunya.” Ucap Abi sedikit gombal.
“Auw…..” Pekik Abi agak panjang ketika
terasa cubitan cinta Habibah di daerah pinggangnya.
Kini
selesailah semua persiapan yang dipersiapkan oleh Abi dan Habibah untuk anak
pertamanya itu. Kini tinggal menunggu dan menghitung hari akan kedatangan si
buah hati yang akan segera keluar menatap indahnya dunia ini dengan kedua
matanya yang kecil namun bening, penuh dengan sinar kebahagiaan. Karena di
dunia telah ditunggu oleh kedua malaikat yang sangat mencintainya, yang akan
mengajarinya segala apa yang ada di dunia ini dan siapa sang pencipta yang
telah menciptakan semuanya ini dengan penuh dengan ketelitian dan penuh dengan
rasa cinta kasih. Kedua malaikat inilah yang kelak akan menjelaskan akan maksud
dari Tuhan Yang Maha Suci menciptakan setiap hambaNya. Maha besar Tuhan atas
segala ketentuanMu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar