Kamis, 09 Juli 2020

SELAYANG PANDANG MENGENAI PAHAM KE-ISLAM-AN DI HMI


Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Ketum HMI Cabang Bogor 2013-2014


Himpunan Mahasiswa Islam atau yang disingkat HMI merupakan sebuah organisasi mahasiswa yang sangat terang benderang menjadikan Islam sebagai sebuah alasan untuk berkumpul. Namun demikian, banyak diantara masyarakat yang mengerutkan dahi karena pikirannya dipenuhi dengan berbagaimacam pertanyaan tentang jenis Islam manakah yang HMI ikuti? Dan termasuk di jajaran golongan Islam yang manakah HMI berdiri? Lalu pertanyaannya kembali bertambah tentang apakah Islam di HMI termasuk Islam garis keras atau Islam konservatif.
Jika benar para pembaca tertarik dengan jawabannya, maka penulis akan memberikan sebuah narasi tentang pemahaman ke-Islam-annya HMI sehingga para pembaca bisa merenungkan dan menyimpulkannya sendiri. Berikut adalah narasinya.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia yang dikirim Allah SWT ketika zaman jahiliyah dahulu. Zaman jahiliyah adalah zaman yang sangat pekat dengan politeisme dan tidak adanya peri kemanusiaan yang adil dan beradab. Akibat adanya politeisme dan perbudakan itulah maka manusia sulit sekali untuk berkembang dan menjalani tugas sejarahnya sebagai khalifah di muka bumi. Menyikapi hal tersebut maka Allah SWT selain memperkenalkan diri (melalui perantaraan Rosululloh) juga memberikan petunjuknya yang agung melalui Al Qur’an yang berisi ilmu pengetahuan. Melalui perkenalan diriNya beserta Al Qur’an, Allah SWT seolah menyeru kepada segenap umat manusia bahwa tidak ada tuhan lagi selain Allah SWT. Maka dari itu, berlomba-lombalah untuk mencari karunia Allah SWT yang tersimpan di segenap alam ciptaannya. Termasuk jangan ragu lagi untuk meneliti pohon-pohon besar, sapi-sapi, dan patung-patung yang dahulu nenek moyang kita pertuhankan. Untuk mempermudah kerja manusia tersebut maka Allah SWT menurunkan Al Quran sebagai sebuah alat baca dalam aktivitas kerja manusia sehingga terjadi keharmonisan dan kemakmuran.
Perkenalan Allah SWT (konsep tauhid) dan ilmu pengetahuan (Al Qur’an yang diiringi oleh Al Hadits) inilah yang kemudian mampu melintasi lorong zaman sebagai sebuah pelita tentang cita-cita kehidupan yang damai, harmonis dan sejahtera. Melalui konsep tauhid dengan diiringi ilmu pengetahuan, maka kemudian manusia bukan hanya digiring untuk memiliki kemerdekaan hidup tetapi juga digiring untuk bisa terus meningkatkan kualitas hidupnya. Maka tidaklah heran ketika dahulu pada zaman perjuangan meraih kemerdekaan, Islam menjadi leader semangat kemerdekaan bersama dengan nasionalis dan marxis. Bahkan setelah kemerdekaan, Islam senantiasa mengawal stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk selalu berada di jalur yang benar meletakkan fungsi negara sebagai tempat bernaung yang aman bagi seluruh warganya dan sesama manusia lainnya sehingga bisa dengan leluasa untuk memenuhi tugas sejarahnya sebagai pemimpin di muka bumi.
Semangat tauhid dan ilmu pengetahuan inilah yang kemudian juga mengilhami ruh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). HMI berkeyakinan bahwa hanya dengan ilmu pengetahuanlah manusia akan bisa tercerahkan hidupnya, dan hanya dengan bergantung kepada Allah SWT lah manusia akan benar-benar terbebas dari belenggu perbudakan yang membatasi kodrat kemanusiaan. Di HMI, Islam tidak hanya dipandang sebagai rutinitas ibadah fisik, namun lebih dari itu bahwa aktiftas ibadah fisik itu harus bisa terimplementasi kepada kehidupan nyata di masyarakat. Oleh karena itu maka di HMI, para anggotanya dibiasakan dengan aktivitas memberi (baik dalam bentuk pemikiran, waktu, materi, atau tenaga). Sebab pada hakikatnya, kemuliaan hidup itu terletak pada kekuatan memberi.
Melalui alam pemikiran tauhid dan ilmu pengetahuan inilah maka HMI tidaklah mengidentikkan dirinya dengan salah satu golongan atau aliran. HMI mengharapkan bahwa yang NU tetaplah bangga dengan ke-NU-annya, yang muhammadiyah tetaplah bangga dengan ke-Muhammadiyah-annya, dan yang bukan termasuk ke dalam keduanya juga tetaplah bisa saling menghormati dan mengayomi. Mau apapun golongan atau aliran Islamnya maka ketika masuk di HMI mereka harus menambah berpuluh-puluh bahkan beratus kali lipat semangat ketauhidan dan kecintaan terhadap ilmu. Mereka harus sadar sesadar-sadarnya bahwa hanya dengan ilmu pengetahuan dan alam pikiran yang tebukalah umat Islam akan kembali berjaya menjadi motor penggerak peradaban yang sampai saat ini kita belum tahu dimana titik ujungnya. Kemudian dengan ilmunya tersebut para generasi muda Islam ini menjadi renaissance paedagogie, yaitu yang akan memberikan pendidikan kepada masyarakat agar masyarakat lebih baik lagi.
Jiwa yang bertauhid (yang melahirkan rasa syukur dan ikhlas), alam pikiran yang terbuka, ditambah punya kemampuan untuk berjuang inilah yang kemudian HMI jabarkan dalam butir tujuannya yang berbunyi “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” . Yang kemudian diperas lagi menjadi ilmu, iman, dan amal. Bahagia HMI, yakin usaha sampai (Yakusa). (7 Oktober 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar