Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Ketum HMI Cabang Bogor 2013-2014
Himpunan Mahasiswa Islam atau yang disingkat HMI merupakan sebuah
organisasi mahasiswa yang sangat terang benderang menjadikan Islam sebagai
sebuah alasan untuk berkumpul. Namun demikian, banyak diantara masyarakat yang
mengerutkan dahi karena pikirannya dipenuhi dengan berbagaimacam pertanyaan
tentang jenis Islam manakah yang HMI ikuti? Dan termasuk di jajaran golongan
Islam yang manakah HMI berdiri? Lalu pertanyaannya kembali bertambah tentang
apakah Islam di HMI termasuk Islam garis keras atau Islam konservatif.
Jika benar para pembaca tertarik dengan jawabannya, maka penulis akan
memberikan sebuah narasi tentang pemahaman ke-Islam-annya HMI sehingga para
pembaca bisa merenungkan dan menyimpulkannya sendiri. Berikut adalah narasinya.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia yang dikirim Allah SWT ketika
zaman jahiliyah dahulu. Zaman jahiliyah adalah zaman yang sangat pekat dengan
politeisme dan tidak adanya peri kemanusiaan yang adil dan beradab. Akibat
adanya politeisme dan perbudakan itulah maka manusia sulit sekali untuk
berkembang dan menjalani tugas sejarahnya sebagai khalifah di muka bumi.
Menyikapi hal tersebut maka Allah SWT selain memperkenalkan diri (melalui
perantaraan Rosululloh) juga memberikan petunjuknya yang agung melalui Al
Qur’an yang berisi ilmu pengetahuan. Melalui perkenalan diriNya beserta Al
Qur’an, Allah SWT seolah menyeru kepada segenap umat manusia bahwa tidak ada
tuhan lagi selain Allah SWT. Maka dari itu, berlomba-lombalah untuk mencari
karunia Allah SWT yang tersimpan di segenap alam ciptaannya. Termasuk jangan
ragu lagi untuk meneliti pohon-pohon besar, sapi-sapi, dan patung-patung yang
dahulu nenek moyang kita pertuhankan. Untuk mempermudah kerja manusia tersebut
maka Allah SWT menurunkan Al Quran sebagai sebuah alat baca dalam aktivitas
kerja manusia sehingga terjadi keharmonisan dan kemakmuran.
Perkenalan Allah SWT (konsep tauhid) dan ilmu pengetahuan (Al Qur’an yang
diiringi oleh Al Hadits) inilah yang kemudian mampu melintasi lorong zaman
sebagai sebuah pelita tentang cita-cita kehidupan yang damai, harmonis dan
sejahtera. Melalui konsep tauhid dengan diiringi ilmu pengetahuan, maka
kemudian manusia bukan hanya digiring untuk memiliki kemerdekaan hidup tetapi
juga digiring untuk bisa terus meningkatkan kualitas hidupnya. Maka tidaklah
heran ketika dahulu pada zaman perjuangan meraih kemerdekaan, Islam menjadi
leader semangat kemerdekaan bersama dengan nasionalis dan marxis. Bahkan
setelah kemerdekaan, Islam senantiasa mengawal stabilitas Negara Kesatuan
Republik Indonesia untuk selalu berada di jalur yang benar meletakkan fungsi
negara sebagai tempat bernaung yang aman bagi seluruh warganya dan sesama
manusia lainnya sehingga bisa dengan leluasa untuk memenuhi tugas sejarahnya
sebagai pemimpin di muka bumi.
Semangat tauhid dan ilmu pengetahuan inilah yang kemudian juga mengilhami
ruh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). HMI berkeyakinan bahwa hanya dengan ilmu
pengetahuanlah manusia akan bisa tercerahkan hidupnya, dan hanya dengan
bergantung kepada Allah SWT lah manusia akan benar-benar terbebas dari belenggu
perbudakan yang membatasi kodrat kemanusiaan. Di HMI, Islam tidak hanya
dipandang sebagai rutinitas ibadah fisik, namun lebih dari itu bahwa aktiftas
ibadah fisik itu harus bisa terimplementasi kepada kehidupan nyata di masyarakat.
Oleh karena itu maka di HMI, para anggotanya dibiasakan dengan aktivitas
memberi (baik dalam bentuk pemikiran, waktu, materi, atau tenaga). Sebab pada
hakikatnya, kemuliaan hidup itu terletak pada kekuatan memberi.
Melalui alam pemikiran tauhid dan ilmu pengetahuan inilah maka HMI tidaklah
mengidentikkan dirinya dengan salah satu golongan atau aliran. HMI mengharapkan
bahwa yang NU tetaplah bangga dengan ke-NU-annya, yang muhammadiyah tetaplah
bangga dengan ke-Muhammadiyah-annya, dan yang bukan termasuk ke dalam keduanya
juga tetaplah bisa saling menghormati dan mengayomi. Mau apapun golongan atau
aliran Islamnya maka ketika masuk di HMI mereka harus menambah berpuluh-puluh
bahkan beratus kali lipat semangat ketauhidan dan kecintaan terhadap ilmu. Mereka
harus sadar sesadar-sadarnya bahwa hanya dengan ilmu pengetahuan dan alam
pikiran yang tebukalah umat Islam akan kembali berjaya menjadi motor penggerak
peradaban yang sampai saat ini kita belum tahu dimana titik ujungnya. Kemudian
dengan ilmunya tersebut para generasi muda Islam ini menjadi renaissance
paedagogie, yaitu yang akan memberikan pendidikan kepada masyarakat agar
masyarakat lebih baik lagi.
Jiwa yang bertauhid (yang melahirkan rasa syukur dan ikhlas), alam pikiran
yang terbuka, ditambah punya kemampuan untuk berjuang inilah yang kemudian HMI
jabarkan dalam butir tujuannya yang berbunyi “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggungjawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” . Yang kemudian
diperas lagi menjadi ilmu, iman, dan amal. Bahagia HMI, yakin usaha sampai
(Yakusa). (7
Oktober 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar