(Sebuah Ikhtiar Untuk Kebaikan Kongres Ke-28)
Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Ketum HMI Cabang Bogor 2013-2014
Kawan-kawan HMI
se-Indonesia yang kami hormati dan banggakan. Kami yakin bahwa kita yang
sama-sama kader HMI merasa berkabung atas peristiwa yang terjadi di kongres HMI
ke-28 ini. Kami yakin kita sama-sama prihatin dengan ini karena pada hakikatnya
kita sama-sama memiliki darah yang sama-sama hijau hitamnya. Kita sama-sama memiliki
semangat suci yang merahnya sama dengan merah Sang Merah Putih. Kita akan
selalu dalam satu kegelisahan dan satu semangat karena kita sama-sama sebagai
anak yang dilahirkan dari rahim yang sama, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI). Maka sebagai anak yang berbakti kepada ibunya tersebutlah hari ini kita
berkumpul untuk bersama-sama memenuhi panggilan seorang ibu yang meminta kita
saling bersilaturrahim dalam sebuah acara yang dinamakan sebagai Kongres HMI
Ke-28.
Pada hakikatnya,
kongres HMI merupakan sebuah ikhtiar kita bersama untuk saling bersilaturrahim
dan saling memperkenalkan diri bagi seluruh kader yang lahir di setiap pelosok
negeri sehingga kemudian kita semua bisa saling mengenal dan sama-sama
menyatukan tekad bagi langkah perjuangan kita kedepannya yang seirama dalam
rangka ikut membangun negeri menuju negara adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Untuk menjaga kemurnian tekad yang telah kita buat bersama itulah maka kita
memilih Pengurus Besar HMI (PBHMI). Melalui PBHMI inilah kita meletakkan amanat
untuk bertindak sebagai imam dalam sebuah sholat sosial sehingga arah
pergerakan dan perjuangan kita akan selalu sesuai dengan komitmen mulia kita
bersama yang telah dihasilakan di dalam kongres. Oleh karena itulah maka PBHMI
dianggap sebagai sebuah komponen yang sangat penting dan memiliki tanggung
jawab besar dalam berputarnya mesin perjuangan HMI.
Namun demikian,
akibat oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab maka pada praktiknya, PBHMI
tidak lagi bisa dianggap sebagai sebuah imam dalam sholat sosial bagi seluruh
kader HMI se-Nusantara. Hal ini terjadi karena PBHMI telah luput dari menjaga
komitmen bersama yang dihasilkan dalam sebuah kongres. PBHMI bukan lagi
dipandang sebagai sebuah amanah tetapi sudah dipandang sebagai sebuah
legitimasi bagi kepentingan individu dan golongan. PBHMI tidak bedanya sebagai
seorang kakak jahat dalam sebuah rumah di dalam sebuah lakon sandiwara dimana
kakak tersebut mencorengi para adik-adiknya demi mendapat simpati dan
penghargaan dari orang lain. Bukannya menjaga adik-adiknya, tetapi malah
menjadi kepanjangan tangan dari oknum yang ingin mendzolimi adik-adiknya.
Oleh karena itu,
kita sebagai kader HMI harus selalu berupaya agar tidak sekali-kali lagi
memilih PBHMI yang tidak bertangung jawab. Di kongres yang Ke-28 ini marilah
kita sama-sama menundukkan kepala seraya memohon perlindungan dan petunjuk
kepada Allah SWT agar terpilih PBHMI yang berwibawa dan bijaksana sehingga
bukan saja sanggup menjadi wajah baik bagi HMI se-Nusantara, namun juga mampu
menjadi sumber inspirasi yang tidak ada habis-habisnya bagi tumbuh suburnya
benih-benih para pejuang Hijau Hitam seNusantara.
Namun demikian,
sulit memang rasanya untuk mendapatkan PBHMI yang baik di kongres ke-28 ini.
Momen-momen politik nasional yang akan berlangsung ke depan di negeri ini telah
sedikit banyaknya mempengaruhi suasana kekeluargaan yang seharusnya tercipta
begitu mesra di kongres ini. Tentunya ini adalah bagian dari jalan sejarah yang
harus dilewati HMI. Setelah HMI mampu secara gemilang mengawal momen-momen perubahan
di Negara tercinta ini, kini saatnya Allah SWT memberikan sebuah momen besar
bagi HMI untuk bisa melakukan perubahan di dalam tubuhnya sendiri.
Oleh karena
itulah kawan-kawan sekalian maka tidak ada jalan lain bagi kita untuk bisa
mengawal momen perubahan di PBHMI ini selain dengan persatuan dan kesatuan.
Semua kita harus menyadari bahwa kita, seluruh cabang dari Sabang sampai
Merauke adalah bersaudara. Kita satu warna darah yang sama-sama berwarna hijau
hitam. Masalah-masalah yang terjadi di dalam internal cabang harus kita lebur
menjadi satu rasa, yaitu rasa rindu dan cinta akan keberlangsungan HMI sebagai
organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia di masa depan. Kini kita harus
sepakat semua bahwa tujuan kita dalam berkongres kali ini adalah untuk menjalin
silaturrahim, menjawab tantangan zaman, dan memilih PBHMI yang baru. Adapun
beberapa permasalahan yang terjadi di kongres Ke-28 ini harus segera ditemukan
solusinya. Inilah saatnya bagi kita sebagai kader HMI untuk menunjukkan kepada
dunia bahwa HMI adalah organisasi yang sangat diperhitungkan dan bukan
organisasi murahan yang tunduk hanya karena alasan materi. Beberapa langkah
besar dan fenomenal sepertinya harus kita lakukan bersama demi penyelamatan
organisasi yang kita cintai ini. Persatuan dan kesatuan yang di dalamnya ada
nuansa pikiran dan hati yang jernih merupakan kata kunci untuk kita bersama
menerjang badai ini. Kini HMI sebagai rahim yang melahirkan kita semua sedang
lara. Maka sudah selayaknyalah sebagai anak yang berbakti, kita semua wajib
merawat dan mengobati luka lara tersebut.
Selamat bersatu dan
berjuang wahai para kader umat Islam seluruh Nusantara!
Jayalah HMI!
Jayalah Hijau Hitam!
YAKUSA! (25 Maret 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar