Kamis, 09 Juli 2020

WAHAI PARA PEJUANG HIJAU HITAM BERSATULAH


(Sebuah Ikhtiar Untuk Kebaikan Kongres Ke-28)

Oleh: Qiki Qilang Syachbudy
Ketum HMI Cabang Bogor 2013-2014
 

Kawan-kawan HMI se-Indonesia yang kami hormati dan banggakan. Kami yakin bahwa kita yang sama-sama kader HMI merasa berkabung atas peristiwa yang terjadi di kongres HMI ke-28 ini. Kami yakin kita sama-sama prihatin dengan ini karena pada hakikatnya kita sama-sama memiliki darah yang sama-sama hijau hitamnya. Kita sama-sama memiliki semangat suci yang merahnya sama dengan merah Sang Merah Putih. Kita akan selalu dalam satu kegelisahan dan satu semangat karena kita sama-sama sebagai anak yang dilahirkan dari rahim yang sama, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Maka sebagai anak yang berbakti kepada ibunya tersebutlah hari ini kita berkumpul untuk bersama-sama memenuhi panggilan seorang ibu yang meminta kita saling bersilaturrahim dalam sebuah acara yang dinamakan sebagai Kongres HMI Ke-28.
Pada hakikatnya, kongres HMI merupakan sebuah ikhtiar kita bersama untuk saling bersilaturrahim dan saling memperkenalkan diri bagi seluruh kader yang lahir di setiap pelosok negeri sehingga kemudian kita semua bisa saling mengenal dan sama-sama menyatukan tekad bagi langkah perjuangan kita kedepannya yang seirama dalam rangka ikut membangun negeri menuju negara adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Untuk menjaga kemurnian tekad yang telah kita buat bersama itulah maka kita memilih Pengurus Besar HMI (PBHMI). Melalui PBHMI inilah kita meletakkan amanat untuk bertindak sebagai imam dalam sebuah sholat sosial sehingga arah pergerakan dan perjuangan kita akan selalu sesuai dengan komitmen mulia kita bersama yang telah dihasilakan di dalam kongres. Oleh karena itulah maka PBHMI dianggap sebagai sebuah komponen yang sangat penting dan memiliki tanggung jawab besar dalam berputarnya mesin perjuangan HMI.
Namun demikian, akibat oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab maka pada praktiknya, PBHMI tidak lagi bisa dianggap sebagai sebuah imam dalam sholat sosial bagi seluruh kader HMI se-Nusantara. Hal ini terjadi karena PBHMI telah luput dari menjaga komitmen bersama yang dihasilkan dalam sebuah kongres. PBHMI bukan lagi dipandang sebagai sebuah amanah tetapi sudah dipandang sebagai sebuah legitimasi bagi kepentingan individu dan golongan. PBHMI tidak bedanya sebagai seorang kakak jahat dalam sebuah rumah di dalam sebuah lakon sandiwara dimana kakak tersebut mencorengi para adik-adiknya demi mendapat simpati dan penghargaan dari orang lain. Bukannya menjaga adik-adiknya, tetapi malah menjadi kepanjangan tangan dari oknum yang ingin mendzolimi adik-adiknya.
Oleh karena itu, kita sebagai kader HMI harus selalu berupaya agar tidak sekali-kali lagi memilih PBHMI yang tidak bertangung jawab. Di kongres yang Ke-28 ini marilah kita sama-sama menundukkan kepala seraya memohon perlindungan dan petunjuk kepada Allah SWT agar terpilih PBHMI yang berwibawa dan bijaksana sehingga bukan saja sanggup menjadi wajah baik bagi HMI se-Nusantara, namun juga mampu menjadi sumber inspirasi yang tidak ada habis-habisnya bagi tumbuh suburnya benih-benih para pejuang Hijau Hitam seNusantara.
Namun demikian, sulit memang rasanya untuk mendapatkan PBHMI yang baik di kongres ke-28 ini. Momen-momen politik nasional yang akan berlangsung ke depan di negeri ini telah sedikit banyaknya mempengaruhi suasana kekeluargaan yang seharusnya tercipta begitu mesra di kongres ini. Tentunya ini adalah bagian dari jalan sejarah yang harus dilewati HMI. Setelah HMI mampu secara gemilang mengawal momen-momen perubahan di Negara tercinta ini, kini saatnya Allah SWT memberikan sebuah momen besar bagi HMI untuk bisa melakukan perubahan di dalam tubuhnya sendiri.
Oleh karena itulah kawan-kawan sekalian maka tidak ada jalan lain bagi kita untuk bisa mengawal momen perubahan di PBHMI ini selain dengan persatuan dan kesatuan. Semua kita harus menyadari bahwa kita, seluruh cabang dari Sabang sampai Merauke adalah bersaudara. Kita satu warna darah yang sama-sama berwarna hijau hitam. Masalah-masalah yang terjadi di dalam internal cabang harus kita lebur menjadi satu rasa, yaitu rasa rindu dan cinta akan keberlangsungan HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia di masa depan. Kini kita harus sepakat semua bahwa tujuan kita dalam berkongres kali ini adalah untuk menjalin silaturrahim, menjawab tantangan zaman, dan memilih PBHMI yang baru. Adapun beberapa permasalahan yang terjadi di kongres Ke-28 ini harus segera ditemukan solusinya. Inilah saatnya bagi kita sebagai kader HMI untuk menunjukkan kepada dunia bahwa HMI adalah organisasi yang sangat diperhitungkan dan bukan organisasi murahan yang tunduk hanya karena alasan materi. Beberapa langkah besar dan fenomenal sepertinya harus kita lakukan bersama demi penyelamatan organisasi yang kita cintai ini. Persatuan dan kesatuan yang di dalamnya ada nuansa pikiran dan hati yang jernih merupakan kata kunci untuk kita bersama menerjang badai ini. Kini HMI sebagai rahim yang melahirkan kita semua sedang lara. Maka sudah selayaknyalah sebagai anak yang berbakti, kita semua wajib merawat dan mengobati luka lara tersebut.

Selamat bersatu dan berjuang wahai para kader umat Islam seluruh Nusantara!
Jayalah HMI!
Jayalah Hijau Hitam!
YAKUSA! (25 Maret 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar